Gambar: Illustrasi Okezone
Belajar merupakan suatu proses yang pasti akan terjadi dalam diri setiap orang. Belajar adalah serangkaian proses perubahan diri manusia yang meliputi perubahan kepribadian baik tingkah laku, sikap maupun hal-hal lain yang berkaitan. Adanya peningkatan pemahaman, pengetahuan, keterampilan dan juga daya pikir. Belajar adalah suatu proses dimana suatu organisma berubah tingkah lakunya sebagai akibat pengalaman (Gagne dalam Whandi, 2009). Seseorang dapat dikatakan belajar apabila adanya keaktifan dalam proses mental dan emosional. Rasa aktif tersebut tidak hanya dapat dirasakan oleh orang-orang sekitar inidividu, tapi juga yang lebih penting adalah oleh individu itu sendiri.
Seperti yang telah dituliskan sebelumnya dalam belajar seseorang harus dapat merasakan perubahan dalam hidupnya baik kecerdasan dan juga sikap. Selain itu, seseorang yang telah mengalami proses belajar pastinya memiliki pengalaman baru yang diterima dari lingkungan social maupun lingkungan fisik individu tersebut. Sehingga harapan kedepannya individu tersebut dapat membagikan pengalaman tersebut kepada individu lain dalam proses pembelajaran. Ketika seseorang telah berhasil mengadakan perubahan dalam proses belajar, maka perubahan tersebut harus bersifat kontiniu fungsional, positif aktif, tidak berlangsung sementara dan dilakukan secara sadar.
Belajar merupakan salah satu kegiatan bermanfaat maka dari itu belajar harus menghasilkan pengetahuan dalam dunia pendidikan. Seiring dengan perkembangan zaman ada beberapa metode penyaluran, diantaranya dengan e-education. E- education adalah konsep pendidikan dengan menggunakan inetrnet sebagai media. Diambil dari kata e yaitu electronic dan education yaitu pendidikan.
Pada prinsipnya, e-education tidak hanya membangun halaman web saja, juga berkaitan dengan teknis mengemas program pendidikan secara digital serta mampu menghadirkan dunia pendidikan dalam linimasa.
Dengan melibatkan computer dan internet sebagai media pembelajaran, harapannya warga belajar dapat memperluas khazanah ilmu pengetahuan mereka. Sehingga tidak hanya terpaku pada satu pusat/tujuan saja, namun memahami beragam informasi. Dalam e-education harus mampu menghadirkan komponen-komponen fisik seperti materi kuliah, tugas, diskusi, ujian dan lain-lain dalam bentuk virtual. Ruang lingkup e-education adalah chatting, news group, web page, rencana belajar, diskusi online, e-books, e-news, video conference dan lain-lain. Dalam e-education juga terdapat komunitas yang menaungi diantaranya guru, siswa, platform online pendidikan, pemerintah, penyedia jasa e-education dan lain-lain. Dalam penerapannya terdapat kelebihan dan kekurangan dalam e-education.
Membahas soal pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah istilah education for all dan long life education. Tidak selamanya pendidikan melibatkan hanya guru dan murid di usia muda sebagai peserta didik. Namun, dalam arti luasnya pendidikan juga berlaku pada orang dewasa dan lanjut usia. Pengajar yang biasa disebut sebagai fasilitator/tutor dan murid sebagai warga belajar. Dalam hal ini, warga belajar tidak bisa melakukan dan diperlakukan sebagaimana kegiatan pendidikan untuk anak-anak dan remaja. Masalah kemudian yang sering muncul adalah bagaimana kiat, teknis, strategi dan materi yang harus dihadirkan dalam pendidikan orang dewasa (andragogi). Supaya warga belajar dapat menumbuhkan minat mereka dalam proses belajar. Pemahaman terhadap perkembangan kondisi psikologi orang dewasa dan usia lanjut tentu saja mempunyai arti penting bagi para pendidik atau fasilitator dalam menghadapi orang dewasa dan para usia lanjut sebagai siswa atau warga belajar.
Upaya membelajarkan orang dewasa (andragogi) dan usia lanjut sebagai salah satu alternatif pemecahan kependidikan, sebab pendidikan sekarang ini tidak lagi dirumuskan hanya sekadar sebagai upaya untuk mentransmisikan pengetahuan, tetapi dirumuskan sebagai suatu proses pendidikan sepanjang hayat (long life education). Memasuki usia 60 tahun berarti telah sekitar 20 tahun masa kejayaan telah dilalui yang biasanya dihitung dari usia 40 tahun. Sungguh suatu pengalaman yang luar biasa, banyak informasi dan kearifan baik yang bersifat universal ataupun unik telah didapatkannya. Potensi ini bila dikaji akan sangat bermanfaat, tetapi bila dibiarkan begitu saja akan jadi nostalgia yang lapuk dan kusam. Kajian pemikiran para lansia sangat berpeluang dalam mengurai masalah-masalah kehidupan secara jernih. Berbagai kepentingan relatif tidak membebani, apalagi ambisi tampaknya sudah tidak menggelayutinya. Potensi jelas ada sekarang tinggal bagaimana kita mengaktualisasikannya.
Kesadaran masing-masing lansia untuk mengaktualisasikan potensinya adalah kondisi yang ideal. Namun kondisi seperti itu tidak kita jumpai saat ini. Oleh karena itu dibutuhkan wahana, yang bisa mengkondisikan potensi lansia mewujud dalam halhal yang bermanfaat bagi kehidupan. Kesepian di kalangan lansia adalah hal wajar karena sedikitnya teman sebaya, dan sibuknya anak ataupun generasi yang lebih muda. Namun rasa kesepian justru salah satu pendorong para lansia untuk berkiprah dalam masyarakat. Organisasi lansia mungkin yang paling mudah menjadi wahana untuk itu. Namun bila memungkinkan dan perlu terus diupayakan melebarkan jangkauan kiprahnya. Organisasi lansia haruslah bisa membuat potensi para lansia menjadi berkembang. Sehingga, tidak hanya sebagai dasar pengembangan saja, namun bisa menjadi sarana aksi untuk para lansia. Yang menjadi fasilitator pun baik dari masyarakat dan pemuda harus bijak dalam memberikan treatment. Pelayanan harus bersifat pengawasan yang tidak over protectif agar lansia dapat terus mengembangkan potensinya.
e-Education sebagai suatu inovasi dalam bidang pendidikan tentu saja akan berinteraksi dengan bentuk pendidikan konvensional yang sudah sangat mapan. Kegagalan dalam proses difusi inovasi akan meyebabkan e-Education tertolak atau paling tidak tidak dipercaya untuk ikut dalam mengatasi masalah-masalah pendidikan dalam rangka memajukan pendidikan di negeri ini. Memang diakui bahwa menghadirkan suasana sekolah yang sesungguhnya melalui teknologi informasi bukanlah hal yang mudah. Oleh karena pendidikan bukan hanya sekadar proses transfer ilmu dan teknologi, justru penciptaan lingkungan pendidikan yang nyata harus terus diupayakan.
Semua segmen masyarakat perlu dimotivasi agar mau memanfaatkan teknologi informasi untuk belajar, tidak terkecuali bagi anggota masyarakat kelompok lanjut usia. Dengan demikian e-Education mampu membentuk masyarakat belajar yang kokoh. Kegiatan para lansia tidak difokuskan pada posyandu lansia tetapi turut menghidupkan gerak perpustakaan, warnet, musium, sanggar, telekonference, dan lain sebagainya. Penerapan e-Education sebagai salah satu bentuk teknologi komunikasi menempati posisi strategis. Tidak terkecuali bagi kelompok lanjut usia, akan mampu mengembangkan potensi. Belajar tidak mengenal batas waktu, tetapi kesempatan belajar secara kovensional tidak memberi kesempatan yang leluasa bagi lansia untuk terlibat di dalamnya. Oleh karenanya kalangan lansia perlu dimotivasi untuk terlibat dalam e-Education seperti halnya keterlibatannya dalam program posyandu lansia.
Oleh Erma Regina Y (PLS Universitas Sriwijaya)
Rujukan Pustaka:
Eko Budi Prasetyo. 2012. Menjadi Lansia Teladan. Jurnal UNY. 1-6.
Puguh Gita Januar. 2010. Apa Itu Belajar?.
https://www.kompasiana.com/pughiyman/55004441a333115b745101ea/apa-itu-belajar (diakses pada 19 Maret 2020)
I Gede Sugiarsa. 2009. e-Education. https://tentangetechnology.wordpress.com/e-
technology/e-education-2/ (diakses pada 19 Maret 2020)