Pendidikan Luar Sekolah (PLS) merupakan salah satu bidang pendidikan yang masih tidak banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia. Bahkan mahasiswa PLS pun terkadang belum mengetahui apa PLS itu sendiri. PLS itu apa sih? Saya nanti akan menjadi apa kalau sudah lulus sarjana PLS? Saya akan bekerja dimana? dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut seringkali muncul dibenak mahasiswa PLS yang belum banyak memahami apa itu PLS.
Jangan khawatir! Penulis juga pernah berpikiran seperti itu. Akan tetapi, setelah duduk di semester 3, penulis semakin yakin dengan PLS. Kita bisa menjadi apa saja dan bekerja dimana saja selama kita mau dan mampu untuk bekerja keras karena peluang karir lulusan PLS itu sangat luas. Sebagian besar mahasiswa khususnya mahasiswa PLS pasti bercita-cita untuk menjadi seorang PNS. Di sini penulis akan menuangkan sedikit pengetahuan tentang kesuksesan tanpa harus menjadi seorang PNS karena PNS sudah banyak menjadi tujuan orang lain, maka sebagai calon lulusan sarjana PLS kita bisa mencari jalan sukses lainnya.
Pengetahuan ini penulis dapatkan pada hari senin tanggal 26 Oktober 2015 ketika mewawancarai seorang sarjana PLS, tapatnya di Gazebo Perpustakaan Universitas Negeri Malang. Eky Roziana Nugrahawati adalah salah satu sarjana PLS dari Universitas Negeri Malang pada tahun 2011. Di Pasca Sarjana beliau baru lulus tahun 2014 kemarin. Wanita yang kerap dipanggil Mbak Eky ini lahir di kota Malang, 22 Maret 1988. Mbak Eky tinggal di Jalan Klampok Krajan 193 Singosari Malang.
Sebelum lulus, Mbak eky belajar atau praktik mengajar di PKBM Zam-zam kota Malang. Beliau mengatakan banyak pengalaman yang beliau dapatkan dari praktik mengajar tersebut. Mulai dari bisa belajar untuk mengajar, mengetahui karakter peserta didik, sampai beliau menjadi seorang Asesor seperti saat ini. Di PKBM Zam-zam beliau berniat mengabdi dengan membagikan ilmu kePLSannya. Selain sibuk kuliah beliau rutin ke PKBM Zam-zam sekali dalam seminggu. Di sana Mbak Eky juga mendapat gaji sebesar Rp 25.000,- setiap pertemuannya. Sebanarnya bukan gaji, tetapi lebih tepatnya disebut uang pengganti lelah. Sesekali beliau juga mendapat dana hibah dari PKH (Program Kecakapan Hidup) sebesar Rp 100.000,- yang merupakan program propinsi. Tidak banyak memang. Akan tetapi, yang terpenting adalah pengalamannya kerena pengalaman itu sangat mahal harganya.
Menjadi seorang Asesor di BAN PNF bermula ketika beliau mendapatkan informasi terdapat lomba asesor dari PKBM Zam-zam. Dari modal “tekad yang kuat” beliau mengikutinya. BAN PNF kepanjangan dari Badan Asesor Nasional Pendidikan Non Formal. Seorang asesor pekerjaannya adalah menilai sebuah lembaga. Pekerjaan asesor ini bukan termasuk PNS (Pegawai Negeri Sipil) karena menggunakan sistim kontrak 5 tahun. Menurut cerita dari Mbak Eky, beliau bisa menilai lembaga sekali dalam sebulan. Sekali berangkat bisa menilai sampai dengan 4 lembaga. Maksud dari menilai adalah mengakreditasi. Jadi, lembaga-lembaga tersebut mengajukan lembaganya untuk dinilai oleh BAN PNF. Komponen-komponen yang dinilai adalah dari segi administrasi, pengelolah, kegiatan-kegiatan yang diadakan dan sebagainya.
Selengkapnya kisah sukses silahkan download di bawah ini, jangan lupa berikan saran kritik anda.
BUAH KEIKHLASAN, ASESOR TERMUDA ALUMNI PLS UM (8.8 MiB, 608 hits)
Artikel dikirim oleh
Aminatus Sakdiah
Mahasiswa PLS UM Angkatan 2014