Abstrak
Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap Dengan Perilaku Pengelolaan Sampah Pada Ibu Rumah Tangga Di Desa Trisobo, Kendal
Produksi sampah masyarakat yang terus meningkat menjadi ancaman bagi lingkungan hidup di Kabupaten Kendal. Hal ini karena meningkatnya jumlah penduduk dan perkembangan ekonomi yang terjadi pada Pemerintahan Kendal. Menurut laporan Bank Dunia tentang sampah di perkotaan, jumlah sampah meningkat sebanding dengan pertumbuhan ekonomi dan urbanisasi. Jika tidak ada perencanaan pengelolaan sampah yang berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, volume sampah dunia akan terus meningkat dari 1,3 miliar ton per tahun menjadi 2,2 miliar ton per tahun. Pemerintah Kabupaten Kendal baru bisa membantu pengelolaan sampah di 12 dari 20 kecamatan yang ada saat ini, meskipun penduduk wilayah itu terus bertambah dan perekonomiannya berkembang. Penelitian ini bertujuan meneliti Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap Dengan Perilaku Pengelolaan Sampah Pada Ibu Rumah Tangga Di Desa Trisobo, Kendal. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan pendekatan ex post facto, teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan analisis uji Chi-Square dengan tahapan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian Ibu rumah tangga yang berpengetahuan baik, memiliki perilaku yang baik. Sedangkan responden dengan pengetahuan cukup memiliki perilaku cukup juga. Responden ibu rumah tangga dengan sikap cukup, memiliki perilaku yang baik. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-Square dapat disimpulkan bahwa ada Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-Square dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku Pengelolaan sampah pada Ibu Rumah Tangga di Desa Trisobo, Kendal dan ada hubungan antara Sikap dengan Perilaku Pengelolaan sampah pada Ibu Rumah Tangga di Desa Trisobo, Kendal.
Kata Kunci: Tingkat Pengetahuan, Sikap Dengan Perilaku Pengelolaan Sampah Pada Ibu Rumah Tangga
PENDAHULUAN
Produksi sampah masyarakat yang terus meningkat menjadi ancaman bagi lingkungan hidup di Kabupaten Kendal. Hal ini karena meningkatnya jumlah penduduk dan perkembangan ekonomi yang terjadi pada Pemerintahan Kendal. Menurut laporan Bank Dunia tentang sampah di perkotaan, jumlah sampah meningkat sebanding dengan pertumbuhan ekonomi dan urbanisasi. Jika tidak ada perencanaan pengelolaan sampah yang berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, volume sampah dunia akan terus meningkat dari 1,3 miliar ton per tahun menjadi 2,2 miliar ton per tahun. Pemerintah Kabupaten Kendal baru bisa membantu pengelolaan sampah di 12 dari 20 kecamatan yang ada saat ini, meskipun penduduk wilayah itu terus bertambah dan perekonomian nya berkembang. Hanya 83,64 persen sampah yang dihasilkan di Kabupaten Kendal yang bisa diangkut , artinya hanya sampah dari 12 kecamatan yang masih bisa terangkut. Sisanya terbuang percuma dan berbahaya bagi lingkungan.
Sedikitnya 75% sampah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah tangga adalah sampah organik, selebihnya anorganik. Plastik, kaca, kain, dan logam merupakan contoh sampah anorganik yang disebut sebagai sampah non-biodegradable karena tidak dapat diolah oleh mikroorganisme. Sampah organik atau biodegradable antara lain sisa makanan, tumbuhan, hewan, dan kertas (Susilowati, 2014). Masalah sampah ada tiga bagian: bagian hulu, yaitu sistem yang kurang optimal digunakan pada pengolahan akhir. pengolahan sampah, bagian proses yaitu sumber daya yang terbatas baik dari masyarakat maupun pemerintah, dan bagian hilir yaitu pembuangan sampah yang terus meningkat. dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan mencemari lingkungan sekitarnya. Kurangnya kesadaran masyarakat adalah masalah lain, terbukti dengan kecenderungan mereka membuang sampah sembarangan. Penyebab utama pencemaran lingkungan adalah pembuangan sampah sembarangan dan kurangnya komitmen untuk menjaga kebersihan masyarakat. Jika hal ini dipahami sepenuhnya, maka akan berdampak signifikan pada tindakan kita terhadap lingkungan. Tempat yang kurang baik dan tidak berfungsi dengan baik pengelolaan sampah menjadi tempat berkembangnya organisme berbahaya, penyebaran virus berbahaya yang dapat mengganggu aktivitas berkendara, serta nyamuk dan lalat yang dapat mengganggu, menyebarkan penyakit, dan merugikan masyarakat, termasuk anak-anak. Oleh karena itu, masyarakat kini harus mengelola sampah secara efektif. dan menjaga lingkungan masyarakat untuk mencegah sarang hewan yang dapat menyebarkan penyakit dari tanah. Memupuk tingkat kepedulian dan perhatian dari daerah setempat adalah benar-benar, tidak suka membalikkan tangan karena membutuhkan ketekunan dan tampaknya selamanya untuk menumbuhkan tingkat perhatian dan perhatian itu. Ini juga membutuhkan contoh dan model yang baik dan positif serta dapat diandalkan dari perusahaan terkait di hingga wn.Kesadaran masyarakat tentang cara mengelola sampah yang benar juga dapat dibangkitkan melalui kegiatan sosialisasi langsung dari instansi terkait. Perlu adanya kerjasama dari berbagai pihak, baik masyarakat, instansi terkait, maupun pihak lainnya.
Pengetahuan dan kurangnya kepedulian terhadap kebersihan berdampak signifikan pada sembarangan bahkan pembakaran sampah. Penumpukan sampah di sepanjang jalan berpotensi menyebabkan banjir, meningkatkan jumlah tikus dan serangga, serta menjadi tempat berkembang biaknya sampah. berbagai penyakit. Hal ini disebabkan oleh beberapa kendala seperti keterbatasan lahan TPS di berbagai desa yang mengakibatkan pengelolaan sampah yang kurang baik padahal produksi sampah terus meningkat. Penggunaan sarana, prasarana, dan wadah sampah yang sah, serta tata cara pengumpulan sampah, pemindahan atau pengangkutan sampah, pembuangan akhir, dan pengolahan sampah sampai dengan tata cara pengolahan akhir, seperti daur ulang dan pengomposan, merupakan bagian dari tata cara yang baik dan benar. pengelolaan sampah. Peraturan Pemerintah berkaitan dengan sampah, partisipasi masyarakat, dan kerjasama antar lembaga pemerintah semua diperlukan untuk pengelolaan sampah yang efektif. Sebuah sistem pengelolaan sampah Hal-hal yang tidak optimal dan tidak seefektif mungkin dapat terjadi jika tidak ada perencanaan. Selain itu, pengelolaan sampah tidak termasuk sebagai isu utama yang mendasari hal tersebut.
Distribusi dan kepadatan penduduk, bersama dengan sifat sosial ekonomi dan lingkungan fisik, serta sikap, perilaku, dan norma budaya lokal, adalah beberapa elemen yang berdampak pada pengelolaan sampah dan dianggap sebagai kendala sistem. Tempat Pembuangan Sementara (TPS) adalah tempat pengangkutan sampah untuk didaur ulang, diolah, dan diolah secara terpadu sesuai dengan Peraturan Nomor 3 Tahun 2013 yang dikeluarkan oleh Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia dan pengolahan akhir semuanya dilakukan di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST). Di wilayah Desa Trisobo, tempat pengumpulan sampah (TPS) liar ditetapkan sebagai tempat pembuangan sampah dengan maksud untuk menghindari waktu, uang, dan tenaga yang diperlukan untuk membuang sampah di TPS legal. Lahan yang dapat dijadikan TPS ilegal adalah lahan yang berada dipinggir jalan utama meskipun pada lahan tersebut terdapat pepohonan. Hal ini dikarenakan pemanfaatan beberapa hal, antara lain jumlah penduduk yang besar, minimnya tempat pembuangan sampah, minimnya pilihan pengelolaan sampah melalui daur ulang, serta kebijakan dari instansi terkait dan pemerintah. Masyarakat Desa Trisobo terus memamerkan rendahnya perilaku dalam mengikuti rutinitas hidup bersih dan sehat, yang dibuktikan dengan adanya tempat pembuangan sampah liar. TPS liar ini memberikan dampak antara lain tampilan yang tidak sedap, bau yang relatif tidak sedap saat berkendara di jalan, sampah plastik yang berserakan di jalan jalan tersebut akan menyebabkan pengemudi tergelincir atau terjatuh, berpotensi mencemari lingkungan, dan terganggunya kondisi air yang berhubungan langsung dengan persawahan.
Salah satu syarat untuk melakukan sesuatu adalah pengetahuan, dan jika kita menginginkan sesuatu dilakukan secara konsisten, kita perlu memiliki pengetahuan positif tentang apa yang harus dicapai. Jadi, praktik atau tindakan berbasis pengetahuan akan hidup lebih lama dari perilaku atau aktivitas berbasis pengetahuan. Praktik individu tidak berdasarkan pengetahuan, tetapi dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan seseorang; semakin banyak pengetahuan yang dimiliki, semakin siap mereka untuk terlibat (Notoatmodjo, 2014). Perilaku akan dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap. Perilaku adalah disposisi yang dibawa ke dunia karena kerjasama antara manusia dan iklim, jadi individu dan budaya berperilaku dapat mempengaruhi keadaan alam dan kesadaran masyarakat dapat mempengaruhi hal ini. Masih ada masalah dengan pengelolaan dan pembuangan sampah perumahan. Hal ini terlihat dari banyaknya timbunan sampah di sepanjang pinggir rel kereta api Stasiun Sudimara. Perluasan jalan yang terdapat berton-ton sampah ini harus diimbangi dengan penyalahgunaan kepala suku, khususnya direktur dalam memeriksa lingkungan. Ibu rumah tangga bisa mendapatkan manfaat dari pendampingan pengelolaan sampah melalui pengetahuan, sikap, dan tindakan. Pada tahun 2012, terdapat hubungan yang kuat antara perilaku ibu rumah tangga dalam mengelola sampah plastik dengan tingkat pengetahuan mereka di Dusun Kedesen, Desa Kradenan, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang.aste. Ibu Rumah Tangga Tolak Pengelolaan Sampah Dekat Rel Kereta Api di Desa Jombang Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan Ibu Rumah Tangga Tolak Pengelolaan Sampah Dekat Rel Kereta Api di Desa Jombang Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan pendekatan ex post facto, teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan analisis uji Chi-Square dengan tahapan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Tujuan peneliti menggunakan pendekatan ini adalah untuk mendeskripsikan, menggambarkan, dan menguraikan tentang bagaimana Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap Dengan Perilaku Pengelolaan Sampah Pada Ibu Rumah Tangga Di Desa Trisobo, Kendal
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku Pengelolaan sampah pada Ibu Rumah Tangga di Desa Trisobo, Kendal
Hasil penelitian ini didapatkan responden dengan pengetahuan baik memiliki perilaku yang baik sebanyak 20 (10,2%) responden. Sedangkan responden dengan pengetahuan cukup memiliki perilaku cukup juga sebanyak 153 (78,1%) responden. Serta hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai p < 0,009. Oleh karena nilai p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku Pengelolaan sampah pada Ibu Rumah Tangga di Desa Trisobo, Kendal. Mengetahui adalah semua yang ada pada pengetahuan, dan orang hanya mengetahui sesuatu setelah mereka merasakannya. Untuk pengembangan tindakan seseorang, pengetahuan atau kognisi merupakan domain yang sangat penting (Soekidjo Notoatnodjo, 2018).
Sampah selalu dihasilkan oleh kehidupan manusia. Sampah berpengaruh terhadap kesehatan, antara lain sebagai vektor penyakit, sumber infeksi, sumber pencemaran air dan tanah, serta masalah estetika, menurut Didik (2010: 309). Pembuangan sampah yang tidak tepat memiliki efek lain dengan menyebabkan sampah menumpuk di tempat yang berbeda. Harus menjadi prioritas kita untuk mengembangkan solusi dengan menggunakan pengetahuan dan perilaku manusia karena masalah sampah ini adalah masalah sosial, artinya masalah ini juga diselesaikan melalui pendekatan sosial..
Menggunakan KLH (2008:7) Menurut temuan survey yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup bekerjasama dengan JICA (Japan International Corporation Agency), mayoritas masyarakat tidak memilah sampah sebelum membuangnya. Pengelolaan sampah melalui upaya mendaur ulang sampah, mengurangi sampah, dan menggunakan kembali barang-barang yang masih dapat digunakan (reuse). Prinsip 3R sulit diterapkan karena masih sulitnya masyarakat menjaga tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun. Karena itu akan melibatkan nilai, persepsi, pengetahuan, dan sikap yang telah melekat pada kehidupan masyarakat, akan membutuhkan waktu dan proses yang panjang untuk mengubahnya. Strategi penanggulangan Masalah sampah juga perlu mengubah perilaku masyarakat agar lebih tertarik dan terlibat dalam pemecahan masalah dan perbaikan lingkungan. Bloom mendefinisikan perilaku sebagai perpaduan antara pengetahuan dan sikap. Temuan Arya Gusti dan B. Isyandi (2015), yang sejalan dengan temuan penelitian ini dan menegaskan bahwa pengetahuan memiliki hubungan positif dengan perilaku pengelolaan sampah berkelanjutan, mendukung sudut pandang Bloom. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Norshariani (2016) dalam temuan penelitiannya, yang menunjukkan bahwa perilaku peduli lingkungan berkorelasi kuat dengan pengetahuan, faktor internal, dan lingkungan..
Menurut peneliti, hal ini dikarenakan ibu rumah tangga yang berilmu luas tidak selalu bertindak. Misalnya, ibu rumah tangga di Desa Trisobo, Kabupaten Kendal sudah mengetahui manfaat dan tujuan dari pengelolaan sampah, namun tidak mau menerapkannya. Sebaliknya, ibu rumah tangga yang tidak mengetahui manfaat dan tujuan tersebut lebih cenderung ingin menerapkan strategi pengelolaan sampah. Oleh karena itu, tingkah laku atau tindakan seseorang bergantung pada orang tersebut (Tempat Pembuangan Akhir).
Hubungan antara Sikap dengan Perilaku Pengelolaan sampah pada Ibu Rumah Tangga di Desa Trisobo, Kendal
Hasil penelitian ini didapatkan responden dengan Sikap Cukup memiliki perilaku yang baik sebanyak 12 (6,1%) responden. Sedangkan responden dengan pengetahuan cukup memiliki perilaku cukup juga sebanyak 161 (82,1%) responden. Serta hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai p < 0,003. Oleh karena nilai p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara Sikap dengan Perilaku Pengelolaan sampah pada Ibu Rumah Tangga di Desa Trisobo, Kendal.
Penilaian individu terhadap suatu objek disebut sikapnya. Reaksi atau tanggapan tertutup terhadap suatu rangsangan atau objek disebut sikap. Suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam menanggapi suatu rangsangan atau objek disebut sikap. Oleh karena itu, sikap ini termasuk gejala psikologis seperti pikiran, perasaan, dan perhatian. Faktor-faktor lain berkontribusi pada pembentukan sikap ini, yang meliputi hal-hal berikut: Pengalaman individu, Budaya, Orang lain dipandang penting, Komunikasi luas, Pendirian/dasar-dasar instruktif dan organisasi yang ketat, Dekat dengan elemen rumah tangga dalam individu, Orientasi, dan Informasi. Tingkah laku organisme adalah sesuatu yang dapat diamati baik secara langsung maupun tidak langsung. Artinya, cara baru dalam berperilaku terjadi ketika ada hal yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan, yang disebut perasaan. Akibatnya , respons atau perilaku tertentu akan dihasilkan dari stimulus tertentu.
Hubungan manusia dengan lingkungannya menentukan perilaku manusia. Dasar dari semua perilaku manusia adalah kepribadian dan pengalaman (Rivai, 2009). elemen yang mana
Kurangnya pengetahuan tentang pengolahan sampah, kebiasaan mengolah sampah yang tidak baik, kurangnya keterlibatan masyarakat dalam menjaga kebersihan, membuang sampah sembarangan, dan membakar sampah menjadi penyebab yang lebih sering terjadi hambatan dalam pengelolaan sampah. Perilaku individu dan kelompok mencakup semua variabel tersebut (Rohani, 2007).
Temuan ini mendukung pernyataan Chan dan Lau (2001) bahwa sikap dan niat untuk membeli barang ramah lingkungan berkorelasi positif. Temuan ini juga konsisten dengan hasil dari studi terpisah yang menemukan hubungan dan arah yang sama antara kedua variabel. Menurut temuan studi mereka pada mahasiswa, Ramayah et al. (2012) sampai pada kesimpulan bahwa sikap memiliki pengaruh besar terhadap perilaku mendaur ulang. Temuan yang sama juga dilaporkan oleh Kumar (2012) yang melihat perilaku konsumen saat membeli barang ramah lingkungan, menyatakan bahwa sikap berpengaruh signifikan terhadap niat beli produk yang berkelanjutan.
Peneliti berpendapat bahwa tingkat pengetahuan dan kematangan usia mempengaruhi sikap negatif masyarakat tersebut. Ketiadaan sarana dan prasarana pengangkutan sampah di Desa Trisobo turut berperan dalam keputusan sebagian responden untuk menentang pengolahan sampah. Akibatnya, sebagian besar responden membakar sampah dan sebagian lagi membuangnya di tempat pembuangan sampah di sekitar area pasar dalam upaya mengelola sampah dan berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat. Jumlah masyarakat yang mengelola sampah, khususnya dengan memilah bahan yang dapat didaur ulang seperti botol atau kaleng untuk dijual kembali , masih sangat rendah. Karena temuan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa warga Desa Trisobo belum memiliki praktik pengolahan sampah yang efektif karena sebagian dari mereka memilih untuk membakar sampah, yang tidak hanya merusak atau mencemari lingkungan tetapi juga membuang sampah di area atau di sekitar pasar. serta beberapa strategi pengelolaan sampah yang dibatasi pada pemilahan atau pengumpulan jenis sampah tertentu yang dapat dijual kembali untuk mendapatkan keuntungan.
SIMPULAN
Hasil penelitian Ibu rumah tangga yang berpengetahuan baik, memiliki perilaku yang baik. Sedangkan responden dengan pengetahuan cukup memiliki perilaku cukup juga. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-Square dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku Pengelolaan sampah pada Ibu Rumah Tangga di Desa Trisobo, Kendal. Hasil penelitian ini didapatkan responden ibu rumah tangga dengan sikap cukup, memiliki perilaku yang baik. Sedangkan responden dengan pengetahuan cukup memiliki perilaku cukup juga. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-Square dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara Sikap dengan Perilaku Pengelolaan sampah pada Ibu Rumah Tangga di Desa Trisobo, Kendal. Hasil penelitian dapat digunakan oleh organisasi terkait sebagai literatur perpustakaan untuk penelitian tambahan, sebagai sumber pengetahuan tentang pengelolaan sampah, sebagai bahan pendidikan bagi siswa, dan sebagai sumber ilmiah untuk kesehatan lingkungan. rumah tangga. Bagi Ibu Rumah Tangga Desa Trisobo diharapkan Berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan program sanitasi dan bekerja sama dengan dinas kebersihan kota untuk menyediakan sarana pembuangan sampah yang memenuhi syarat guna lebih mendorong perilaku pengelolaan sampah yang lebih baik.Bagi Peneliti Selanjutnya Perlu adanya penelitian lebih lanjut meneliti faktor-faktor lain yang berhubungan dengan perilaku masyarakat dalam membuang sampah
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L. W., & Krathwohl, D. (2017). Pembelajaran, Prngajaran, Dan Asesmen . Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Candra I. 2012. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga (Studi kasus di Kelurahan Siantan Tengah Kecamatan Pontianak Utara). Sociodev-Jurnal Ilmu Sosiatri 1(1):1-21
Cecep, Dani Sucipto. 2012. Teknologi Pengolahan Daur Ulang Sampah. Semarang: Gosyen Publishing
Dinas Pekerjaan Umum. 2015. Pedoman Umum 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Pemukiman. Jakarta (ID): Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Pemukiman.
Kodoatie, J.K, 2013, Tata Ruang Air Tanah, Andy, Yogyakarta.
Mulyadi A, Siregar SH, Saam Z. 2010. Perilaku masyarakat dan peran serta pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah di Kota Tembilahan. Jurnal Ilmu Lingkungan 2 (3):147-162.
Notoatmodjo.2014. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Riswan, Sunoko RHR, Hadiyarto A. 2011. Pengelolaan sampah rumah tangga di
Kecamatan Daha Selatan. Jurnal Ilmu Lingkungan. 9(1):31-39.
Setyowati, Ritin. 2013. Pengetahuan dan Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah Plastik. National Public Health Jounal. HomeVol 7. No. 12 Juli 2013. p-ISSN: 1907-7505 e-ISSN: 2460-0601
Suryani, Anih Sri, 2014, Peran Bank Sampah dalam Evektivitas Pengelolaan Sampah (Studi Kasus Bank Sampah Malang), Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi DPR RI.
Susilowati, Lolita Endang. 2014. Peran Perempuan Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Program 4p Di Wilayah Pesisir Desa
Labuhan Haji – Lombok Timur. Jurnal Penelitian UNRAM Vol.18 No. 1 ISSN 0854 – 0098.
Triana Srisantyorini, Febriana Kusumaningtias. 2018. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Rumah Tangga Terhadap Pengelolaan Sampah di Wilayah Sekitar Rel Kereta Api, Kelurahan Jombang, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. Vol 14, No 2 (2018).
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.
Yolarita E. 2012. Pengelolaan sampah dengan prinsip 3R di Kota Solok . Tesis .
Universitas Pajajaran Bandung.Tersedia pada : http :// pustaka. unpad. ac. id/
archives/119693.
Yuliastuti I.A.N., I.N.M. Yasa, I.M. Jember, 2013. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kabupaten Badung. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 2(6):374- 393. [terhubung berkala]. http://ojs.unud.ac.id/index.php/EEB/article/download/5380/ 4152
Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap Dengan Perilaku Pengelolaan Sampah Pada Ibu Rumah Tangga Di Desa Trisobo, Kendal
Fahry Pangestu1, Tri Suminar2 1Mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah 2Dosen Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang