DOSEN UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG LAKUKAN PELATIHAN MODEL PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI KEPADA TUTOR SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL GUNA WUJUDKAN MERDEKA BELAJAR

DOSEN UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG LAKUKAN PELATIHAN MODEL PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI KEPADA TUTOR SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL GUNA WUJUDKAN MERDEKA BELAJAR,

Satuan lembaga pendidikan nonformal di Kabupaten Karawang mempunyai sasaran peserta didik yang sangat beragam, yaitu anak usia sekolah maupun dewasa yang belum menyelesaikan pendidikan formal yang paling sedikitnya memiliki lima hambatan, antara lain: ekonomi, waktu, geografis, keyakinan, dan sosial/hukum. Hambatan ekonomi terjadi akibat kemiskinan di kalangan petani, nelayan, buruh, pekerja rumah tangga, tenaga kerja wanita, penduduk di daerah kumuh maupun penduduk miskin di desa. Hambatan waktu karena pekerjaan mereka sebagai pengrajin, buruh, dan pekerja kasar lainnya. Hambatan geografis, seperti masyarakat masyarakat desa terisolir. Hambatan keyakinan, yaitu masyarakat pondok pesantren (salafiyah) yang tidak menyelenggarakan pendidikan formal. Hambatan sosial/hukum seperti anak jalanan, anak lembaga pemasyarakatan, dan anak penyandang masalah sosial lainnya. Tidak hanya itu, terdapat pula kelompok masyarakat kaya yang karena kurang bisa menerima sistem pendidikan persekolahan mereka mengikuti kegiatan pendidikan nonformal yang hasil akhir ujiannya mengikuti pendidikan kesetaraan.

DOSEN UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG LAKUKAN PELATIHAN MODEL PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI KEPADA TUTOR SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL GUNA WUJUDKAN MERDEKA BELAJAR,

Beragamnya karakterstik peserta didik tersebut memunculkan masalah dalam proses pembelajaran. Terdapat beberapa permasalahan yang penulis identifikasi yakni guru belum menerapkan metode yang memungkinkan siswa untuk mengolah, mengembangkan produk sesuai dengan gaya atau minat dari masing-masing siswa. Selain itu juga aktifitas fisik rendah selama proses pembelajaran. Padahal, dalam proses pembelajaran ternyata memiliki keunikan yang berbeda beda antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Ada siswa yang cepat dalam menangkap pelajaran dan dapat menyelesaikan kegiatan pembelajaran lebih cepat dari yang di perkirakan dan ada juga siswa yang lambat dalam belajar sehingga sering tertinggal pelajaran.

Oleh karena itu, dalam pemenuhan kebutuhan dari keberagaman peserta didik pada pendidikan nonformal program kesetaraan, maka perlu adanya cara strategi yang tepat dalam memberikan pengajaran di kelas. Pemecahan masalah yang berhubungan dengan keragaman peserta didik di kelas dapat teratasi dengan menerapkan salah satu model pembelajaran berdiferensiasi. Diharapkan dengan menerapkan model tersebut maka perbedaan dan keberagaman setiap individu di kelas dilihat dari tingkat kesiapan, ketertarikan dan gaya belajar akan bisa terakomodasi sehingga berdampak adanya peningkatan terhadap pemahamaan, motivasi dalam belajar, dan juga interaksi antarpeserta didik di kelas.

Untuk mengatasi permasalahan di atas, dosen Prodi Pendidikan Masyarakat Universitas Singaperbangsa Karawang mengajukan solusi penyelesaian masalah dengan cara melakukan pelatihan penerapan model pembelajaran berdiferensiasi bagi para tutor di satuan pendidikan nonformal agar dapat memberikan beragam cara untuk memahami informasi baru untuk semua siswa dalam komunitas ruang kelasnya yang beraneka ragam, termasuk cara untuk: mendapatkan konten; mengolah, membangun, atau menalar gagasan; dan mengembangkan produk pembelajaran dan ukuran penilaian sehingga semua siswa di dalam suatu ruang kelas yang memiliki latar belakang kemampuan beragam bisa belajar dengan efektif.

Pelatihan tersebut dilaksanakan bertempat di SMP Slamet Riyadi Karawang, dihadiri oleh kurang lebih 30 peserta dengan narasumber Ika Rizqi Meilya, Cucu Risa Asmarani dan Eni Roheni. Dalam pelaksanaannya, peserta pelatihan mendemonstrasikan pemahamannya tentang pembelajaran berdiferensiasi melalui simulasi mengajar. Dalam kegiatannya, pelatih membagi peserta menjadi beberapa peran, satu orang sebagai guru yang akan melakukan simulasi mengajar yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, dua orang sebagai observer, dan sisanya sebagai murid. Seusai simulasi, pelatih mempersilakan observer untuk mengajukan pertanyaan kritis kepada peserta yang melakukan simulasi mengajar. Peserta pelatihan bersama-sama melakukan identifikasi aspek yang perlu diperhatikan dalam menyusun pembelajaran berdiferensiasi. Selain itu, peserta juga dilatih untuk mempraktikkan integrasi 5 kompetensi sosial emosional dalam rencana pembelajaran berdiferensiasi. Kemudian membuat rencana strategi berbagi pengalaman belajar konsep pembelajaran berdiferensiasi dan kompetensi sosial emosional dengan rekan sejawat di sekolahnya dalam bentuk mind mapping. Masing-masing kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya kepada kelompok lain dengan tujuan sharing memberikan inspirasi kepada peserta lainnya. Terakhir, kegiatan pelatihan ditutup dengan mengajak peserta melakukan refleksi diakhiri dengan doa dan foto bersama.

 

Semua kegiatan berjalan lancar, peserta antusias mengikuti kegiatan pelatihan, dan bersemangat melakukan simulasi pembelajaran berdeferensiasi, teknik mindfulness serta pembelajaran KSE dengan berdinamika kelompok. Produk yang dihasilkan dalam pelatihan ini adalah: (a) hasil refleksi dari simulasi dan penerapan pembelajaran berdiferensiasi; (b) hasil refleksi dari praktik mindfulness dan integrasi 5 kompetensi sosial emosional dalam praktik mengajar; serta (c) strategi berbagi pengalaman belajar dengan rekan sejawat mengenai pembelajaran berdiferensiasi dan kompetensi sosial emosional. Penguasaan dan pemahaman terhadap materi yang disampaikan sangat baik dilihat dari keaktifan peserta pada saat melakukan simulasi pembelajaran, proses diskusi, serta hasil lembar kerja yang dikerjakan. Para peserta merasakan kesan tersendiri dalam pelatihan ini, diantaranya kesan positif dimana mereka memperoleh pengalaman baru dan mendapatkan ilmu dan wawasan yang bertambah dan berguna bagi peningkatan perannya sebagai pendidik terutama dalam melakukan perubahan positif terkait bagaimana proses pembelajaran berdiferensiasi, teknik mindfulness dan pembelajaran KSE yang baik dan benar karena dipraktekkan secara langsung melalui simulasi untuk selanjutnya diterapkan di sekolahnya masing-masing.

Penulis: Ika Rizqi Meilya

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *