Kebutuhan belajar bersumber dari adanya kebutuhan yang secara bawahan (Inhaerent) dipunyai individu semenjak ia dilahirkan. Kebutuhan inilah yang merupakan tenaga pendorong bagi individu untuk hidup , untuk mempertahankan diri dari ancaman bahaya , dan untuk berkembang terus. Menurut Maslow : Seorang ahli psikologi , kebutuhan dasar manusia itu berjenjang dari tingkat yang paling rendah sampai ke tingkat yang paling tinggi. Teori itu disebut sebagai teori “Jenjang Kebutuhan Manusia”
PENGERTIAN TENTANG IDENTIFIKASI KEBUTUHAN BELAJAR
Kata “identifikasi” berasal dari bahasa asing, yaitu bahasa Inggris. Asal kata to identify sebagai kata kerja, dan identification sebagai benda.To identify secara sederhana artinya adalah mengenali. Hubungannya dengan pembicaraan kita disini “identifikasi kebutuhan belajar” artinya ialah mengenali kebutuhan belajar seseorang atau masyarakat atau kelompok orang tertentu yang akan menjadi sasaran didik atau peserta didik.Sebagai pembawa program atau pelaksana program PLS, dengan mengidentifikasi kebutuhan belajar paling tidak kita dituntut menyadari dua hal, yaitu mengapa kebutuhan belajar itu muncul dan untuk apa ia perlu dimunculkan?
Pertanyaan mengapa dan untuk apa dicari jawabannya melalui suatu proses yang panjang, baik proses pemikiran dengan mendasarkan pada latar belakang konsepsional, maupun proses penganalisaan situasi kongkret dari kondisi lingkungan masayarakat setempat. Proses pemikiran dan analisa situasi ini berjalan bermacam-macam dengan kegiatan identifikasi kebutuhan belajar itu sendiri. Sehingga pada waktu seorang pembawa program PLS mengatakan bahwa dirinya telah mengidentifikasi kebutuhan belajar, maka berarti bahwa proses pemikiran dan analisa itu pun telah mencapai kesimpulan. Oleh karena itu di bawah ini akan kita tinjau lebih lanjut latar belakang mengapa dan untuk apa yang mendasari diidentifikasinya suatu kebutuhan belajar tertentu.
MANFAAT IDENTIFIKASI KEBUTUHAN BELAJAR BAGI PENYUSUNAN PROGRAM BELAJAR
Salah satu ciri yang membedakan antara PLS dan Pendidikan Sekolah terletak pada cara penyusunan program belajar. Program belajar PLS fleksibel/relatif (artinya tidak baku), unik dan spesifik (artinya tidak seragam), dan temporer (artinya sesewaktu). Proses penyusunan program belajar bagi PLS nampak sangat berbeda-beda. Proses penyusunan program PLS pada umumnya lebih sederhana bahwa prosedurnya tidak berliku- liku melainkan langsung. Penyusunan program tidak dilakukan oleh Tim-tim khusus yang terpilih seperti halnya dengan peyusunan kurikulum, melainkan dikerjakan langsung oleh pengelola atau pembawa program PLS bersama-sama (dalam banyak hal memang begitu) dengan peserta atau calon peserta didik.[sociallocker]
Secara sederhana dapat dikatakan Pendidikan Sekolah itu berjenjang dan berstruktur, sedang Pendidikan Luar Sekolah tidak. Implikasi dari kedua pengertian tersebut adalah bahwa identifikasi kebutuhan belajar bagi PLS itu perlu sebagai landasan penyusunan program. Dalam hal itu misi yang diemban oleh PLS, yaitu pendidkan seumur hidup (lifelong education) menjadika pentingnya pengkajian lebih lanjut tentang hubungan antara kebutuhan belajar dan program belajar seperti yang akan diuraikan dibawah ini.
Dorongan belajar itu muncul karena individu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya , baik jasmaniah maupun rohaniah . Menurit Maslow ada lima jenjang kebutuhan dasar manusia , yaitu kebutuhan untuk makan atau minum , kebutuhan untuk mendapatkan perlindungan , kebutuhan untuk kasih sayang , kebutuhan mendapatkan pengakuan diri dan kebutuhan mendapatkan atau menemukan hakikat dirinya .
Kebutuhan belajar perlu diidentifikasi sebagai landasan penyusunan program belajar . Karena kebutuhan belajar yang telah di identifikasi akan memberikan arahan kemana program kegiatan itu di tujukan . Sukarnya ialah bahwa kebutuhan belajar itu tidak selalu di sadari oleh kelompok masyarakat yang bersangkutan . Untuk itu petugas PLS dituntun untuk dapat menggalih dan mengukap secara bijaksana sehingga kebutuhan belajar yang semuala tidak disadari menjadi di sadari .
Kurikulum bagi pendidikan sekolah sama penting artinya bagi program pendidik luar sekolah . Namun proses penyusunan dari keduanya adalah sangat berbeda yang satu dari yang lain . Kurikulum sekali disusun berlaku untuk jangka waktu panjang , sedangkan program kegiatan disusun untuk memenuhi kebutuhan ketika itu .
- PLS tidak berjenjang artinya , program PLS pada umumnya merupakan program yang berdiri sendiri dan merupakan satu kebulatan . Program-program PLS berlaku untuk jangka waktu pendek dengan jenis variasi program yang sangat luas itu sebabnya maka pada PLS setiap program kegiatan perlu di rumuskan secara tersendiri .
- PLS tidak berstruktur . Itu merupakan salah satu sebab mengapa PLS sering disebut pendidikan non formal atau di sebut PNP . PLS disebut pendidikkan non formal karena hampir dari semua seginya PLS dikelolah secara tidak formal atau kurang formal . Ketidak formalan ini dapat menyangkut :[/sociallocker]
a) Bentuk Program.
b) Tempat kegiatan.
c) Waktu penyelenggara.
d) Persiapan pengelola atau pembawa program.
e) Pendaftaraan sasaran atau peserta didik.
f) Metode yang di pakai
g) Bahan atau materi belajar.
Oleh
Gita Amanda dan Kelompok 1
PLS UNESA