Bisakah Mahasiswa PLS Menjelajah Dunia?
Tuhan selalu memberikan apa yang aku butuhin, tapi kadang aku sedih saat Tuhan nggak ngasih apa yang aku mau. Dasar manusia. Hal ini berawal karena aku suka sekali menonton video dokumenter tentang alam dan kebudayaan seperti National Geographic, Tears of Africa, dan sebagainya. Aku selalu ingin kuliah di jurusan Hubungan Internasional atau kedokteran, yang kece. Dengan alasan ingin mengenal orang-orang dari berbagai belahan dunia dan menjelajahi berbagai negara, menjadi dokter disana. Bahkan guru SD-ku masih saja ingat betul cita-cita itu ketika kami berjumpa.
Beberapa dari kita terjebak di lingkungan yang sama. Aku dilahirkan dan dibesarkan di tempat yang sama. Tapi bukannya Tuhan menciptakan kita berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kita bisa saling mengenal? Sayangnya, aku enggak lahir di keluarga yang will-throw-money-to-start-new-life-abroad. Mereka membesarkan aku untuk selalu merasa cukup. Tapi, terkadang aku penasaran, seperti apa keadaan di luar sana? Gimana rasanya naik balon terbang di Capapoddia? Kayak apa sih Aurora Borealis di Iceland sesungguhnya? Semeriah apa tahun baruan di Ball Drop New York? Apa menariknya sih Maccu Pichu di Peru? Oh aku sungguh ingin menjelajah dunia!
Nyasar adalah “hiburan” tersendiri dari Tuhan untuk nunjukkin hal-hal baru dan tak terduga. Sejak SMA aku mulai belajar bahasa asing selain Bahasa Inggris, seperti Bahasa Spanyol dan Italia, berkirim surat dengan sahabat penaku di Swedia, serta selalu aktif mengikuti berita dari mancanegara. Semua itu kulakukan agar bisa berkuliah di jurusan idaman. Dan disinilah aku, hampir memasuki semester lima jurusan Pendidikan Luar Sekolah. Random abis. Bukan, tentu ini bukan jurusan idamanku. Ini adalah jurusan yang selalu meninggalkan tanda tanya kepada orang awam, yang bahkan hingga saat ini aku saja belum bisa menjelaskannya. Aku sungguh kecewa pada awalnya.
Kuliah itu 4 tahun lamanya. Aku sudah menjalankan setengahnya. Aku berusaha dalam dua tahun ke depan aku harus sudah lulus dan bekerja keras untuk itu walau aku nggak suka. Susah memang, tapi bukan berarti nggak bisa. Berat memang, tapi bukan berarti aku nggak kuat.
Lima semester sudah aku menjalaninya, aku berganti cita-cita, kini kusadar bahwa inilah awal untuk aku keliling dunia. Aku ingin bekerja di UNICEF saja! Kau tau mengapa? Karena materi perkuliahan PLS benar-benar mendukung bagi kita yang berjiwa sosial, dan berjiwa petualang yang tertarik mengenai keadaan suatu masyarakat, dan bahkan kita bisa belajar bagaimana meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menggali potensi masyarakat itu sendiri. It’s about empowering people! PLS mencakup penyediaan life skill bagi wanita dan anak putus sekolah melalui pendidikan nonformal which is related banget sama program UNICEF muehehe. Dan yang menarik adalah melalui program-program PLS aku berkesempatan menjelajah berbagai daerah khususnya di luar pulau Jawa yang sudah penuh sesak ini. Pada semester pertama aku berkesempatan pergi ke pulau Sulawesi yaitu Kota Palu dan Makasar untuk mengikuti Hari Aksara Internasional (HAI). Di tahun kedua perkuliahan ini, aku dapat pergi ke Vietnam memberdayakan anak-anak dan warga lokal di Vietnam agar mau belajar Bahasa Inggris. Sepulang dari Vietnam aku berkunjung ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan untuk survei lembaga belajar masyarakat di sana. Bahkan di tahun kedua ini aku sebenarnya berkesempatan mengujungi Lombok namun jatah bolos kuliahku sudah habis terpakai karena stay di Vietnam selama enam minggu hehehe. Rencananya awal semester ini aku akan ke Palembang yay!
Tidak menyangka paling tidak aku sudah mengunjungi setidaknya satu atau dua tempat di pulau besar Indonesia. Menjadi mahasiswi di jurusan PLS mungkin menjadi pertanda awalku untuk menjadi istri dokter *tetep wkwkwk*, bekerja di UNICEF, dan menjelajah sisi lain di dunia. The world is big, we have to see more!
Peace, love and gaul!
Meythria Nissa
mail: meythria@yahoo.com
PLS UNY