Blog

  • Tingkatkan Skill Remaja Perempuan Desa Pajaten, Tim PPK Ormawa Himapenmas Unsika Tahun 2023 Menyelenggarakan Pelatihan Desain

    Tingkatkan Skill Remaja Perempuan Desa Pajaten, Tim PPK Ormawa Himapenmas Unsika Tahun 2023 Menyelenggarakan Pelatihan Desain

    Bina Remaja perempuan atau yang biasa dingkat menjadi Binar merupakan salah satu program dari Tim PPKO Himapenmas Unsika tahun 2023 yang bertema kan “Pemberdayaan Perempuan Melalui Program SEPUTRI (Sekolah Perempuan Terampil dan Mandiri) di Desa Pejaten, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang”. Bina Remaja Perempuan ini sendiri merupakan sebuah kelompok atau wadah kegiatan yang terdiri dari remaja perempuan berusia 10-21 tahun, yang diadakan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku remaja melalui serangkaian kegiatan positif yang bermanfaat guna membentuk remaja perempuan yang berdaya saing, kreatif, dan terampil.

    Sebagai salah satu program dari Sekolah Perempuan Seputri, Bina Remaja Perempuan terus berupaya untuk memfasilitasi peserta binar untuk mendapatkan ilmu serta pengetahuan yang baik serta dapat mengembangkan minat serta bakatnya masing-masing. Untuk itu, Tim Binar PPK Ormawa Himapenmas Unsika Tahun 2023 mengadakan Pelatihan Canva untuk remaja perempuan yang ada di Desa Pajaten dengan tujuan untuk mengembangkan skill remaja perempuan yang ada di Desa Pajaten dalam mendesain. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 16 September 2023 dengan menghadirkan salah satu pemateri yang juga masih seorang mahasiswa dari Universitas Singaperbangsa Karawang yakni Al-Azzam Faizarus Zayyan yang merupakan Kabid Kominfo Himapenmas Unsika yang berbakat dalam hal mendesain.

    Tingkatkan Skill Remaja Perempuan Desa Pajaten, Tim PPK Ormawa Himapenmas Unsika Tahun 2023 Menyelenggarakan Pelatihan Desain
    Tingkatkan Skill Remaja Perempuan Desa Pajaten, Tim PPK Ormawa Himapenmas Unsika Tahun 2023 Menyelenggarakan Pelatihan Desain

    Kegiatan Pelatihan Canva ini dihadiri oleh Kepala Desa Pajaten Ibu Hj. Nurhaeni S.Pd, Ibu PKK Desa Pajaten, tokoh masyarakat serta peserta kegiatan pelatihan canva yakni anggota Pramuka SMP Negeri 1 Cibuaya dan remaja Desa Pajaten lainnya. Adanya pelatihan canva diharapkan dapat meningkatkan skill dan mendapatkan hasil desain yang menarik yang merupakan karya dari para remaja perempuan yang ada di Desa Pejaten, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang. Pelatihan desain ini dipilih menjadi salah satu program dari Pojok Binar mengingat keterampilan ini sangat dibutuhkan di zaman yang serba modern seperti ini.

    Adapun pada pelatihan ini, pemateri menjelaskan penggunaan aplikasi editing mulai dari dasar seperti pengenalan fitur-fitur yang tersedia seperti template, infografis, mindmap, kolase foto, dan lain sebagainya sampai dengan proses penggunaanya. Selain itu pada pelatihan canva ini para peserta juga belajar mendesaign secara langsung dibantu dengan Tim PPK Ormawa Himapenmas Unsika dalam membuat poster dan logo dengan memanfaatkan berbagai fitur yang telah disediakan. Dengan adanya pelatihan ini diharapkan dapat membantu remaja perempuan Desa Pejaten menemukan minat serta bakat yang dapat berguna untuk kehidupan kedepannya serta dapat memunculkan sumber daya manusia di Desa Pejaten yang berbakat dalam hal mendesain.

    Silvia Dwi Margiani dan Sofia Azzahra (Universitas Singaperbangsa Karawang)

  • PEMBUKAAN PPKO HIMAPENMAS 2023 DI DESA PAJATEN, KEC. CIBUAYA, KAB. KARAWANG, JAWA BARAT

    PEMBUKAAN PPKO HIMAPENMAS 2023 DI DESA PAJATEN, KEC. CIBUAYA, KAB. KARAWANG, JAWA BARAT

    Pembukaan PPKO Himapenmas 2023 telah dilaksanakan pada 02 Agustus 2023 di Kantor Desa Pajaten, Kec. Cibuaya, Kab. Karawang, Jawa Barat. Dalam kegiatan Pembukaan PPKO Himapenmas 2023 dihadiri oleh beberapa tokoh masyarakat desa, seperti Kepala Desa yang diwakilkan Sekretaris Desa, Pendamping Sosial, PLKB, Ibu-ibu PKK, Kepala dan Wakil Dusun, Ketua RW, Ketua RT, dan tokoh masyarakat lainnya. Selain itu, dihadiri pihak universitas seperti Perwakilan Rektor Unsika, Koorprodi Penmas FKIP Unsika, Dosen Penmas FKIP Unsika, Dosen Pembimbing PPKO Himapenmas 2023, dan perwakilan ormawa.

    Pembukaan PPKO Himapenmas 2023 dilaksanakan sebagai pembuka awal untuk terselenggaranya program dan menginformasikan terkait program yang akan dilaksanakan kedepannya. PPKO Himapenmas 2023 mengambil tema Sekolah Perempuan dengan judul “Pemberdayaan Perempuan Melalui Program Seputri (Sekolah Perempuan Terampil Dan Mandiri) di Desa Pajaten Kecamatan Cibuaya Kabupaten Karawang”. Dalam layanan tersebut berupa “Seputri” yaitu Sekolah Perempuan Terampil dan Mandiri yang berfungsi sebagai pusat belajar para perempuan, yang menyediakan beberapa program diantaranya:

    Musrenbang Perempuan (Musyawarah Perencanaan Pembangunan Perempuan)

    • Penyuluhan Parenting
    • Penyuluhan Stunting dan Gizi
    • Penyuluhan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
    • Penyuluhan dan Penanaman Tanaman Obat Keluarga

    PFP (Pelatihan Fasilitator Perempuan)

    • Pelatihan Kewirausahaan
    • Pelatihan Abon Belut
    • Pelatihan Merajut
    • Pelatihan Pengemasan dan Pemasaran

    Binar (Bina Remaja Perempuan)

    • Pelatihan Canva
    • Pelatihan Podcast
    • Sosialisasi Kesehatan Remaja dan Pernikahan Dini
    • Talkshow Mental Health
    • Binar Organisasi
    • Binar Kemerdekaan
    • Festival Seputri

     

    Dengan diadakannya Program Seputri ini, semoga dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya perempuan baik dalam peningkatan kemampuan, keterampilan, dan sikap mandiri agar mereka mampu memenuhi kebutuhan dasar melalui layanan Sekolah Perempuan.

    Eka Dani Trisuma (Unsika)

  • Ibu dan Anak Raih Gelar Magister Prodi Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Bareng

    Ibu dan Anak Raih Gelar Magister Prodi Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Bareng

    Biasanya orang tua menjadi pendamping saat acara wisuda putra-putri mereka. Namun berbeda dengan kisah satu ini, Yekti Wulancahyani dan putra sulungnya Rahadyan Prasdhana kompak wisuda bersama di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) pada 10 Agustus 2023.

    Yekti Wulancahyani dan putranya sama-sama berhasil meraih gelar S-2 di prodi yang sama; Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Yekti mengatakan bahwa kekompakan mereka bukan tanpa alasan. Sejak awal, mereka sudah membuat komitmen.

    “Ceritanya, saya dan putra sudah komit untuk lanjut kuliah S-2 bareng. Waktu itu, sekitar 2020 kami daftar di UNESA, prodi yang sama dan kebetulan dapat kelas yang sama. Sejak awal, kami intens berdiskusi termasuk bahas penugasan dan saling motivasi antara ibu dan anak seperti biasanya,” ucapnya.

    Sebagai seorang ibu, pencapaian itu sangat membanggakan. Dia pun mengaku termotivasi, karena bisa kuliah dan belajar bareng sang anak. “Kalau belajar itu kan gak melihat umur ya. Namun, kadang ada perasaan terlambat dan kurang semangat. Dengan bareng begini ada dorongan sendiri untuk belajar,” bebernya.

    Sementara sang anak, Rahadyan Lazuardhi memiliki kesan yang tidak jauh beda dari sang Ibu. Dengan perasaan bangga sebagai seorang alumni UNESA dia mengaku dipermudah ketika sistem perkuliahan daring dan luring sekaligus.

    “Hal itu membuat kami lebih fleksibel dalam belajar dan mengatur jadwal praktek sebanyak mungkin. Melalui ibu saya dapat mengimprovisasi terkait proyek atau tugas perkuliahan yang diberikan dosen kepada saya,” ungkapnya.

    Rahadyan melanjutkan, pencapaian itu karena faktor dukungan keluarga dan komitmennya bersama sang Ibu. “Mama itu orangnya sangat terbuka. Saya juga sering bercerita apapun. Mama terus memotivasi. Jadinya ada tekad yang kuat serta komitmen untuk belajar dan selesai bareng,” terangnya.

    Dia sangat percaya, dengan memenuhi keinginan sang Ibu, segala jalan akan dipermudah. Lagian, keinginan Ibu tidak lain, kecuali ingin melihat anaknya bisa hidup sukses dan bahagia. “Tidak ada salahnya saya ikuti. Toh ini demi kebaikan saya juga dan orang tua. Belajar kan wajib sampai akhir hayat

    Ibu dan Anak Raih Gelar Magister Prodi Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Bareng

    Saling Memotivasi

    Menurut Yekti, dengan menempuh pendidikan yang sama dengan sang anak, membuatnya menjadi lebih semangat dan termotivasi untuk terus belajar, mengingat usia saat ini sudah tak lagi muda.

    “Kalau belajar itu kan gak melihat umur ya. Namun, kadang ada perasaan terlambat dan kurang semangat. Dengan bareng begini ada dorongan sendiri untuk belajar,” bebernya.

    Selaras dengan sang ibu, Rahadyan pun mengaku bahwa dirinya sering dimotivasi juga oleh ibu. Ia juga kerap bercerita dengan ibunya soal hal apapun.

    “Mama itu orangnya sangat terbuka. Saya juga sering bercerita apapun. Mama terus memotivasi. Jadinya ada tekad yang kuat serta komitmen untuk belajar dan selesai bareng,” terangnya.

    Rahadyan percaya dengan ia menuruti kemauan sang ibu untuk menempuh pendidikan bersamaan, akan membuat jalan hidupnya lebih dipermudah.

    “Lagian, keinginan Ibu tidak lain, kecuali ingin melihat anaknya bisa hidup sukses dan bahagia. Tidak ada salahnya saya ikuti. Toh ini demi kebaikan saya juga dan orang tua. Belajar kan wajib sampai akhir hayat,” kata Rahadyan.

    Komitmen Kuliah Bersama

    Yekti mengatakan bahwa kelulusan mereka di waktu yang sama bukanlah sebuah kebetulan. Sejak awal kuliah, mereka sudah berkomitmen untuk melanjutkan S2 bersama-sama hingga lulus.

    “Ceritanya, saya dan putra sudah komitten untuk lanjut kuliah S2 bareng. Waktu itu, sekitar 2020 kami daftar di Unesa, prodi yang sama dan kebetulan dapat kelas yang sama. Sejak awal, kami intens berdiskusi termasuk bahas penugasan dan saling motivasi antara ibu dan anak seperti biasanya,” ucapnya dilansir dari laman Unesa, Jumat (11/8/2023).

    Selama berkuliah S2, Yekti dan Rahadyan saling terbuka dan sering berdiskusi terkait tugas. Selain itu, Rahadyan mengaku bisa merampungkan S2-nya berkat dukungan dari keluarganya dan komitmen dari sang ibu.

    Sumber https://www.detik.com/edu/edutainment/d-6871002/kompak-ibu-dan-anak-ini-kuliah-hingga-lulus-s2-bareng-di-unesa

    https://www.unesa.ac.id/kekompakan-ibu-dan-anak-raih-gelar-magister-bareng-di-unesa

  • Pendidikan Kesetaraan dan Anak Putus Sekolah Wajib Belajar 9 Tahun

    Pendidikan Kesetaraan dan Anak Putus Sekolah Wajib Belajar 9 Tahun

    Pendidikan merupakan salah satu upaya kita untuk menanggulangi kebodohan dan kemiskinan yang terjadi di negara kita yaitu Indonesia. Dimana kita ketahui bersama bawasannya dengan seseorang mengenyam bangku sekolah maka orang tersebut telah mengetahui berbagai hal yang ada di dunia ini. Menurut UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dalam upaya menjalankan amanat UUD 1945 pasal 31 berbunyi bahwa setiap negara berhak mendapatkan pendidikan dan setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Berdasarkan alasan tersebut Wajib Belajar Dasar 9 Tahun sebagai salah satu upaya pemerataan pendidikan dasar diusahakan pemerintah dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

    Apabila membicarakan masalah pendidikan dasar, sering kali orang memberikan tanggapan yang kurang serius karena menganggap hal itu sebagai masalah yang sepele dan sederhana. Padahal masalah itu sebenarnya merupakan isu sentral dalam kehidupan bangsa dan negara. Salah satu penyebab pendidikan wajib belajar 9 tahun tidak terlaksana adalah putus sekolah. Data Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, angka putus sekolah di Indonesia meningkat pada 2022. Kondisi tersebut terjadi di seluruh jenjang pendidikan, baik Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Secara rinci, angka putus sekolah di jenjang SMA mencapai 1,38% pada 2022. Ini menandakan terdapat 13 dari 1.000 penduduk yang putus sekolah di jenjang tersebut. Persentase tersebut menjadi yang terbesar dibandingkan jenjang pendidikan lainnya. Angkanya juga tercatat naik 0,26% poin dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebesar 1.12%. Angka putus sekolah di jenjang SMP tercatat sebesar 1,06% poin dari tahun lalu yang sebesar 0,90%. Lalu, angka putus sekolah di jenjang SD sebesar 0,13%. Persentasenya lebih tinggi 0,01% poin dibandingkan pada 2021 yang sebesar 0,12%.

    Menurut Marzuki mengatakan bahwa karakteristik siswa putus sekolah adalah siswa yang putus sekolah bila berada di lingkungan kelas, siswa tersebut tidak tertib dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Siswa yang putus sekolah terkesan hanya mengikuti kewajiban saja untuk masuk di kelas, namun dalam kenyataannya siswa tersebut tidak mempunyai usaha dari dirinya untuk mencerna pelajaran dengan baik. Siswa yang putus sekolah biasanya dipengaruhi oleh lingkungan dalam diri siswa dan juga di luar diri siswa tersebut, misalnya pengaruh prestasi belajar yang buruk di setiap semester, pengaruh keluarga yang kurang harmonis atau kurang afeksi (kasih sayang), dan hal yang paling bisa terjadi adalah karena pengaruh dari teman sebaya yang kebanyakan adalah siswa yang putus sekolah dan juga selalu tertinggal dalam kegiatan belajar di sekolah. Kurang dan minimnya proteksi yang ada di dalam lingkungan rumah siswa tersebut. Hal ini dapat diwujudkan dalam kegiatan belajar belajar di rumah yang kurang tertib, tidak disiplin, selain itu kedisiplinan yang kurang dicontohkan dari orangtua. Perhatian yang kurang dalam hal pelajaran yang dialami oleh siswa ketika siswa berada di sekolah, misalnya penemuan kesulitan belajar siswa yang tidak direspon oleh orangtua. Kegiatan diluar rumah yang meningkat sangat tinggi jika dibandingkan dengan belajar di rumah. Misalnya siswa yang lebih dominan bermain dengan lingkungan di luar rumah dibandingkan menghabiskan waktu dengan keluarga. Kebanyakan mereka yang putus sekolah adalah siswa yang dilatarbelakangi dari keluarga ekonomi yang lemah dan dari keluarga yang tidak teratur.

    Pendidikan Kesetaraan dan Anak Putus Sekolah Wajib Belajar 9 Tahun

    Pendidikan Kesetaraan dan Anak Putus Sekolah Wajib Belajar 9 Tahun

    Meningkatnya angka putus sekolah merupakan tanggung jawab dari seluruh elemen dalam masyarakat, pemerintah, dan keluarga. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam usaha mengatasi anak putus sekolah dengan melibatkan semua unsur yang terkait baik instansi pemerintahan maupun organisasi kemasyarakatan. Hal tersebut sebagai perwujudan dari UUD 1945 yang mewajibkan sekolah semua masyarakat dengan tujuan :

    1. Pendidikan yang murah dapat membuat masyarakat dari semua golongan mampu menikmati sekolah. Sehingga dengan adanya pendidikan yang murah tidak akan memberatkan masyarakat yang tidak mampu dalam memperoleh pendidikan.
    2. Menggalang kepedulian masyarakat pada permasalahan pendidikan. Masyarakat tidak akan memiliki kepedulian dengan pendidikan yang murah, tetapi kepedulian dipicu oleh keikut sertaan banyak pihak dalam lembaga pendidikan. Dengan pendidikan yang murah maka kualitas masyarakat dapat ditingkatkan.

    Selanjutnya, menurut Suyanto (2010: 348-349) menyatakan untuk mencegah anak putus sekolah dapat dilakukan dua hal berikut yaitu :

    1. Intervensi dini mencegah anak putus sekolah
    2. Pemasyarakatan lembaga pra sekolah. Penelitian membuktikan bahwa anak yang melalui jenjang pendidikan TK rata-rata memiliki kemmpuan beradaptasi dan prestasi belajar yang lebih baik dibanding anak yang tidak melalui jenjang pendidikan TK
    3. Penanganan anak yang bermasalah, khususnya anak yang memiliki prestasi belajar relatif buruk di sekolah. Anak yang tinggal kelas lama-kelamaan akan sering membolos, semakin jauhnya jarak dengan guru dan akhirnya anak putus sekolah.
    4. Memanfaatkan dukungan dari lembaga-lembaga lokal yang sekiranya dapat dimanfaatkan untuk membantu kegiatan belajar anak yang rawan putus sekolah.
    5. Otonomi dan fleksibilitas sekolah

    Depertamen Pendidikan Nasional menyediakan pendidikan alternatif untuk anak yang putus sekolah. Adapun program yang dilakukan saat ini untuk mengatasi anak putus sekolah yaitu dengan mengikuti Program Pendidikan Kesetaraan terdiri dari Program Paket A Setara SD/MI, Paket B Setara SMP/MTs dan Program Paket C Setara SMA/MA kelompok usia 15-44 tahun.

    Pendidikan kesetaraan ini ditujukan untuk menunjang penuntasan wajib Sembilan Tahun serta memperluas akses pendidikan menengah yang menekankan kepada keterampilan fungsional dan kepribadian professional. Pendidikan kesetaraan adalah pendidikan yang berlangsung di luar sistem persekolahan, namun kompetensi lulusannya dianggap setara dengan kompetensi lulusan pendidikan formal (persekolahan) setelah melalui ujian kesetaraan. Pemegang ijazah program paket A, Paket B dan Paket C memiliki hak eligibilitas yang sama dengan pemegang ijazah SMP/MTs. Jadi, lulusan Paket A bisa mendaftar di sekolah formal seperti MTsN, SMP. Lulusan Paket B bisa mendaftar di Sekolah Formal seperti SMAN, SMKN, Sekolah Kedinasan, SPM, dan sekolah formal lainnya. Sementara lulusan Paket C bisa mendaftar di Perguruan Tinggi Negeri, Perguruan Tinggi Swasta, AKPOL, AKMIL, dan lain-lain.

    Lembaga penyelenggara pendidikan kesetaraan adalah satuan pendidikan nonformal yang berbada hukum dan memiliki izin operasional untuk menyelenggarakan pendidikan kesetaraan program paket A setara SD/MI, program paket B setara SMP/MTs dan program paket C setara SMA/MA. Satuan pendidikan nonformal tersebut adalah Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM),  Yayasan,  Majelis Taklim dan lembaga keagamaan lainnya, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau organisasi sosial kemasyarakatan, kelompok belajar, dan lembaga lain yang sejenis.

    Pelaksanaan program paket A, Paket B dan Paket C sudah berjalan dengan baik, dimana setiap tutor sudah membuat perangkat pembelajaran agar memudahkan dalam menyampaikan materi. Dalam pelaksanaannya kegiatan ini mata pelajaran yang diajarkan sama dengan pendidikan formal. Untuk melihat bagaimana perkembangan peserta didik dalam memahami materi, tutor memberikan tugas dan melaksanakan ujian. Kegiatan paket A memiliki beberapa kendala yaitu kurang rasa kesadaran dari peserta didiknya, karena dilihat masih banyak perserta didik yang tidak hadir dalam proses pembelajaran, bahkan saat ujian pun tidak hadir, ada peserta didik yang berhenti. Pelaksanaan pembelajarannya program paket B dan paket C hanya dilakukan dua hari dalam satu minggu yang disebabkan karena peserta didik rata-rata sudah bekerja. Untuk melihat bagaimana perkembangan peserta didik dalam memahami materi, tutor memberikan tugas dan melaksanakan ujian. Kegiatan paket A ini memiliki beberapa kendala yaitu kurang taatnya peserta didik terhada aturan, yang seharusnya jadwal masuk mereka tidak masuk. Pelaksanaan program paket C memiliki beberapa kendala yaitu kesadarannya masih kurang, seolah-olah yang butuh itu kita (lembaga) bukan mereka yang butuh. Kehadiran warga belajar itu belum pernah 100%. Hal ini menganggu penyampaian materinya.

    Program pembangunan pendidikan merupakan prioritas pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, oleh karena itu pemerintah bersama masyarakat memberikan perhatian yang konsisten dan serius. Hal ini menjadi pilihan strategi pembangunan nasional, karena kualitas pembangunan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas manusianya dan pendidikan menjadi kunci utama percepatan pembangunan nasional. Pendidikan persekolahan yang meliputi sekolah dasar, sekolah menengah, dan perguruan tinggi telah memberikan layanan pada masyarakat secara optimal, namun masih ada kelompok masyarakat yang belum memperoleh pendidikan yang layak, karena faktor kemiskinan, keterbelakangan, dan keterpencilannya. Untuk itu, pemerintah memberikan program layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang belum beruntung tersebut melalui layanan pendidikan kesetaraan.

     

    Oleh:

    Novia Purnama Sari, S.Pd.
    Lulusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Padang Angkatan 2008
    Instagram : @srikandi_nps

  • KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PENDIDIKAN NON FORMAL

    KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PENDIDIKAN NON FORMAL

    Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan nonformal ? Proses pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan nonformal merupakan upaya yang harus menjamin masayarakat agar dalam setiap aktivitas kehidupannya dapat memberdayakan dirinya sendiri. Proses pemberdayaan dapat dilakukan dengan memusatkan aktivitas yang ada pada masyarakat itu sediri dengan berlandaskan prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat atau dapat dipahami sebagai pendidikan yang berbasis masyarakat.

    Dalam proses pemberdayaan masyarakat perlu memperhatikan kepedulian terhadap masalah, kebutuhan dan potensi yang ada pada masyarakat, kepercayaan dan feedback dari program yang dilaksanakan, pemenuhan fasilitasi dari pemerintah dalam membantu kelancaran proses kegiatan, adanya partisipatif  dari seluruh komponen dan mengayomi peranan masyarakat dalam mencapai tujuan (Mahardhani, A. J, 2018).

    Bagi masyarakat menerima peran dan posisi yang demikian ideal di bidang kepemerintahan dan pembangunan bukanlah pekerjaan sederhana. Posisi sebagai mitra yang berimbang hanya dapat terwujud dengan melalui proses pembenahan di segala segi, termasuk konsekuensi untuk memberdayakan masyarakat sipil. Oleh karena itu langkah yang harus dilakukan adalah melakukan pemberdayaan yang tepat kepada masyarakat dan meningkatkan kapasitas organisasi pemerintah dan lembaga yang menjadi pendukung atas penyelenggaraan Pembangunan. Sebelumnya perlu ditelusuri terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan pemberdayaan masyarakat.

    Hubungan antara pemberdayaan masyarakat dan pendidikan nonformal

    Hubungan pemberdayaan masyarakat dengan pendidikan nonformal disini adalah suatu cara yang dilaksanakan untuk mengali setiap proses belajar yang ada pada kelompok masyarakat dan melatih masyarakat agar mereka dapat meningkatkan kompetensi dan kinerjanya, sebagai trobosan untuk menyiapkan diri dalam memegang peranan dan tanggungjawabnya di masa yang akan datang, dengan memaknai belajar untuk mengetahui, belajar untuk berbuat, belajar untuk hidup bersama, dan belajar secara berkesinambungan (Budi, D.S, 2018).

    Pendidikan nonformal bergerak secara mandiri diluar dari sistem sekolah formal. Sehingga situasi ini, membuat pendidikan nonformal harus mampu menyesuaikan keberadaanya dengan kelompok masyarakat agar tujuan memberdayakan masyarakat dapat tercapai.

    Mengembangkan dan mengadakan inovasi-inovasi baru yang kreatif dalam masyarakat merupakan hal yang perlu dilakukan oleh pendidikan nonformal untuk membuat masyarakat menjadi berdaya dan mecapai pembangunan di negeri ini.

    Kebijakan tentang pendidikan nonformal dan program-program pemberdayaan yang dibuat untuk masyarakat adalah bentuk dari aktifitas pendidikan yang diselenggarakan ditengah-tegah masyarakat. Pemeberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh pendidikan nonformal ini, merupakan wujud nyata upaya memajukan dan mengembangkan masyarakat agar siap bersaing dengan kelompok masyarakat lainnya maupun pekembangan zaman yang terus maju.

    Dengan langkah pemberdayaan masyarakat malalui pendidikan nonformal ini diharapkan akan menimbulkan kesadaran bagi kita untuk dapat membantu masyarakat yang karena keterbatasannya baik secara ekonomi, kesempatan, geografis maupun hal lainnya dapat megembangkan dan membangun dirinya sendiri sehingga mampu menjadi masyarakat yang lebih berdaya sebagaimana yang dicita-citakan.

    Arah Kebijakan

    Program pendididikan non formal (PNF) ditujukan untuk menyediakan pelayanan pendidikan kepada masyarakat yang tidak atau belum sempat memperoleh pendidikan formal dan putus sekolah untuk dapat mengembangkan diri, sikap, pengetahuan dan ketrampilan, potensi pribadi dan dapat mengembangkan usaha produktif guna meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Selain itu program PLS diarahkan pula untuk memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan berusaha secara profesional sehingga warga belajar mampu mewujudkan lapangan kerja bagi dirinya sendiri dan anggota keluarganya.

    Sasaran yang direncanakan untuk dicapai Program pendidikan non formal adalah

    1. menurunkan angka buta aksara latin, angka buta bahasa Indonesia dan buta pengetahuan dasar pada penduduk usia 10-44 tahun, (2) menyediakan pelayanan pendidikan kepada masyarakat yang tidak atau belum sempat memperoleh pendidikan formal termasuk anak usia dini, serta (3) pendidikan berkelanjutan yang berorientasi pada peningkatan keterampilan dan kemampuan kewirausahaan.
    2. Hasil yang Dicapai Peningkatan partisipasi pendidikan melalui pendidikan luar sekolah telah meningkatkan proporsi penduduk melek aksara. Data Susenas tahun 2003 menunjukkan bahwa penduduk usia 15 tahun keatas yang melek aksara sudah mencapai 89,79 persen. Lebih lanjut terungkap bahwa angka melek aksara penduduk usia 15 tahun keatas terjadi keragaman antarperdesaan dan perkotaan, dan antarkelompok laki dan perempuan. Angka melek aksara di perdesaan mencapai 86,20 persen atau masih jauh lebih rendah dari perkotaan yang sudah mencapai 94,51 persen.

    Upaya untuk meningkatkan mutu tenaga pengelola pendidikan luar sekolah juga telah dilakukan. Hal ini mengingat bahwa berdasarkan hasil identifikasi hampir 70 persen tenaga pengelola PLS di tingkat kabupaten/kota dan provinsi adalah pegawai baru yang sebagian besar belum memahami tentang substansi PLS. Untuk menunjang keberhasilan program PLS dan untuk menyatukan persepsi tentang pentingnya PLS dalam mencerdaskan bangsa, para pengelola tersebut akan diberikan orientasi yang berkaitan dengan substansi program PLS yakni dalam hal merencanakan, memprogramkan dan mengevaluasi program-program PLS di wilayah kerjanya.

    Untuk mendukung kegiatan tersebut, pada tahun 2001, 2002 dan 2003 telah dilakukan peningkatkan kemampuan fungsional bagi pengelola Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) masing-masing sebanyak 1.157 orang, 2.298 orang dan 2.148 orang. Pada tahun 2004 kegiatan serupa dilakukan melalui 30 lembaga PKBM. Sementara itu untuk kelancaran pelaksanaan berbagai kegiatan pendidikan masyarakat juga dilakukan rekruitmen Tenaga Lapangan Dikmas (TLD). Pada tahun 2001 telah direkrut sebanyak 2.874 orang, tahun 2002 sebanyak 2.379 orang, dan tahun 2003 sebanyak 4.725 orang. Di samping itu dilakukan pula pembinaan tutor dan pelatihan bagi penilik PLS

    Melalui Program Pendidikan Luar Sekolah dilakukan pula pengembangan anak usia dini (PAUD) dan telah berhasil merumuskan berbagai kebijakan awal serta mensosialisasikannya kepada pihak-pihak yang terkait. Program ini telah menjangkau 12 kabupaten/kota pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 16 kabupaten/kota pada tahun 2002 dan pada tahun 2003 telah

    diperluas menjadi 85 kabupaten/kota. Pendidikan bagi anak dini usia telah mendapat perhatian besar karena peranannya dalam mempersiapkan anak untuk memasuki bangku sekolah yang lebih lanjut berdampak pada meningkatkan kinerja pembangunan pendidikan secara keseluruhan.
    Untuk mendukung kegiatan tersebut, dilakukan pembangunan fasilitas PAUD 681 unit, sertifikasi lokasi pembangunan fasilitas PAUD 135 dokumen, pengadaan bahan belajar 681 set, guru TK kontrak 1.122 orang, bantuan kerja sama peningkatan kelembagaan 5.462 lembaga, peningkatan tenaga kependidikan PAUD 19.806 kegiatan, mutu petugas dan pembina 4.200 orang, sosialisasi dan pemasyarakatan PAUD 893 kegiatan.

    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Program PNF

    Faktor-faktor yang paling mempengaruhi kinerja Program PNF adalah faktor sosial budaya, kemampuan ekonomi masyarakat, demografi dan geografi, ketersediaan pelayanan pendidikan keaksaraan, dan jenis pendidikan luar sekolah lainnya. Selain itu jumlah dan mutu tenaga kependidikan luar sekolah merupakan faktor yang cukup berpengaruh jika dibandingkan dengan jumlah sasaran dan modul pembelajaran yang akan dikembangkan.

    Faktor sosial budaya menyebabkan rendahnya laju penurunan angka buta aksara khususnya pada penduduk usia tua dan penduduk perempuan. Penurunan jumlah penduduk buta aksara lebih cepat pada kelompok usia muda dibandingkan kelompok usia tua. Keadaan tersebut terjadi mengingat kelompok usia tua atau yang sudah tidak produktif kemampuan keaksaraan kurang berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan hidupnya. Berbeda dengan kelompok usia produktif yang lebih mampu melihat manfaat dari kemampuan keaksaraan sebagai nilai tambah terutama dalam meningkatkan pendapatan mereka.

    Pada saat yang sama laju penurunan angka buta aksara lebih cepat terjadi pada penduduk laki-laki dibanding penduduk perempuan. Hal ini diduga terjadi karena faktor sosial budaya juga masih dominan yang meletakkan perempuan untuk lebih banyak berperan dalam urusan domestik atau yang berkaitan dengan rumah tangga. Oleh karena itu mereka menjadi tidak dapat melihat manfaat kemampuan keaksaraan. Terlebih lagi jika dikaitkan dengan keharusan mereka untuk keluar rumah untuk mengikuti pendidikan keaksaraan yang lokasinya tidak selalu dekat dengan tempat tinggalnya dan waktu yang juga tidak selalu sesuai dengan pekerjaan mereka di rumah. Faktor tersebut berpengaruh juga pada kinerja pendidikan berkelanjutan karena keengganan penduduk perempuan untuk mengikuti pendidikan luar sekolah.
    Faktor internal lain yang berpengaruh adalah kondisi ekonomi penduduk. Meskipun sebagian besar pendidikan luar sekolah diberikan secara cuma-cuma, tetapi dalam pelaksanaannya peserta mungkin perlu mengeluarkan biaya yang bukan hanya biaya tidak langsung misalnya untuk transportasi tetapi juga forgone earning atau pendapatan yang hilang karena mereka harus meninggalkan pekerjaannya.
    Sementara itu faktor eksternal adalah hal-hal yang berasal dari luar individu antara lain adalah (a) efisiensi pendidikan persekolahan terutama angka putus sekolah yang masih tinggi khususnya pada kelas I – III SD/MI yang menyebabkan anak menjadi buta aksara kembali dan (b) efisiensi pendidikan keaksaraan yang dipengaruhi secara langsung oleh terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana belajar termasuk tenaga kependidikan baik jumlah maupun kualitasnya.

    Dengan jumlah sasaran PLS sebesar 75 juta orang dengan berbagai program dan kegiatan yang tersebar di lokasi pembelajaran yang sangat bervariasi, termasuk di daerah terpencil, daerah tertinggal/miskin, pada saat ini hanya didukung oleh 20 ribu tenaga kependidikan luar sekolah. Selain itu, mutu tenaga kependidikan PLS yang juga dituntut untuk mampu mengembangkan model pembelajaran secara kualitatif.
    Dengan semakin kecilnya presentase penduduk buta aksara, sebaran tempat tinggal penduduk buta aksara sangat besar. Hal ini menyebabkan sulitnya pencarian sasaran untuk pelaksanaan program serta evaluasi dan monitoring hasil pendidikan keaksaraan fungsional.

    KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PENDIDIKAN NON FORMAL

    MODEL PEMBERDAYAAN YANG DITAWARKAN

    Tindak lanjut yang akan dilakukan dalam mengatasi berbagai permasalahan pada Program PNFakan dilakukan berbagai kegiatan pemberdayaan seperti antara lain

    1. memperluas jangkauan layanan PAUD bekerjasama dengan instansi terkait dan masyarakat
    2. melaksanakan penghapusan buta aksara melalui Keaksaraan Fungsional untuk mengurangi buta aksara latin dan angka, buta bahasa Indonesia dan pengetahuan dasar, serta keterampilan
    3. menyelenggarakan program Paket A setara SD dan Paket B setara SMP dalam rangka mendukung Wajar Dikdas 9 Tahun dan pendidikan dasar untuk orang dewasa serta Paket C setara SMA secara berkualitas
    4. meningkatkan mutu tenaga kependidikan PLS (penilik, tenaga lapangan dikmas, pamong belajar, tutor dan penyelenggara kelompok belajar, PAUD dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
    5. melanjutkan pembinaan dan perluasan pendidikan masyarakat yang diarahkan pada perluasan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan melalui Kelompok Belajar Usaha (KBU), pemberian beasiswa/magang dan pelatihan keterampilan dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender
    6. memberikan dukungan terhadap lembaga PAUD melalui sosialisasi dan pelaksanaan program
    7. meningkatkan perhatian dan dukungan terhadap program dan lembaga UPT PLS seperti Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB), BPLSP, Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Taman Bacaan Masyarakat (TBM), kursus-kursus dan lembaga PLS lainnya
    8. melaksanakan kerjasama dengan berbagai instansi/lembaga terkait dalam pelaksanaan program PLS; dan
    9. melaksanakan supervisi, evaluasi, monitoring dan pelaporan pelaksanaan program serta pemetaan sasaran dan potensi PLS secara akurat, tepat waktu dan terkini untuk meningkatkan kualitas perencanaan dan pelaksanaan program PLS

    Pemaknaan pemberdayaan selanjutnya seiring dengan konsep good governance. Konsep ini mengetengahkan ada tiga pilar yang harus dipertemukan dalam proses pemberdayaän masyarakat. Ketiga pilar tersebut adalah pemerintah, swasta dan masyarakat..Akibat dari pemahaman hakikat pemberdayaan yang berbeda-beda, maka lahirlah dua sudut pandang yang bersifat kontradiktif. Kedua sudut pandang tersebut memberikan implikasi atas pendekatan yang berbeda pula di dalam melakukan langkah pemberdayaan masyarakat. Pendekatan yang pertama memahami pemberdayaan sebagai suatu sudut pandang konfliktual. Pandangan kedua bertentangan dengan pandangan pertama. Jika pada pandangan pertama proses pemberdayaan mengakibatkan berkurangnya daya pada pihak yang berkuasa, maka sudut pandang kedua berpegang pada prinsip sebaliknya. Manakala terjadi proses pemberdayaan dari pihak yang berkuasa/berdaya kepada pihak yang lemah justru akan memperkuat daya pihak pertama. Di samping itu keyakinan yang dimiliki oleh sudut pandang ini adalah adanya penekanan aspek generatif., sudut pandang demikian ini popular dengan nama positive-sum.

    Dalam perjalanan historis pembangunan bangsa Indonesia tampaknya sudut pandang pertama cukup dominan. Jika diamati dan hasil-hasil pembangunan yang sesungguhnya memiliki tujuan pemberdayaan masyarakat miskin/lemah telah memunculkan fakta dikotomis. Fenomena ketergantungan daerah-pusat, ketimpangan dan jurang pemisah antara kaya dan miskin, kesenjangan struktural, dominasi peran publik dan sosial antara laki-laki perempuan, merupakan pola-pola sub-ordinasi yang memberikan bukti bahwa adanya pandangan bahwa pemberdayaan dalam konteks pembangunan nasional selama ini berkiblat pada zero-sum. Itulah mengapa selama ini juga terjadi tarik ulur antara pusat dan daerah, penguasa dan pihak yang dikuasai, sehinga kedepan pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam rangka untuk mencapai

    pembangunan berkelanjutan pendekatan dari sudut pandang positive-sum sangat penting untuk dipertimbangkan. Mengingat model pemberdayaan pada pendidikan luar sekolah banyak ragam dan sasaranya sehingga model kerja sama antara pemerintah, swasta dan masyarakat dengan pendekatan positive-sum sangat cocok untuk program-program pemberdayan PLS dimasa yang akan datang.

  • Gerakan Pramuka adalah organisasi pendidikan nonformal

    Gerakan Pramuka adalah organisasi pendidikan nonformal

    Kepramukaan merupakan proses pendidikan nonformal yang dilakukan di luar lingkungan sekolah dan keluarga, dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, dan praktis yang dilaksanakan di alam terbuka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan. Sasaran akhir dari kegiatan ini adalah pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti yang luhur. Kepramukaan adalah sistem pendidikan kepanduan yang disesuaikan dengan keadaan, kepentingan, dan perkembangan masyarakat serta bangsa Indonesia

    Sejarah Gerakan Pramuka

    Gerakan Kepanduan atau Pramuka di Indonesia dimulai pada tahun 1923 dengan berdirinya Nationale Padvinderij Organisatie (NPO) di Bandung yang didirikan oleh Belanda. Pada tahun yang sama, di Jakarta juga didirikan organisasi serupa bernama Jong Indonesische Padvinders-Organisatie (JIPO) yang juga didirikan oleh Belanda. Kedua organisasi ini kemudian bergabung menjadi satu dan diberi nama Indonesische Nationale Padvinderij Organisatie (INPO) pada tahun 1926 di Bandung. Di luar Jawa, pada tahun 1928, para pelajar sekolah agama di Sumatra Barat juga mendirikan kepanduan bernama El-Hilaal.

    Pada tanggal 26 Oktober 2010, Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010. Menurut undang-undang ini, Pramuka bukan lagi satu-satunya organisasi yang diizinkan untuk menyelenggarakan pendidikan kepramukaan. Organisasi profesi juga diizinkan untuk menyelenggarakan kegiatan kepramukaan.

    Tujuan Gerakan Pramuka

    Gerakan Pramuka memiliki tujuan utama untuk membentuk karakter yang baik dan positif pada anak-anak dan remaja Indonesia, dengan melatih mereka dalam kegiatan kepanduan yang menarik dan bermanfaat. Tujuan dari Gerakan Pramuka ini diatur dalam butir-butir Prinsip Dasar Kepramukaan yang menjadi panduan bagi para anggota Pramuka dalam setiap kegiatan yang dilakukan.

    Dalam mencapai tujuan tersebut, Pramuka menawarkan berbagai macam kegiatan seperti perkemahan, hiking, bakti sosial, olahraga, seni, pengetahuan, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan ini diharapkan dapat membantu membentuk karakter yang kuat, mandiri, bertanggung jawab, dan peduli pada sesama dan lingkungan. Melalui Gerakan Pramuka, anak-anak dan remaja Indonesia diharapkan dapat menjadi generasi yang berdaya saing, inovatif, dan berwawasan global.

    8 Butir Prinsip Dasar Gerakan Pramuka

    Prinsip Dasar Kepramukaan terdiri dari 8 butir, yaitu:

    1. Kehormatan Setiap anggota Pramuka wajib menghormati Tuhan Yang Maha Esa, sesama manusia, dan lingkungan hidup.
    2. Kemandirian Setiap anggota Pramuka diharapkan dapat mandiri dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya.
    3. Keberanian Setiap anggota Pramuka diharapkan memiliki keberanian dan semangat pantang menyerah dalam menghadapi tantangan dan rintangan.
    4. Kepanduan Setiap anggota Pramuka diharapkan dapat memahami dan menerapkan sistem kepanduan dalam setiap aspek kehidupannya.
    5. Kerjasama Setiap anggota Pramuka diharapkan mampu bekerja sama dan berkolaborasi dengan sesama anggota dalam mencapai tujuan bersama.
    6. Kedisiplinan Setiap anggota Pramuka diharapkan memiliki disiplin diri yang baik dan taat pada aturan yang berlaku.
    7. Kreativitas Setiap anggota Pramuka diharapkan mampu mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam menjalankan kegiatan.
    8. Kepedulian Setiap anggota Pramuka diharapkan memiliki rasa empati dan peduli terhadap sesama dan lingkungan sekitar.

    Gerakan Pramuka adalah organisasi pendidikan nonformal

    Metode Gerakan Pramuka

    Metode Kepramukaan adalah suatu pendekatan pendidikan yang interaktif dan progresif yang dilakukan melalui beberapa cara, yaitu:

    Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka, yang meliputi janji dan dasar-dasar kepramukaan yang menjadi pegangan dalam tindakan dan perilaku seorang pramuka.

    Belajar sambil melakukan, yaitu dengan mempraktikkan apa yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pramuka, setiap anggota diharapkan untuk aktif dan terlibat dalam kegiatan yang dilaksanakan.

    Kegiatan berkelompok, bekerja sama, dan berkompetisi. Dalam pramuka, setiap anggota dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang saling bekerja sama dalam menghadapi tantangan dan bersaing secara sehat dalam berbagai kegiatan. Kegiatan yang menarik dan menantang, yaitu kegiatan yang disesuaikan dengan minat dan bakat masing-masing anggota, sehingga mereka merasa tertantang untuk mengembangkan kemampuan dan potensi diri.

    Kegiatan di alam terbuka, yaitu kegiatan yang dilakukan di luar ruangan seperti berkemah, hiking, dan lain sebagainya, sehingga anggota dapat belajar tentang kehidupan di alam bebas dan mengembangkan keterampilan bertahan hidup. Kehadiran orang dewasa yang memberikan bimbingan, dorongan, dan dukungan. Dalam gerakan pramuka, terdapat pembina yang bertanggung jawab memberikan bimbingan kepada anggota agar dapat berkembang dengan baik.

    Penghargaan berupa tanda kecakapan, yaitu bentuk apresiasi terhadap prestasi dan kemampuan yang telah dicapai oleh anggota pramuka. Tanda kecakapan ini juga dapat menjadi motivasi bagi anggota untuk terus mengembangkan diri.

    Satuan terpisah antara putra dan putri, yaitu organisasi kepanduan terpisah antara anggota putra dan putri, namun tetap memiliki tujuan dan prinsip dasar yang sama.
    Keanggotaan Gerakan Pramuka

    Gerakan Pramuka memiliki dua jenis anggota, yaitu Anggota Muda dan Anggota Dewasa. Anggota Muda terdiri dari Peserta Didik yang dikelompokkan berdasarkan usia, yakni

    • Golongan Siaga untuk usia 7 hingga 10 tahun
    • Golongan Penggalang untuk usia 11 hingga 15 tahun
    • Golongan Penegak untuk usia 16 hingga 20 tahun
    • Golongan Pandega untuk usia 21 hingga 25 tahun.

    Sementara itu, Anggota Dewasa terdiri dari beberapa jenis, yaitu

    • Tenaga Pendidik
    • Pembina Pramuka
    • Pelatih Pembina
    • Pembantu Pembina
    • Pamong Saka, Instruktur Saka
    • Fungsionaris
    • Ketua dan Andalan Kwartir (Ranting hingga Nasional)
    • Staf Kwartir (Ranting hingga Nasional)
    • Majelis Pembimbing (Gugus Depan hingga Nasional)
    • Pimpinan Saka (Cabang hingga Nasional)
    • Anggota Gugus Dharma Gerakan Pramuka.

    8 Sifat Gerakan Pramuka

    Delapan Sifat Gerakan Pramuka sebagai organisasi pendidikan dijelaskan secara umum pada Bab III Pasal 6 Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, dan dirinci pada Bab III Pasal 9 Anggaran Rumah Tangga.

    1. Bersifat terbuka Bersifat terbuka, yang berarti dapat didirikan di seluruh wilayah Indonesia dan diikuti oleh seluruh warga negara Indonesia tanpa membedakan suku, ras, golongan, dan agama.
    2. Bersifat universal Bersifat universal, yang berarti tidak terlepas dari idealisme nasional, prinsip dasar, dan metode kepramukaan sedunia serta membina persahabatan, persaudaraan, dan perdamaian dunia
    3. Bersifat mandiri Bersifat mandiri, yang berarti penyelenggaraan organisasi dilakukan secara otonom dan bertanggung jawab.
    4. Bersifat sukarela Bersifat sukarela, yang berarti kesediaan anggota Gerakan Pramuka untuk secara suka dan rela menaati ketentuan dan peraturan di lingkungan Gerakan Pramuka.
    5. Bersifat patuh dan taat Bersifat patuh dan taat terhadap semua peraturan perundang-undangan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
    6. Bersifat nonpolitik Bersifat nonpolitik, yang berarti bukan organisasi sosial-politik dan bukan bagian dari salah satu organisasi sosial-politik, tidak dibenarkan ikut serta dalam kegiatan politik praktis. Secara pribadi, anggota Pramuka dapat menjadi anggota organisasi kekuatan sosial-politik dengan ketentuan: tidak dibenarkan membawa paham dan aktivitas organisasi kekuatan sosial-politik dalam bentuk apapun ke dalam Gerakan Pramuka, dan tidak dibenarkan memakai atribut pramuka pada kegiatan organisasi kekuatan sosial-politik.
    7. Bersifat religius Bersifat religius, yang berarti Gerakan Pramuka wajib membina dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan anggotanya, mampu mengembangkan kerukunan hidup antar umat beragama. Anggota wajib memeluk agama dan beribadah sesuai agama dan keyakinannya masing-masing.
    8. Bersifat persaudaraan Bersifat persaudaraan, yang berarti setiap anggota wajib mengembangkan semangat persaudaraan antar sesama pramuka dan sesama umat manusia.
      Kesimpulan

    Gerakan Pramuka sebagai organisasi pendidikan memiliki delapan sifat yang dijelaskan secara umum pada Anggaran Dasar Gerakan Pramuka Bab III Pasal 6 dan dirinci pada Anggaran Rumah Tangga Bab III Pasal 9. Sifat-sifat tersebut meliputi bersifat terbuka, universal, mandiri, sukarela, patuh dan taat, nonpolitik, religius, dan persaudaraan. Sifat-sifat tersebut menjadi panduan bagi anggota dalam melaksanakan kegiatan dan membangun sikap yang sesuai dengan nilai-nilai kepramukaan.

    Referensi

    Situs resmi Gerakan Pramuka: https://www.pramuka.or.id/
    Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka: https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/1633.pdf
    Buku Panduan Gerakan Pramuka, Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 2017
    Siap Siaga Bencana, Panduan Praktis Penanggulangan Bencana untuk Pramuka, Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 2014
    https://pramuka.or.id/gerakan-pramuka/

  • Anggaran untuk pendidikan non formal terus terkikis, tertinggal jauh dari pendidikan formal

    Anggaran untuk pendidikan non formal terus terkikis, tertinggal jauh dari pendidikan formal

    Kesenjangan Pendidikan Formal & Non Formal Harus Dipikirkan Kesenjangan antara pendidikan formal dan non formal makin jelas terlihat. Otoritas Kemendikbudristek mesti memikirkan hal ini, karena anggaran untuk pendidikan non formal terus terkikis, tertinggal jauh dari pendidikan formal yang memang teralokasikan dengan baik dalam APBN maupun APBD.

    Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian saat memimpin pertemuan dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) di Pontianak, Kamis (672023). Foto Husennr
    Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian saat memimpin pertemuan dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) di Pontianak, Kamis (672023). Foto Husennr

    Demikian mengemuka saat delegasi Komisi X DPR RI menggelar pertemuan dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) di Pontianak, Kamis (6/7/2023). Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian menyerukan, agar pendidikan non formal juga mendapat perhatian yang cukup. Pendidikan formal tidak bisa memenuhi semua kebutuhan pendidikan para siswa. Sisa kebutuhan itu justru ada pada pendidikan non formal. “Siapa pun sampai usia berapa pun masih harus diberi kesempatan untuk menuntut ilmu. Nah, sekarang tidak semua itu dipenuhi oleh pendidikan formal. Non formal pun selayaknya mendapat dukungan dan perhatian yang cukup,” tandas Hetifah kepada Parlementaria usai pertemuan dengan Gubernur Kalbar Sutarmidji yang didampingi Sekdanya. Dikatakan Anggota F-PG DPR ini, pemerintah pusat sendiri sudah cenderung mengurangi anggaran untuk pendidikan non formal. Seperti diketahui, lembaga non formal ini beragam macamnya. Ada lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan keterampilan, dan lain-lain. Pendidikan non formal sebetulnya ditujukan bagi masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan sebagai pengganti, penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal. Di Kalbar sendiri, nasib pendidikan non formal kian memprihatinkan, menyusul masalah pendidikan formalnya sendiri yang masih meninggalkan banyak pekerjaan rumah yang belum selesai. Saat ini di pusat sendiri cenderung semakin mengurangi anggarannya (untuk pendidikan non formal) dan kelembagaannya. Masih ada ketidakpastian, sehingga sulit untuk bisa dapat dukungan anggaran dari APBD kabupaten/kota. Jadi, tidak ada institusi yang mampu menempuh pendidikan non formal ini secara tegas,” tutur legislator dapil Kaltim tersebut.

     

    Sumber https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/45387/t/Kesenjangan%20Pendidikan%20Formal%20&%20Non%20Formal%20Harus%20Dipikirkan

  • Prodi Pendidikan Masyarakat FIP UPI Selenggarakan Focus Group

    Prodi Pendidikan Masyarakat FIP UPI Selenggarakan Focus Group

    Prodi Pendidikan Masyarakat FIP UPI Selenggarakan Focus Group Discussion Tentang Model Pelatihan Competency Based Economies Through Formation of Enterprises dalam Mengelola UMKM di Kota Cimahi,

    Program Studi Pendidikan Masyarakat, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia bersama dengan akademisi, masyarakat, media, pemerintah, dan pelaku bisnis, menyelenggarakan acara Focus Group Discussion (FGD) tentang penerapan Model Pelatihan CEFE (Competency based Economies through Formation of Enterprises) dalam mengelola Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kota Cimahi. FGD ini akan berlangsung pada Sabtu, 1 Juli 2023, di PKBM Bina Mandiri Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi, Jawa Barat (1/7/2023)

    Fokus kajian pada diskusi yang akan di ungkap menggunakan FGD ini yaitu Prototipe Model Pelatihan CEFE berbasis Pentahelix dalam mengelola UMKM di Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat dengan indikator pendekatan pentahelix yakni (1) Akademisi: Identifikasi potensi, serifikasi produk dan keterampilan, serta sumber daya manusia; (2) Bisnis: Enabler (pemberi solusi), entitas (unik) dan infrastruktur teknologi dan modal; (3) Masyarakat: Akselerator, pengembangan potensi, adopsi proses ekonomi dan promosi produk; (4) Pemerintah: Pelaksanaan, pemantauan, pengendalian, alokasi keuangan, perijinan, pengembangan dan pengetahuan dan kemitraan publik swasta; (5) Media: Publikasi dan brand image.

    Acara ini menjadi platform bagi para pemangku kepentingan untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan wawasan tentang keberhasilan dan tantangan yang dihadapi oleh UMKM di Kota Cimahi. Para peserta akan terdiri dari perwakilan pemerintahan setempat, akademisi yang dihadiri oleh dosen praktisi dari ASMTB, bapak Roni Mulyana, M.I.Kom CI, kemudian dosen Program Studi Pendidikan Masyarakat FIP UPI, sekaligus ketua tim peneliti ibu Prof. Dr. Hj. Ihat Hatimah, M.Pd, beserta anggota tim peneliti Dr. Cucu Sukmana, M.Pd, dan Dr. Dadang Yunus Lutfiansyah, M.Pd, Selain itu, dihadiri oleh beberapa pelaku UMKM, komunitas serta koordinator daerah pendamping UMKM Jabar Juara Dani Hamdani SE, pendamping UMKM jabar juara Fani Handayani, media, dan masyarakat setempat.

    Dalam FGD ini, diskusi difokuskan pada identifikasi metode terbaik dalam penerapan Model Pelatihan CEFE untuk mengatasi tantangan khusus yang dihadapi oleh UMKM di Kota Cimahi. Partisipan akan berdiskusi tentang strategi untuk meningkatkan kualitas dan daya saing UMKM, memperkuat keterampilan manajerial dan kewirausahaan, serta membangun ekosistem yang kondusif bagi pertumbuhan UMKM yang berkelanjutan.

    Tim peneliti Program Studi Masyarakat, UPI, yang di ketuai oleh ibu Prof. Dr. Hj. Ihat Hatimah, M.Pd menyampaikan antusiasmenya terhadap acara ini. Beliau mengatakan, “FGD ini merupakan kesempatan yang berharga untuk bersama-sama mencari solusi inovatif dalam mengelola UMKM di Kota Cimahi. Melibatkan unsur Pentahelix akan memastikan kolaborasi lintas sektor yang holistik, sehingga kami dapat menghasilkan rekomendasi yang konkret dan implementatif bagi UMKM kami.”

    Hasil dari FGD ini akan digunakan untuk merumuskan rencana tindakan yang komprehensif, dengan melibatkan semua unsur Pentahelix, untuk menerapkan Model Pelatihan CEFE secara efektif dalam pengelolaan UMKM di Kota Cimahi. Pemerintah daerah akan menerapkan strategi ini sebagai upaya nyata untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi UMKM, mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

    Dengan demikian, perlu adanya sebuah perlakuan kepada pelaku UMKM salah satunya yaitu program melalui pelatihan CEFE. CEFE telah menjadi konsep pelatihan yang didasarkan pada asumsi bahwa pemberdayaan komunitas dapat dilakukan esensialnya pada pengembangan sumber daya insani dan melalui orang-orang yang produktif dan akuntabel yang akan menjadi kekayaan bangsa yang lebih besar. CEFE telah berkembang bertahun-tahun dari pendekatan pelatihan individual yang ingin memulai usaha mandiri kepada metodologi pelatihan yang lebih jauh, didesain untuk menciptakan perilaku bisnis (enterprising behavior) dan kompetensi di dalam situasi yang sangat beragam (Contributor Humas UPI/Dadang Yunus Lutfiansyah)

    Sumber https://berita.upi.edu/prodi-pendidikan-masyarakat-fip-upi-selenggarakan-focus-group-discussion-tentang-model-pelatihan-competency-based-economies-through-formation-of-enterprises-dalam-mengelola-umkm-di-kota-cimahi/

  • Daftar Program Wirausaha Merdeka 2023

    Daftar Program Wirausaha Merdeka 2023

    Wirausaha Merdeka adalah bagian dari program Kampus Merdeka Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa belajar dan mengembangkan diri menjadi calon wirausahawan melalui aktivitas di luar kelas perkuliahan.

    Program Wirausaha Merdeka berkolaborasi dengan Perguruan Tinggi Pelaksana Program mengembangkan pembelajaran wirausaha yang mampu mengasah jiwa kewirausahaan, mendorong peningkatan pengalaman wirausaha dan peningkatan kemampuan daya kerja mahasiswa.

    Manfaat Wirausaha Merdeka 2023

    Dalam pelaksanaan Program Wirausaha Merdeka (WMK) melibatkan beberapa pihak, diantaranya: Mahasiswa, Perguruan Tinggi (PT) Pelaksana Program, dan Perguruan Tinggi Asal Mahasiswa. Program Wirausaha Merdeka 2023 ini tentunya mempunyai tujuan serta manfaat bagi mahasiswa dan perguruan tinggi. Berikut manfaat mengikuti Wirausaha Merdeka 2023 untuk mahasiswa:

    1. Memberikan pengalaman praktis bagi mahasiswa dalam kegiatan wirausaha melalui proses pembekalan mindset dan kompetensi kewirausahaan, pengembangan, dan penciptaan konsep usaha, praktek, dan pengembangan wirausaha.
    2. Memiliki kompetensi dalam menganalisa usaha dan penciptaan peluang usaha.
    3. Memiliki peningkatan kemampuan daya kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas dan kapasitas lulusan Perguruan Tinggi.
    4. Kesempatan untuk dapat belajar di luar kampus untuk mengembangkan ilmu di bidang kewirausahaan.
    5. Program ini juga akan memberikan manfaat bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengakuan SKS dari rangkaian kegiatan yang dilakukan sebesar setara 20 SKS.

    Tahap Pembelajaran di Wirausaha Merdeka 2023

    Mahasiswa yang mengikuti Wirausaha Merdeka 2023 ini nantinya akan melalui tiga tahap pembelajaran, antara lain:

    1. Pre Immersion

    Pada tahap ini mahasiswa akan belajar seputar pengetahuan dan kemampuan dasar wirausaha. Lewat ini, mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan pola pikirnya sehingga dapat memvalidasi ide bisnis yang dimiliki bersama dosen kewirausahaan, praktisi, dan coach.

    2. Immersion

    Tahapan immersion ini melibatkan mahasiswa langsung untuk melihat proses bisnis secara nyata dengan melakukan onboarding di UMKM. Langkah ini bertujuan meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam menyusun model bisnis dan membuat prototype yang tervalidasi.

    3. Post Immersion

    Tahap post immersion ini merupakan proses market validation dan feasibility study yang dapat memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memulai bisnisnya. Dengan langkah ini, diharapkan mahasiswa bisa menjalankan bisnisnya sesuai dengan rencana awal.

    Syarat Daftar Mahasiswa

    1. Mahasiswa aktif jenjang pendidikan D2, D3, D4, dan S1 (minimal semester 3) dan jenjang pendidikan S2 dan S3 (tanpa batasan semester)
    2. Tidak sedang menyusun tugas akhir atau skripsi pada saat mengikuti program
    3. Tidak mengambil mata kuliah di perguruan tinggi asal selama mengikuti program
    4. Mendapatkan surat rekomendasi dari Ketua Program Studi dan pimpinan perguruan tinggi bidang akademik
    5. Bersedia mengikuti program secara penuh waktu atau selama satu semester dibuktikan dengan surat pernyataan mahasiswa

    Adapun, tahapan alur proses pendaftaran, seleksi, dan penetapan untuk Mahasiswa Program Wirausaha Merdeka (WMK) adalah sebagai berikut:

    Pendaftaran Peserta

    1. Pendaftaran dilakukan melalui laman https://wirausahamerdeka.kampusmerdeka.kemdikbud.go.id.
    2. Mengisi data diri dari nama, tempat tanggal lahir, Nomor Induk Kependudukan yang tervalidasi, serta Nomor Induk Mahasiswa sesuai dengan data di PDDIKTI.
    3. Memastikan data kecamatan, kabupaten, dan provinsi di data aplikasi MBKM sesuai dengan alamat PT asal mahasiswa.
    4. Menyiapkan surat dan dokumen yang menjadi persyaratan.
    5. Memilih Perguruan Tinggi Pelaksana Program sesuai yang diinginkan.
    6. Mahasiswa yang dinyatakan tidak diterima tetap bisa mengikuti program dengan memilih Perguruan Tinggi pelaksana program lainnya dan wajib memenuhi dokumen yang dipersyaratkan.

    5 Fakta Program Wirausaha Merdeka 2023:

    1. Melahirkan Wirausaha Muda D

    Ilansir dari laman Ditjen Vokasi, rasio kewirausahaan di Indonesia tergolong masih rendah jika dibandingkan dengan sejumlah negara lain, bahkan sesama negara ASEAN seperti Malaysia ataupun Singapura. Padahal, kewirausahaan menjadi salah diyakini menjadi salah satu penggerak ekonomi Indonesia. Melalui program Wirausaha Merdeka, mahasiswa yang memiliki minat dan potensi dalam kewirausahaan akan mendapat dukungan berupa pembekalan kompetensi kewirausahaan. Juga peningkatan kemampuan wirausaha melalui praktikum atau magang, peningkatan pengalaman wirausaha melalui pengembangan ide atau implementasi bisnis, atau kegiatan lain yang bertujuan meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam berwirausaha. Dengan demikian diharapkan akan lahir para wirausaha muda dari kampus-kampus di Indonesia.

    2. Diluncurkan 20 Maret 2023

    Kegiatan soft launching Program Wirausaha Merdeka Tahun 2023 berlangsung secara daring pada 20 Maret 2023 lalu. Dalam sambutannya, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kiki Yuliati, mengatakan, pembelajaran dengan praktik pada Program Wirausaha Merdeka 2023 telah sejalan dengan karakteristik pendidikan vokasi.

    3. Targetkan 12.000 Mahasiswa

    Jika tahun 2022 lalu Program Wirausaha Merdeka sudah dirasakan manfaatnya oleh 11.716 mahasiswa dari seluruh Indonesia. Maka 2023 ini, Kemendikbudristek menargetkan jumlah peserta program ini bisa meningkat menjadi 12.000 mahasiswa. Para mahasiswa ini nantinya akan belajar, mencari pengalaman, dan melakukan praktik wirausaha secara langsung di kurang lebih 30 perguruan tinggi pelaksana dengan berbagai program wirausaha unggulan.

    4. Minimal Mahasiswa Semester 3

    Semua mahasiswa berkesempatan untuk mengikuti program ini kecuali mahasiswa program diploma satu (D-1). Akan tetapi, untuk bisa mendaftar dan menjadi peserta para program ini minimal adalah mahasiswa semester tiga ya. Mahasiswa pascasarjana juga bisa mengikuti program ini tanpa batasan semester dan tanpa batasan konversi SKS.

    5. Dapat Dikonversi SKS

    Selian bisa belajar, mencari pengalaman, dan melakukan praktik wirausaha langsung, Program Wirausaha Merdeka 2023 ini juga akan memberikan manfaat bagi mahasiswa pesertanya untuk mendapatkan pengakuan SKS dari rangkaian kegiatan yang dilakukan sebesar setara 20 SKS.

  • War Tiket Konser Ditinjau Dari Teori Psikologi Sosial

    War Tiket Konser Ditinjau Dari Teori Psikologi Sosial

    War Tiket Konser, Mengapa Kita Sering Memilih Untuk “Ikut Serta?” Ditinjau Dari Teori Psikologi Sosial Band asal Inggris Coldplay akan menggelar konser perdananya di Indonesia. Tepatnya pada tanggal 15 November 2023 mendatang di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat. Antusias masyarakat Indonesia sangat tinggi, banyak dari mereka yang rela mengorbankan urusan pribadinya agar bisa menonton konser. Terlebih konser ini sangat langka dan pertama kalinya Chris Martin datang ke Tanah Air.

    Dikutip dari akun instagram @pkentertainment.id bahwa tiket Coldplay yang dijual dari tanggal 17 – 19 Mei 2023 telah resmi habis terjual. Dari kejadian singkat tersebut, banyak beredar kabar di media sosial bahwa yang mengikuti  war tiket Coldplay tidak hanya dari fansnya saja, namun orang – orang yang hanya mengikuti trend di sekitarnya atau biasa disebut dengan FOMO juga gak mau ketinggalan.

    Definisi Fear of Missing Out atau FOMO menurut Przybylski, Murayama, Dehaan dan Gladwell (2013) adalah kekhawatiran yang pervasif ketika orang lain memiliki pengalaman yang lebih memuaskan dan adanya dorongan untuk selalu terhubung dengan orang lain.

    Fenomena war tiket atau berlomba-lomba mendapatkan tiket telah dilakukan oleh jutaan orang. Tidak hanya di konser Coldplay, war tiket nonton sepak bola juga ada. Bahkan mereka adalah orang yang tidak banyak tahu tentang apa yang sedang ia rebutkan. Banyak dari mereka tidak tahu tentang band Coldplay dan lagu – lagunya juga ikut membeli tiket konser tersebut. Sebenarnya atas dasar apa orang – orang tersebut rela mengorbankan uang dan waktu demi bisa ikut serta berebut membeli tiket?

    War Tiket Konser, Mengapa Kita Sering Memilih Untuk “Ikut Serta?” Ditinjau Dari Teori Psikologi Sosial

    Konformitas

    Dalam teori psikologi sosial, fenomena ikut serta dalam war tiket disebut konformitas. Konformitas merupakan jenis pengaruh sosial di mana seseorang akan mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada.

    Apa yang mendasari seseorang melakukan konformitas?

    Dalam buku Psikologi Sosial yang ditulis oleh Robert A. Baron & Donn Byrne dijelaskan dasar – dasar penyebab terjadinya konformitas, yaitu:

    Pengaruh sosial normatif

    Hal tersebut terjadi karena keinginan seseorang untuk disukai atau diterima dan adanya rasa takut akan penolakan. Salah satu hal yang membuat orang lain menyukai diri kita adalah berpenampilan semirip mungkin dengan orang lain. Sehingga kita akan melakukan perubahan tingkah laku untuk memenuhi harapan orang lain.

    Seperti halnya ketika orang yang tidak tahu tentang band Coldplay dan lagu-lagu yang dinyanyikannya, namun tetap ikut merebutkan tiket konser tersebut karena orang disekitarnya atau komunitas lingkungannya juga ikut war tiket Coldplay. Dengan begitu, akan membuatnya tetap diterima di lingkungan sosialnya tanpa perlu menunjukkan perilaku yang berbeda dari yang lain.

    War tiket juga bisa terjadi karena rasa rakut atau tekanan akan penolakan. Bisa jadi ketika seseorang tidak mengikuti war tiket, dia bisa dijelek-jelekkan dan merasa tertekan karena perbuatannya yang dianggap berbeda dan tidak mengikuti trend yang ada saat ini. Agar menghindari tekanan dalam dirinya, orang tersebut tetap mengikuti war tiket padahal dia tidak menggemari atau tidak tahu banyak hal tentang band Coldplay.

    Pengaruh sosial informasional

    Penyebab kedua didasarkan pada keinginan seseorang untuk menjadi benar atau tepat. Seseorang biasanya merasa dilema terhadap dirinya sendiri, sehingga untuk mendapatkan pembenaran akan merujuk pada opini dan tindakan orang lain. Hal tersebut untuk lebih menegaskan kenyataan sosial pada diri kita. Ketergantungan pada orang lain sebagai sumber informasi tentang berbagai aspek dunia sosial menjadi sumber yang kuat untuk melakukan konformitas.

    Ketika seseorang ditempatkan pada situasi merasa sangat tidak pasti mengenai suatu kebenaran sehingga tidak mempunyai kemampuan untuk membuat keputusan. Pada situasi sulit tersebut maka akan melakukan konformitas. Disebabkan karena tidak yakin dengan keputusannya dan untuk mendapatkan kebenaran akan bergantung pada penilaian orang lain.

    Gempuran berita war tiket di media sosial yang terus berdatangan mengakibatkan seseorang ingin melakukan hal tersebut, terutama hal itu adalah moment yang sangat langka. Namun terkadang diliputi rasa keraguan karena kondisi ekonomi atau tidak mengetahui banyak hal tentang band Coldplay. Sehingga yang terjadi seseorang tetap mengikuti trend war tiket Coldplay karena hal tersebut telah dilakukan banyak orang, terutama jika lingkungan sekitarnya juga melakukan war tiket. Adanya dorongan dan motivasi dari lingkungan sekitar yang membuat individu merasa benar atas tindakannya mengikuti war tiket.

    Salah satu tujuan beberapa orang melakukan konformitas karena berpikir hanya akan menimbulkan dilema yang sangat sebentar. Tetapi bisa jadi bagi banyak orang, keputusan untuk mengikuti tekanan kelompok dan melakukan seperti yang dilakukan orang lain adalah keputusan yang rumit. Orang tersebut merasa bahwa penilainnya benar, tetapi pada saat bersamaan tidak mau menjadi berbeda sehingga bertingkah laku secara tidak konsisten dengan kepercayaan pribadi dirinya. Efek dari kecenderungan mengubah persepsi terhadap situasi tertentu mengakibatkan bahwa konfomitas dapat dibenarkan. Meskipun hal itu menyebabkan seseorang bertingkah laku secara berlawanan dengan kepercayaan pribadinya.

    Begitulah fenomena yang terjadi akhir – akhir ini. Banyak orang rela melakukan hal apapun yang bahkan tidak sangat dipahaminya hanya karena ingin diterima dan dikatakan benar di lingkungan sosialnya. Karena faktanya yang mengikuti war tiket konser Coldplay tidak hanya dari para fansnya saja, melainkan orang yang FOMO bahkan baru saja mendengar nama band Coldplay juga ikut serta berjuang untuk mendapatkan tiket konsernya.

    Menolak Konformitas

    Sebenarnya tekanan dalam konformitas bisa ditolak dengan dua faktor yaitu kebutuhan untuk mempertahankan individualitas kita dan kebutuhan untuk mempertahankan kontrol atas kehidupan kita. Sejatinya, kita ingin menjadi seperti orang lain namun tidak sampai pada titik kehilangan identitas pribadi kita. Hal tersebut agar kita dapat dibedakan dari orang lain dalam beberapa hal. Di sisi lain, sebagian besar orang percaya bahwa mereka dapat menentukan sesuatu yang terjadi dalam dirinya dan mengikuti tekanan sosial justru kadang berlawanan dengan keinginannya. Semakin kuat kebutuhan individu terhadap control dirinya maka semakin sedikit kecenderungan individu tersebut mengikuti tekanan sosial, sehingga dapat melawan terjadinya konformitas.

    Dengan begitu, kita tidak diharuskan mengikuti war tiket konser Coldplay yang sedang nge-trend hanya karena ingin diakui dan diterima oleh lingkungan sosial kita. Bahkan mengorbankan apapun yang kita punya termasuk harga diri kita. Kita punya identitas diri masing – masing yang tentu tidak akan bisa serupa dengan orang lain. Dengan mengontrol diri dan menentukan kebutuhan yang terbaik untuk diri kita maka kita tidak akan mudah mengikuti trend yang seharusnya tidak kita ikuti. Kita akan tetap bisa menjaga identitas diri kita dengan sebaik mungkin. Karena sejatinya kita sendiri yang lebih tahu akan kepentingan diri kita, bukan orang lain.

     

    Oleh: Silma Mumtahanah, Mahasiswi Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

  • Mengenal Teknologi Masa Depan Berupa Chat GPT

    Mengenal Teknologi Masa Depan Berupa Chat GPT

    Arus teknologi pada akhirnya mulai membawa dampak tersendiri bagi dunia. Terlebih bagi kehidupan manusia saat ini, dengan adanya teknologi mampu menjadi daya saing yang mampu menggantikan peran tenaga kerja manusia. Salah satu teknologi yang sekarang menjadi perbincangan masyarakat adalah Platform chatbot Artificial Intelligence (AI) yang dikembangkan OpenAI yang berupa Chat GPT (Generative Pre-training Transformer). Chat GPT ramai diperbincangkan masa karena akan diprediksi mampu menguasai teknologi di masa depan.

    Chat GPT merupakan salah satu layanan AI yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari bahkan dalam dunia crypto, dimana merupakan salah satu kecerdasan buatan yang cara kerjanya memakai format berupa percakapan. Fitur yang digunakan dalam Chat GPT mampu mempermudah seseorang untuk memberikan pertanyaan jenis AI sehingga dengan otomatis mampu memberikan jawaban dalam waktu singkat. Dalam fitur Chat GPT bisa disebut sebagai chatbot yang disediakan oleh Open AI, perusahaan AI non Serikat yang merupakan perusahaan buatan asal Amerika Serikat. Sehingga dengan adanya fitur tersebut mampu menjawab solusi dari berbagai permasalahan yang di ajukan.

    Mengenal Teknologi Masa Depan Berupa Chat GPT
    Adapun salah satu contoh penggunaan Chat GPT dalam kehidupan sehari-hari yakni mempermudah seseorang untuk belajar, menjawab soal Matematika, pertanyaan seputar pelajaran sekolah, membuat jokes, hingga menyajikan berbagai rumus excel. Tidak hanya itu Chat GPT ternyata memiliki kemampuan tersendiri untuk mengoreksi jawaban yang telah disediakan, apabila dirasa jawaban tersebut tidak sesuai oleh pengguna.

    Untuk penggunaan Chat GPT diperlukan adanya beberapa teknisi agar seseorang mampu mengoperasikan Chat GPT dalam kehidupan sebagai berikut: (1) Kunjungi Situs Open AI dengan tautan https://chat.openai.com/auth/login pada gawai ataupun komputer (2) Silahkan buat Akun Open AI, dengan cara memasukkan alamat email aktif yang sedang dipakai (3) Lakukan Verifikasi Akun dan selanjutnya, Open AI akan meminta kamu untuk melakukan verifikasi dengan memasukkan nomor telepon yang telah didaftarkan. Baru Setelah itu, sistem akan memberikan kode OTP untuk masuk situs Chat GPT (4) Terakhir Click setujui persyaratan dan selesai.

    Setelah mengetahui teknisi dari Chat GPT, kita harus mengenal seberapa pentingnya Chat GPT bagi kehidupan manusia. Diantara Fungsi Chat GPT yakni. Pertama, penyedia layanan informasi karena pengguna dapat mengajukan berbagai pertanyaan mengenai seputar berita ataupun topik yang masih hangat diperbincangkan. Kedua, Chat GPT mampu memberikan saran bagi pengguna seperti tempat wisata, tempat makan, bahkan outfit yang sekarang viral digunakan dikalangan masyarakat. Ketiga, mempermudah pekerjaan seperti membantu seorang siswa dalam belajar ataupun guru yang sedang mengoreksi jawaban. Dan terakhir, Chat GPT mampu membantu Customer Service perusahaan dalam menyelesaikan permasalah berupa pengolahan data, mengurutkan data, ataupun membenarkan data perusahaan.
    Maka dari itu, setelah mengetahui dan mengenal Chat GPT terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan Chat GPT. Salah satu kelebihannya adalah mampu mempermudah pekerjaan manusia sehari-hari dengan cepat dan tepat. Namun, tidak hanya kelebihan dari penggunaan Chat GPT, melainkan terdapat kekurangan yang berupa, teknologi AI ternyata mampu menggeser peran, profesi, bahkan tenaga manusia dalam melakukan interaksi dan aktivitasnya. Sehingga dengan adanya Chat GPT diperlukan adanya upaya khusus untuk seseorang agar tidak kalah canggih dengan adanya teknologi baru. Dengan harapan mereka mampu bersaing dan mengendalikan teknologi guna mewujudkan Indonesia yang maju yang berbasis teknologi.

    Ditulis oleh Intan Nur Fauziah Saputri

  • Membentuk Generasi Mahasiswa PLS, Penmas, PNF yang Berwawasan Tinggi, Proaktif, dan Dinamis

    Membentuk Generasi Mahasiswa PLS, Penmas, PNF yang Berwawasan Tinggi, Proaktif, dan Dinamis

    Alhamdulillah telah terlaksana kegiatan Imadiklus Training 1 pada Sabtu, 27 Mei 2023 di Aula Universitas Singaperbangsa Karawang. Terimakasih kepada seluruh teman-teman yang sudah menyukseskan jalannya kegiatan Imadiklus Training 1, semoga kegiatan ini bermanfaat bagi kita semua dan mempererat tali silaturahmi.

    Pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif dalam mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

    Mahasiswa merupakan seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan mahasiswa juga dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan perencanaan dalam bertindak. Mahasiswa sebagai agent of change, control society, moral force di masyarakat maka diperlukan wadah organisasi untuk pengembangan wawasan dan peningkatan kecendikiawanan serta integritas kepribadian mahasiswa sehingga terciptanya sarjana yang kreatif, inovatif dan profesional.

    Imadiklus Training 1 adalah kegiatan pelatihan calon pengurus Imadiklus tingkat BPH Universitas yang merupakan suatu agenda yang penting, dimana selain ajang regenerasi kepengurusan, namun juga menjadi sebuah ajang berkumpulnya para calon pengurus Imadiklus yang ada di wilayah III untuk saling mendekatkan diri antar pengurus, serta demi terselenggaranya dan terciptanya organisasi yang berkesinambungan. Atas dasar hal yang telah dikemukakan di atas maka, Himpunan Mahasiswa Pendidikan Masyarakat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Singaperbangsa Karawang, melaksanakan kegiatan “Imadiklus Training1”.

     

    Kegiatan ini bertemakan, “Membentuk Generasi Mahasiswa PLS/Penmas/PNF yang Berwawasan Tinggi, Proaktif, dan Dinamis Melalui Imadiklus Training 1 Be Superior and Successful.”

    Output dari kegiatan ini adalah peserta Imadiklus Training 1 menjadi lebih tahu dan mengenal tentang Imadiklus dan PLS/Penmas/PNF itu sendiri secara lebih dalam serta bisa mengaplikasikannya di lingkungan masyarakat. Sedangkan outcome dari kegiatan ini adalah seluruh peserta yang sudah mengikuti Imadiklus Training 1 dapat melakukan perubahan yang signifikan ketika berada di lingkungan masyarakat serta dapat menjadi pengurus Imadiklus di tingkat Universitas..

    Membentuk Generasi Mahasiswa PLS/Penmas/PNF yang Berwawasan Tinggi, Proaktif, dan Dinamis

    Imadiklus Training 1 merupakan suatu kegiatan untuk melakukan kaderisasi terhadap mahasiswa PLS/Penmas/PNF yang ada di tiap universitas yang tergabung dalam organisasi Imadiklus (Ikatan Mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah). Dengan adanya kegiatan ini, kami mengharapkan para kader atau peserta kegiatan mendapatkan pengetahuan luas dan mendalam serta memiliki jiwa ke-PLS-an dengan landasan loyalitas yang kuat. Kegiatan Imadiklus Training 1 ini pun merupakan ajang berkumpulnya para calon pengurus maupun non-pengurus Imadiklus tingkat universitas untuk saling mengenal satu sama lain. Para peserta Imadiklus Training 1 nantinya akan diberi materi mengenai sejarah Imadiklus, kepemimpinan, wacana ke-PLS-an, Konstitusi AD/ART, dan Askespro.

    Berikut dokumentasi acara Imadiklus Training 1

    [useyourdrive dir=”0ANxCjPSf-qydUk9PVA” account=”115227632873524912844″ mode=”gallery” viewrole=”administrator|author|contributor|editor|subscriber|guest” downloadrole=”all”]

    #PendidikanMasyarakat
    #PendidikanNonFormal
    #PendidikanLuarSekolah
    #PenmasUnsika