Pemahaman Hak Asuh Anak Setelah Perceraian Terhadap Perkembangan Mental Anak

Pemahaman Hak Asuh Anak Setelah Perceraian Terhadap Perkembangan Mental Anak

Pernikahan tidak selalu berjalan mulus. Terkadang justru berakhir dengan perceraian. Perceraian dipilih karena dianggap sebagai solusi dalam mengurai benang kusut perjalanan bahtera rumah tangga. Sayangnya, perceraian tidak selalu membawa kelegaan. Sebaliknya, seringkali perceraian justru menambah berkobarnya api perseteruan. Layar kaca pun sering menayangkan perseteruan pada proses maupun paska perceraian yang dilakukan oleh para publik figur Indonesia melalui tayangan-tayangan infotainment. Salah satu pemicu perseteruan adalah masalah hak asuh anak. Apabila pasangan suami istri bercerai, siapa yang berhak mengasuh anak? Ayah ataukah Ibu ?”

Kadangkala, perceraian adalah satu-satunya jalan bagi orangtua untuk dapat terus menjalani kehidupan sesuai yang mereka inginkan. Namun apapun alasannya, perceraian selalu menimbulkan akibat buruk pada anak, meskipun dalam kasus tertentu perceraian dianggap merupakan alternatif terbaik daripada membiarkan anak tinggal dalam keluarga dengan kehidupan pernikahan yang buruk.

Pada umumnya orangtua yang bercerai akan lebih siap menghadapi perceraian tersebut dibandingkan anak-anak mereka. Hal tersebut karena sebelum mereka bercerai biasanya didahului proses berpikir dan pertimbangan yang panjang, sehingga sudah ada suatu persiapan mental dan fisik. Tidak demikian halnya dengan anak, mereka tiba-tiba saja harus menerima keputusan yang telah dibuat oleh orangtua, tanpa sebelumnya punya ide atau bayangan bahwa hidup mereka akan berubah. Hal yang mereka tahu sebelumnya mungkin hanyalah Orang tua mereka sering bertengkar, bahkan mungkin ada anak yang tidak pernah melihat orangtuanya bertengkar karena orangtuanya benar-benar rapi menutupi ketegangan antara mereka berdua agar anak-anak tidak takut.

Jika memang perceraian adalah satu-satunya jalan yang harus ditempuh dan tak terhindarkan lagi, apa tindakan terbaik yang harus dilakukan oleh orangtua untuk mengurangi dampak negatif perceraian tersebut bagi perkembangan mental anak-anak mereka. Dengan kata lain bagaimana orangtua menyiapkan anak agar dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi akibat perceraian.

Rasa cinta yang sudah menguap membuat proses penentuan hak asuh anak berubah sebagai sebuah pertarungan seru. Sosok mungil yang seharusnya menjadi tempat curahan kasih sayang pun dijadikan sebagai ‘hadiah’ yang harus di­perebutkan dengan se­gala cara. Dan, saking kepinginnya menang, orang tua pun jadi lupa memikirkan apa yang terbaik bagi anaknya.

Saat sedang mengurus hak asuh setelah terjadi perceraian, salah satu pihak mungkin ada yang merasa lebih berhak untuk me­nga­suh anak-anaknya. Entah itu ibunya, karena merasa ia yang me­ngandung dan melahirkan. Atau ayahnya, karena merasa ia yang membiayai. Kita mungkin lantas bertanya, siapa, sih, yang sebe­narnya lebih berhak memperoleh hak pengasuhan itu.

Rumusan Masalah antara lain (1)Apakah yang memicu Perseteruan antara orang tua untuk merebutkan hak asuh anak, (2) Siapakah yang lebih berhak mengasuh anak setalah orang tua mereka bercerai, Ayah atau Ibu, (3) Apa Dampak perceraian terhadap anak.

Maksud dan Tujuan (1) Mengetahuai apa itu hakekat perceraian (2) Apa yang sebaiknya dilakukan orang tua setelah perceraian terhadap anak(3) Pertimbangan apa saja yang digunakan dalam memutuskan hak asuh anak

Pernikahan tidak selalu berjalan mulus. Terkadang justru berakhir dengan perceraian. Perceraian dipilih karena dianggap sebagai solusi dalam mengurai benang kusut perjalanan bahtera rumah tangga. Sayangnya, perceraian tidak selalu membawa kelegaan. Sebaliknya, seringkali perceraian justru menambah berkobarnya api perseteruan. Layar kaca pun sering menayangkan perseteruan pada proses maupun paska perceraian yang dilakukan oleh para publik figur Indonesia melalui tayangan-tayangan infotainment. Salah satu pemicu perseteruan adalah masalah hak asuh anak. Apabila pasangan suami istri bercerai, siapa yang berhak mengasuh anak? Ayah ataukah Ibu ?”[1]

Kadangkala, perceraian adalah satu-satunya jalan bagi orangtua untuk dapat terus menjalani kehidupan sesuai yang mereka inginkan. Namun apapun alasannya, perceraian selalu menimbulkan akibat buruk pada anak, meskipun dalam kasus tertentu perceraian dianggap merupakan alternatif terbaik daripada membiarkan anak tinggal dalam keluarga dengan kehidupan pernikahan yang buruk.

Pada umumnya orangtua yang bercerai akan lebih siap menghadapi perceraian tersebut dibandingkan anak-anak mereka. Hal tersebut karena sebelum mereka bercerai biasanya didahului proses berpikir dan pertimbangan yang panjang, sehingga sudah ada suatu persiapan mental dan fisik. Tidak demikian halnya dengan anak, mereka tiba-tiba saja harus menerima keputusan yang telah dibuat oleh orangtua, tanpa sebelumnya punya ide atau bayangan bahwa hidup mereka akan berubah. Hal yang mereka tahu sebelumnya mungkin hanyalah Orang tua mereka sering bertengkar, bahkan mungkin ada anak yang tidak pernah melihat orangtuanya bertengkar karena orangtuanya benar-benar rapi menutupi ketegangan antara mereka berdua agar anak-anak tidak takut.

Jika memang perceraian adalah satu-satunya jalan yang harus ditempuh dan tak terhindarkan lagi, apa tindakan terbaik yang harus dilakukan oleh orangtua untuk mengurangi dampak negatif perceraian tersebut bagi perkembangan mental anak-anak mereka. Dengan kata lain bagaimana orangtua menyiapkan anak agar dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi akibat perceraian.

Rasa cinta yang sudah menguap membuat proses penentuan hak asuh anak berubah sebagai sebuah pertarungan seru. Sosok mungil yang seharusnya menjadi tempat curahan kasih sayang pun dijadikan sebagai ‘hadiah’ yang harus di­perebutkan dengan se­gala cara. Dan, saking kepinginnya menang, orang tua pun jadi lupa memikirkan apa yang terbaik bagi anaknya.

Saat sedang mengurus hak asuh setelah terjadi perceraian, salah satu pihak mungkin ada yang merasa lebih berhak untuk me­nga­suh anak-anaknya. Entah itu ibunya, karena merasa ia yang me­ngandung dan melahirkan. Atau ayahnya, karena merasa ia yang membiayai. Kita mungkin lantas bertanya, siapa, sih, yang sebe­narnya lebih berhak memperoleh hak pengasuhan itu.

Rumusan Masalah antara lain (1)Apakah yang memicu Perseteruan antara orang tua untuk merebutkan hak asuh anak, (2) Siapakah yang lebih berhak mengasuh anak setalah orang tua mereka bercerai, Ayah atau Ibu, (3) Apa Dampak perceraian terhadap anak.

Maksud dan Tujuan (1) Mengetahuai apa itu hakekat perceraian (2) Apa yang sebaiknya dilakukan orang tua setelah perceraian terhadap anak(3) Pertimbangan apa saja yang digunakan dalam memutuskan hak asuh anak.

NB.Silahkan Tinggal Jejak coment.

Isi Lengkap Buka di sini Pemahaman Hak Asuh Anak Setelah Perceraian Terhadap Perkembangan Mental Anak

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *