Pendidikan luar sekolah sebagai pemberdaya masyarakat seharus mempunyai program-program yang dibutuhkan untuk mensejahterakan masyarakat. Antara program dan kebutuhakan ada kesesuaian dengan perkembangan masyarakat saat ini. Sudjana (2004) mengatakan,
“pengembangan sumberdaya manusia dimasa depan melalui pendidikan harus disesuaikan dengan perubahan masyarakat, yaitu dari masyarakat agraris ke masyarakat industri, kemudian meningkat ke masyarakat informasi”. Sedangkan pendidikan menurut Smith (Sudjana, 2004: 398) dapat diartikan “sebagai upaya terorganisasi dan sistematik untuk mendorong belajar, menyiapkan kondisi-kondisi dan menyediakan kegiatan- kegiatan melalui kondisi dan kegiatan belajar dapat terjadi”. Begitu juga dengan pengembangan sumberdaya manusia menurut Ruky (2003: 228) dapat diartikan “suatu proses belajar dan berlatih secara sistematis untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja mereka dalam pekerjaannya sekarang dan menyiapkan diri untuk peran dan tanggung jawab yang akan datang”.
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH SEBAGAI PEMBERDAYA MASYARAKAT
Pendapat para pakar di atas mengenai belajar dapat disamakan dengan mengetahui sesuatu (learning how to know), atau belajar untuk memecahkan masalah (learning how to solve problems), melainkan yang lebih penting lagi adalah belajar untuk kemajuan kehidupan (learning how to be) yang didalamnya termasuk learning how to do, learning how to thing together. Pendidikan hendaknya diatur di sekitar empat jenis belajar yang fundamental sifatnya yang sepanjang hayat kehidupan seseorang dapat dikatakan sendi atau sokoguru pengetahuan. Kemudian dipertegas oleh Trisnamansyah (2005) belajar, yaitu: (1) belajar mengetahui (learning to know), yakni mendapatkan instrumen atau pemahaman, (2) belajar berbuat (learning to do) sehingga mampu bertindak kreatif di lingkungannya, (3) belajar hidup bersama (learning to live together) sehingga mampu berperan serta dan bekerja dengan orang-orang lain di dalam semua kegiatan, (4) dan belajar menjadi seseorang (learning to be) sehingga seseorang tumbuh berkembang menjadi dirinya sendiri yang mandiri.
Hubungan pendidikan laur sekolah dan pemberdayaan dalam hal ini adalah suatu cara untuk menggali suatu proses belajar kelompok masyarakat dan berlatih secara sistematis untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja mereka dalam pekerjaannya sekarang dan menyiapkan diri untuk peranan dan tanggungjawab yang akan datang, dengan memaknai belajar mengetahui (learning to know), belajar berbuat (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi seseorang (learning to be) secara bersamaan dan berkesinambungan.
Pendidikan luar sekolah adalah suatu institusi pendidikan yang bergerak dan bekerja di luar sistem persekolahan formal dalam masyarakat. Organisasi pendidikan luar sekolah harus mampu cair dan luluh dalam
masyarakat untuk memberdayakan masyarakat terutama kelompok pengangguran perkotaan, dalam rangka mengejar ketertinggalan- ketertinggalan dengan masyarakat lain. Dengan demikian pendidikan luar sekolah akan selalu mengadakan inovasi-inovasi secara kreatif dalam masyarakat untuk memberdayakannya, dan mengembangkan sumberdaya dalam masyarakat tersebut.
Pada dasarnya pemberdayaan terjadi melalui beberapa tahapan menurut Kindervatter (terjemahan Soewarman, 2000), yaitu pertama masyarakat dapat mengembangkan pemikirannya bahwa mereka dapat melakukan sesuatu untuk meningkatkan kehidupannya serta memperoleh keahlian untuk merealisasikannya. Selanjutnya mereka akan memperoleh pengalaman yang dapat meningkatkan rasa percaya diri. Dan pada akhirnya, kemampuan serta rasa percaya diri akan terus berkembang, mereka akan bekerja sama untuk meningkatkan dasar dan sumber kehidupan yang dapat meningkatkan kesejahteraan. Apabila dibuat siklus tahapan pemberdayaan masyarakat yang dikembangkan oleh Kindervatter, seperti dibawah ini.