Pengaplikasian Seni Retorika dalam Komunikasi Berdasar pada Pola Pikir Publik Sejatinya manusia mencukupi dasar kehidupannya dengan melakukan komunikasi kepada seseorang, hanya saja cara untuk mengimplementasikan informasi tersebut terkadang penyampaiannya suka bertele-tele, sehingga informasi yang disampaikan kurang cukup jelas. Adanya berita, artikel rasanya membuat manusia memiliki rasa ingin menjadikan pemicu untuk mulai suatu komunikasi tersebut kepada orang lain saat bertemu. Bayangkan jika manusia tidak bergantung pada orang lain tentu saja tidak bisa mendapatkan informasi secara tanggap, apalagi Pada zaman era modern sekarang yang dimana teknologi semakin canggih. Jika belum bisa menggunakan sosial media dengan cermat mungkin saja kita akan kehilangan arah untuk mendapatkan suatu informasi yang terbaru. Retorika adalah seni berbicara yang kita bisa kembangkan ketika ingin bertanya atau menyampaikan sebuah argumen mengenai suatu informasi yang kita dapatkan dari mana saja.
Tentunya manusia juga perlu untuk melatih dirinya agar menjadi seseorang yang mampu memberikan gagasan serta informasi yang dapat tersampaikan kepada lawan bicara atau masyarakat dengan jelas. Komunikator merupakan seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain untuk mengaspirasikan suara dan pesan yang disampaikan. Artinya pesan yang utama disampaikan oleh komunikator sangat berpengaruh terhadap komunikan atau disebut dengan lawan bicara, mengapa demikian? karena seorang komunikator di ibaratkan sebagai acuan untuk memulai adanya proses komunikasi. Dalam hal ini, keduanya sangat berperan penting karena jika seorang komunikator mampu mengeluarkan daya tarik kepada komunikan maka itu akan membuat komunikan tertarik dengan topik pembicaraan yang dibahas. Sehingga terjadilah feedback antar keduanya, jika keduanya sudah sama-sama menimbulkan suatu pesan tentunya komunikasi yang dijalankan akan berjalan dengan baik.
Contohnya ketika seseorang sedang berpidato untuk membawakan naskah yang akan diujarkan kepada audiens tentunya itu semua melewati tahap-tahap dimana ia harus memposisikan nada suara lembut dan kerasnya dalam menyampaikan teks pidatonya. Dan juga setiap kata yang ia ujarkan harus memiliki makna, jika tidak ada makna dalam penyampaian naskahnya, maka akan menimbulkan ketidak efektifan sehingga dalam apa yang disampaikan rasanya kurang puas, karena audiens juga tidak tertarik atas suatu pembicaraan yang membuat mereka jenuh. Beberapa manusia termasuk saya terkadang juga suka bosan untuk mendengar ujaran dari seseorang jika informasi yang diujarkan tidak begitu jelas. Maka dengan itu, hal ini membutuhkan sebuah penerapan agar saat berbicara tidak bingung harus mengujarkan kata apa dan tentunya bahasa yang disampaikan tidak bertele-tele. Dengan adanya pengaplikasian seni berbicara ini, seseorang mampu memiliki daya tarik untuk mendengar ujaran atau informasi dari seseorang.
Lalu bagaimana sih cara mengaplikasikan seni retorika ini dalam berkomunikasi dikalangan publik? Seperti yang kita tahu manusia memiliki banyak karakteristik yang bermacam-macam. Ada yang menggunakan logat bicara bahasa batak, melayu dan lain sebagainya. Semua bahasa tersebut menjadi bahasa yang mampu memberikan suatu informasinya kepada orang lain, akan tetapi orang lain pun belum tentu mau menerima dengan baik dengan bahasa yang kita lontarkan. Retorika ini memandang bagaimana kita dalam mewujudkan interaksi kita dengan orang lain agar lebih erat dan menimbulkan suatu umpan balik dari komunikan. Retorika juga memandang situasi dan kondisi yang ada, tidak hanya dilontarkan begitu saja, akan tetapi diprediksi sesuai dengan situasi yang mendukung.
Jika hal nya kita mengatakan sesuatu kepada seseorang dengan logat bahasa kita yang memang terbilang nadanya keras, maka orang yang mendengar atau menyimak pembicaraan kita pun juga akan takut dan bisa saja mereka menganggap kita itu sedang emosi, padahal sesuatu yang kita ujarkan ke mereka tidak bermaksud untuk emosi akan tetapi memang itu adalah gaya bahasa budaya yang kita tujukan ke mereka. Dikalangan publik banyak sekali orang yang mudah sensitif atas penyampaian kata yang diujarkan, seperti apa yang dikatakan oleh pepatah “Mulutmu Harimaumu”. Dalam hal ini yang dimaksudkan oleh pepatah tersebut jika kita berbicara tidak menggunakan akal pikir yang sehat, maka bicara kita secara tidak langsung bisa menyakiti hati orang lain, mulut yang kita gunakan untuk berbicara jika tidak berpikir panjang itu merupakan boomerang bagi pendengar yang akan menyimak pesan dari apa yang kita sampaikan.
Ada beberapa hal yang dapat kita aplikasikan dalam berkomunikasi tentunya saat kita beretorika dengan publik, pertama yaitu bisa melatih berbicara, karena basic yang harus digunakan oleh seorang komunikator yakni melatih dengan gaya bahasa bicara yang akan kita gunakan nantinya kepada lawan bicara kita, ya anggap saja dalam hal ini kita menjadi pusat perhatian semua orang. Hindari dengan nada pembicaraan yang gugup, karena jika kita gugup dalam bersuara pastinya kita akan kehilangan jejak untuk mendapatkan daya tarik dari audiens atau komunikan. Pastikan jika kita ingin memberikan suatu informasi itu jelas, padat dan tersampaikan. Kedua, gunakan ujaran atau bahasa yang baik dan mendukung tetapi tidak menyudutkan sesuatu dalam hal ini kita bisa memulai dengan mengutarakan asumsi yang kita miliki, tanpa menyudutkan asumsi dari orang lain. Ketiga, posisikan mata kita untuk menatap pandangan lawan bicara, karena dari sinilah sudut pandang mereka dapat terlihat bahwa kita menyampaikan suatu pesan/ informasi tersebut benar dan terbukti. Jika kita beralih pandangan maka tentunya komunikan tidak akan menanggapi pesan dari apa yang disampaikan karena dirasa sedang tidak berbicara dengan komunikan tersebut. Dan keempat, fokuskan untuk melihat situasi dari audiens. biasanya hal ini sulit dilakukan karena mereka hanya menempatkan gaya bicara mereka pada titik tertentu saja, tidak melihat bahwa lawan bicaranya tetap focus pada perhatian pembicara atau tidak.
Dengan demikian pengaplikasian tersebut bisa menjadi tolak ukur kita sebagai seorang komunikator untuk menetralisirkan lawan bicara agar lawan bicara kita bisa tertarik dengan upaya yang sudah kita jalankan, maka dari sinilah interaksi dalam berkomunikasi dapat berjalan dengan baik. Saya rasa dengan menerapkan hal tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari, tentunya akan membuat kita memiliki banyak interaksi dengan publik dan tidak merasa asing lagi walaupun banyak orang yang memiliki karakteristik berbeda-beda. Maka cara untuk menghasilkan suatu proses komunikasi dengan baik ialah, usahakan hindari dengan memulai perkataan yang gugup, tetap focus dengan tujuan apa yang kita ingin sampaikan kepada publik lalu apa yang harusnya kita lakukan agar seseorang bisa menerima serta menanggapi pesan yang kita sampaikan. Tidak hanya itu, kunci dari seorang komunikator juga harus memiliki banyak menampung asumsi, pola pikir dan gaya berbicara dengan apa yang akan disampaikan kepada lawan bicara.
oleh Nama : Azzahra Nazhifah Nizar Alamat Email : azzahranizar19@gmail.com – Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka. Melalui Kirim Artikel