Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar sistem pendidikan persekolahan yang berorientasi pada pemberian layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang karena suatu hal tidak dapat mengikuti pendidikan formal di sekolah. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nonformal menyatakan bahwa pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang membutuhkan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan juga pelengkap pendidikan formal dalam upaya mendukung pendidikan seumur hidup.
Menurut Syamsi (2010) dalam jurnalnya yang berjudul Pendidikan Luar Sekolah Sebagai Pemberdaya Dalam Masyarakat menyatakan bahwa pendidikan luar sekolah adalah suatu institusi pendidikan yang bergerak dan bekerja di luar sistem persekolahan formal dalam masyarakat.Pendidikan luar sekolah harus mampu melebur dalam masyarakat agar dapat memberdayakan masyarakat terutama kelompok pengangguran perkotaan, agar dapat mengejar ketertinggalan- ketertinggalan dengan masyarakat lain. Pendidikan nonformal diselenggarakan di luar sistem sekolah berlangsung seumur hidup dijalankan dengan sengaja teratur dan berencana yang memiliki tujuan untuk mengaktualisasikan potensi manusia secara maksimal yang gemar melakukan belajar mengajar dan mampu meningkatkan taraf hidupnya maka dari itu pendidikan non-formal dapat diartikan sebagai aktivitas pendidikan yang terorganisir di luar sistem sekolah formal yang dimaksudkan untuk melayani aktivitas dan tujuan belajar masyarakat (Napitupulu dalam Sutarto 2007: 9).
Menurut Coombs dalam Sutarto (2007: 10) mendeskripsikan program yang diselenggarakan melalui jalur pendidikan nonformal bertujuan untuk melayani beragam kebutuhan masyarakat yang dikarenakan sesuatu hal tidak memperoleh kesempatan belajar di sekolah formal kebutuhan belajar yang dimaksudkan disini mencakup kesehatan nutrisi keluarga berencana dan kebutuhan lain untuk memperbaiki kehidupan keluarga mengembangkan sikap positif dan watak personal meningkatkan produktivitas ekonomi pendapatan keluarga kesempatan pekerjaan dan memperkuat institusi keswadayaan pengaturan diri atau self government juga partisipasi masyarakat sementara itu sasaran pendidikan nonformal mencakup bayi anak usia dini remaja pemuda orang dewasa dan orang tua. Pendidikan non formal merupakan jalur pendidikan yang ditujukan untuk melayani kebutuhan masyarakat yang karena suatu hal tidak memperoleh kesempatan Mengikuti pendidikan di sekolah formal implementasi konsep pendidikan non-formal dapat berupa aktivitas pendidikan yang terorganisir ataupun tidak dan terdapat di dalam lembaga atau tidak.
Pendidikan nonformal telah hidup lama dan menyatu di kehidupan setiap masyarakat sebelum adanya pendidikan formal atau Jauh sebelum muncul dan memasyarakatkan sistem pendidikan persekolahan. Awal berdirinya pendidikan non-formal berbentuk pondok pesantren yang pada proses pembelajarannya diarahkan pada pengembangan potensi pengetahuan sikap dan keterampilan serta nilai-nilai keagamaan dan pengembangan nilai-nilai moral peserta didik. Pelayanan yang diberikan pendidikan nonformal misalnya dalam bentuk pengetahuan keterampilan dan sikap mental yang relevan dan fungsional agar mereka mampu meningkatkan mutu dan taraf hidup serta mampu berpartisipasi aktif positif dan kreatif dalam pembaharuan dan pembangunan negara/ bangsa berdasarkan Pancasila dan undang-undang 1945 (Napitupulu dalam Sutarto, 2017: 12).
Pendidikan nonformal dapat dikatakan selalu berurusan dengan usaha bimbingan pembinaan dan pengembangan warga masyarakat yang mengalami keterlantaran pendidikan dari keadaan yang kurang tahu menjadi tahu dari kurang terampil menjadi terampil dan dari kurang melihat ke masa depan menjadi seorang yang memiliki sikap mental pembaruan dan pembangunan.
Program-program yang terdapat dalam pendidikan nonformal selalu di dalamnya berisi kegiatan untuk mengubah sikap mental dan pola berpikir warga masyarakat dari apa yang ada sekarang Ini kearah apa yang seharusnya ada menyadarkan orang untuk memahami keadaan dirinya agar ia bisa mengaktualisasikan diri tanpa bantuan orang lain dengan semboyan Help the people to help them s selves. Dalam upaya untuk memperoleh lapangan pekerjaan dan untuk meningkatkan pendapatan.
Pendidikan nonformal mempunyai konsep dasar yang berkaitan erat di dalam masyarakat. Konsep dasar merupakan suatu kerangka umum untuk menganalisis suatu fenomena-fenomena pendidikan yang terjadi di lingkungan. Dengan demikian dalam pembahasan ini maka diperlukan pemahaman mengenai konsep dasar pendidikan nonformal yang terjadi di lingkungan masyarakat. Beberapa penjelasan yang membahas mengenai konsep dasar pendidikan nonformal menurut Marzuki dalam Husein (2016: 15) diantaranya adalah:
Konsep Dasar yang Pertama Pendidikan Nonformal
pendidikan dipadang sebagai kegiatan atau proses belajar yang dilaksanakan seumur hidup atau biasa dikenal dengan proses belajar sepanjang hayat. Pendidikan seumur hidup merupakan usaha sadar manusia untuk meningkatkan potensi diri atau orang lain selama mereka masih hidup. Dalam meningkatkan ataupun mengembangkan potensi seharusnya tidak hanya terfokus pada bidang akademik atau perolehan pengetahuan saja namun juga harus diseimbangkan dengan peningkatan pembelajaran non akademik atau pengembangan keterampilan dimana mengedepankan praktek daripada teori.
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berkelanjutan dimulai sejak bayi atau usia dini hingga manusia dewasa hingga tutup usia. Dalam hubungan tersebut, Philips H Coombs mengklarifikasikan tiga metode pendidikan yaitu pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan nonformal.
Pendidikan nonformal merupakan kegiatan pendidikan yang diorganisir di luar sistem pendidikan formal apakah berfungsi secara terpisah atau sebagai komponen dari kegiatan pendidikan yang lebih luas dan dirancang untuk melayani sasaran dan tujuan pendidikan yang berlangsung di lingkungan masyarakat.
Konsep Dasar yang Kedua Pendidikan Nonformal
Konsep dasar pendidikan nonformal yang kedua adalah mengenai kebutuhan belajar yang harus diketahui dan dapat diajarkan oleh anak- anak sebelum mereka merasa bertanggung jawab sebagai orang dewasa. Setiap anak berhak mendapatkan pengetahuan dan juga keterampilan serta sikap yang baik untuk menjadi manusia dewasa yang mempunyai kualitas.
Konsep Dasar yang Ketiga Pendidikan Nonformal
Setiap manusia pastilah memerlukan layanan pendidikan dalam proses tumbuh dan menjalankan kehidupan di dalam masyarakat. Perjalanan manusia menuju proses tumbuh dewasa tentulah melalui beberapa tahapan yaitu mulai dari manusia usia balita kemudian masa kanak-kanak dimana pada masa kanak-kanak ini berada pada usia 6 hingga 12 tahun dan pada masa ini membutuhkan kebutuhan memperoleh pendidikan pada tingkatan sekolah dasar baru setelah itu menuju masa remaja pada usia 13 hingga 18 tahun yang dimana pada usia ini manusia membutukan pemenuhan kebutuhan pada tingkatan sekolah menengah, lalu tahap selanjutnya adalah pada tahap pascaremaja atau dewasa yang terjadi pada usia 19 hingga 24 tahun yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan pendidikan tinggi atau kebutuhan sekolah menengah, pada masa itu merupakan masa dimana anak berada pada masa persiapan maupun perencanaan untuk memenuhi kebutuhan belajar khususnya di daerah pedesaan yang masih relative belum tersentuk moderenisasi, terutama di Negara berkembang.
Konsep Dasar yang Keempat Pendidikan Nonformal
Dalam konsep dasar keempat ini dijelaskan mengenai peran pendidikan dalam pemberdayaan dan pembangunan masyarakat pedesaan. Sebagian Negara sedang berkembang dapat ditandai dengan memiliki ciri masih kesulitan ekonomi dan juga memiliki dualism sosial, yang dimaksud dengan dualism ini yaitu dualism diantara sector perkotaan yang modern dan sektor pedesaan yang masih tradisional. Meskipun dalam perencanaan nasional prioritas diletakkan pada pembangunan pedesaan, kenyataanya hampir seluruh Negara berkembang memprioritaskan anggaran dana untuk pembangunan pada pembangunan perkotaan dengan mendasarkan diri pada teori bahwa kemajuan di kota akan memberikan dampak juga bagi pedesaan atau dapat juga diartikan progress in the cities would eventually trickle down to the rural areas. Pada kenyataanya teori tersebut justru tidak berdampak cukup baik dan pesat bahkan justru menumbulkan kesenjangan antara desa dan kota.
Pemahaman yang lebih luas mengeni pembangunan pada wilayah pedesaan yang mengedepankan perubahan, bukan hanya bersangkutan mengeni metode berproduksi dan lembaga ekonomi lainya, melainkan juga harus memperhatikan mengenai infrastruktur sosial, politik dan transformasi hubungan antara manusia serta dengan peluang-peluang lainya.
Dengan demikian tujuan pembangunan sektor pedesaan berkembang bersama dengan meningkatkan produksi dan pendapatan termasuk juga memperluas kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, land reform, peningkatan pada bidang pendidikan yang merata, kesehatan masyarakat yang baik, pemberantasan kemiskinan dan peningkatan keadilan sosial. Pembangunan pedesaan yang dapat dinyatakan berhasil haruslah memerlukan spekulasi yang sangat beragam dan spesialisasi pendidikan dalam berbagai dimensi seperti pertanian, industri kecil, perdagangan, kesehatan dan berbagai aspek lainya yang ikut serta dapat mendukung keberhasilan pembangunan pada wilayah pedesaan.
Berdasarkan penjabaran di atas harus ditekankan disini adalah bahwa pendidikan saja dengan tanpa adanya faktor dimensi lainya tidalkah cukup untuk menunjang keberhasilan dalam pembangunan di wilayah pedesaan. Pembangunan pedesaan tidak harus dipandang sebagai sesuatu yang terisolasi dari pembangunan nasional.
Apabila pembangunan pedesaan berhasil maka akan menimbulkan dampak juga pada pembagian pekerjaan yang lebih besar dan tipe pekerjaan baru yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang baru. Jika pendidikan dapat menjadi faktor keberhasilan pembangunan desa maka kedepanya lingkaran buta aksara dan juga penyakit serta kemiskinan akan berkurang.