Alhamdulillah, dalam kesempatan kali ini teman-teman IMADIKLUS khususnya BPH IMADIKLUS UNESA mendapat undangan untuk mengahadiri Seminar Dialog Interaktif dari Forum Pemberdayaan Perempuan Indonesia (FPPI). Teman-teman dari BPH IMADIKLUS UNESA begitu sampai di tempat langsung disambut dengan sangat ramah dan hangat yang membuat kami semakin bersemangat mengikuti acara. Sambutan itu tidak hanya dari panitiannya tetapi juga semua ibu-ibu dari FPPI.
Selasa 17 Mei 2016 bertempat di Gedung Pertemuan Badan Penelitian & Pengembangan Provinsi Jawa Timur, Seminar Dialog Interaktif ini berlangsung. Tema dari Seminar Dialog Interaktif ini “Peran Orang Tua Mencegah Penyebaran LGBT di Indonesia”. Dari keluarga anak mendapatkan pendidikan yang pertama. Tentu saja orang tua yang memberikan peran terpenting dalam mendidik anak. Orang tua memiliki kewajiban memberikan asah, asih dan asuh kepada anak. Asah adalah stimulasi yang diberikan. Asih adalah kasih sayang yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya. Asuh adalah kecukupan sandang, pangan, dan kesehatan, termasuk pendidikan yang diperoleh oleh anak. Maka dari itu orang tua memiliki peranan yang sangat penting untuk mencegah penyebaran LBGT bagi anak-anaknya.
Tepat pada pukul 09.30 WIB acara dimulai. Pembawa acara membacakan susunan acaranya. Dan kemudian acara dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars FPPI, kemudian sambutan dari ketua FPPI Surabaya dan beberapa sambutan lagi.
Pemateri dari Seminar Interaktif ini ada dua. Yang pertama Dra. R. Betty D. Sianaga yang merupakan aktivis pemberdayaan perempuan dan anak, pencegahan traficking, dan pendiri yayasan garam dunia. Pemateri yang kedua adalah KH. ABD Thawwab yang memberikan materi dalam ranah kajian islam.
Sambil mengunggu pemateri datang kami dipersilahkan untuk memakan snack yang telah disajikan. Sambil bercengkrama membahas banyak hal tanpa terasa pemateri yang kami tunggu sudah datang dan siap memberikan ilmu pengetahuan kepada semua peserta yang hadir.
Menurut bu Betty orang tua adalah ibu, dan ayah yang berperan membangun pemikiran anak. lalu mengapa khawatir terhadap LGBT? Bahwa KPAI melansir adanya akun Twitter @gaykids_botplg yang mempropogandakan homoseksual kepada anak. Akun ini mempunyai pengikut sebanyak 3.032 orang, padahal belum ada 6 bulan akun ini dibuat. Akun ini sudah diblokir tetapi meski sudah diplokir terkadang masih saja bisa dibuka lagi. Disini media sosial dianggap merusal moral anak. Adriano Rusfi seorang psikolog yang menempuh pendidikan di UI, Menulis dalam akun Facebooknya “ya, saya sedang bicara tentang GERAKAN: ORGANIZED CRIME yang secara sistematis dan massif sedang menularkan sebuah penyakit !!! sekali lagi, bagi saya ini bukan semata perilaku particular, bahkan bukan lagi semata-mata sebuah gaya hidup, tapi sebuah harakah: MOVEMENT!!!
Dalam penyampaian ini bu Betty juga menjelaskan penyebab LGBT menurut Dr Fidiansjah Sp KJ, MPH dari dua faktor. Faktor Genetik sebanyak 20% dan sisanya yaitu 80% dari faktor sosial budaya, psikologis dan spiritual. Faktor sosial budaya, psikologis dan spiritual ini dipengaruhi oleh pola asuh orang tua atau keluarga.
Tujuh pola asuh penyebab LGBT Menurut Elli Risman:
- Orang tua tidak peduli
- Hilangnya peran ayah
- Anak laki-laki terlalu banyak berinteraksi dengan ibu
- Anak perempuan kurang kasih sayang ayah
- Kurang pemahaman agama
- Terlalu bebas mengunakan gadget
- Anak terpapar pornografi
Pesan dari bu Betty adalah bahwa orang-orang yang menjadi LGBT sesungguhnya mereka tidak pernah menginginkan menjadi seperti itu. Maka dari itu kita sebisa mungkin sebagai orang tua atau calon orang tua mencegah terhadap LGBT yang bisa saja terjadi pada anak-anak kita. Tentunya dengan memberikan pola pengasuhan yang baik bagi anak. kami dari jurusan PLS juga mendapatkan informasi mengenai Direktorat baru yaitu Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga. Semoga kedepannya ada lulusan PLS yang diterima di Direktorat ini dan memberikan ilmu yang bermanfaat bagi orang tua di Indonesia.
Pukul 11.30 WIB istirahat dan makan bersama. Kemudian pukul 12.30 WIB acara dilanjutkan dari pemateri kedua yaitu KH. ABD Thawwab.
Kami terhanyut dalam kajian secara islam yang disampaikan oleh KH. ABD Thawwab. Kami juga diberitaukan doa agar anak-anak kami nantinya menjadi anak yang sholeh atau sholehah. Selain itu kami juga diajak menganalisis lagu gundul-gundul pacul. Seminar Dialog Interaktif ini juga bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintah Umum Kementrian dalam Negeri. Pada akhir acara ada sambutan dari perwakilan direktorat ini.
Acara ditutup pukul 14.30 WIB. Dengan adanya acara seperti ini membuat wawasan kami lebih luas dan disinilah terasa bahwa PLS itu bisa dimana saja, kapan saja, dengan siapa saja. Meskipun dalam acara ini kebanyakan yang hadir perempuan tetapi dari teman-teman BPH IMADIKLUS UNESA yang laki-laki juga tetap dapat memperoleh ilmu baru dan juga pengalaman baru.
Foto Kegiatan:
Dari depan Mas Zaki, Desi, Belakang dari kanan Sofi, Ervita, Abdul, Rosi, Ira, Ifa, dan saya (Rina)
Oleh
Rinawati Rafiah
rinawatirafiah41@gmail.com
PLS UNESA