BPH Imadiklus UM – Pondok pesantren yang biasa disebut juga pesantren menyelenggarakan proses pendidikan yang sifat pendidikannya tidak berjenjang dan tidak berkesinambungan. Oleh karena itu, pendidikan pesantren dikategorikan sebagai lembaga pendidikan keagamaan yang termasuk sebagai salah satu bentuk dari jalur pendidikan luar sekolah. Namun jika dipelajari dari segi kelembagaan, maka pesantren adalah sebuah sistem lembaga pendidikan yang didalamnya terdiri dari beberapa komponen pendidikan.
Pondok Pesantren merupakan salah satu dari lembaga pendidikan non formal yang memiliki fungsi pengembangan keilmuan dan kepribadian berbasis keagamaan. Belajar agama di pesantren mungkin sudah biasa. Namun belajar wirausaha di pesantren tentu beda. Pasalnya, pesantren selama ini identik dengan ilmu-ilmu agama yang berkaitan dengan pembekalan mental (ukhrawi), sementara wirausaha terkesan pada pembekalan skill (ketrampilan) yang bersifat duniawi. Tapi, bukan tidak mungkin kedua hal yang terkesan berseberangan tersebut tidak bisa dipadukan. Keduanya sangat mungkin berpadu, bahkan saling menguatkan. Dalam al-Qur’an sendiri pun disinggung keharusan seseorang memikirkan akherat, namun tidak boleh melupakan urusan dunia.
Dalam proses implementasi teori tersebut, mahasiswa PLS UM berinovasi menyelenggarakan Semiloka Pengembangan Model Wirausaha Berbasis Pesantren. Kegiatan ini bertujuan untuk menggali potensi entrepreneurship peserta didik yakni para santri. Selain itu, harapan tinggi disematkan dalam kegiatan ini adalah model wirausaha tersebut dapat diterapkan yang kemudian dijadikan bentuk kegiatan pengembangan potensi diri dalam berwirausaha di lingkungan pondok pesantren.
Acara yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Seblak Jombang diikuti oleh lebih kurang 50 santri dan mahasantri ini dilaksanakan selama 3 hari yakni mulai tanggal 18-20 Maret. Cakupan acara ini dimulai dengan sambutan dari pihak Pondok Pesantren yang dalam hal ini diwakili langsung oleh pemilik Pondok Pesantren Seblak. Selanjutnya adalah kegiatan inti yakni Lomba Cipta Karya Wirausaha. Dalam lomba ini peserta dibagi dalam beberapa kelompok kecil dengan bimbingan dan arahan mahasiswa PLS, setelah pembentukan kelompok kecil peserta mendapat tugas untuk membuat sebuah rencanan inovasi program kewirausahaan dengan menganut asas ekonomis dan agamis. Setelah membuat rencana inovasi program kewirausahaan, peserta kemudian harus mempresentasikan hasil kerja timnya di hadapan juri dan audiensi untuk kemudian dinilai. Kelompok yang mendapat nilai teringgi maka hasil karyanya berhak untuk mendapat pembiayaan dari pihak pesantren untuk direalisasikan di lingkungan pesantren tersebut.
Selama kegiatan ini berlangsung, peserta tidak diperbolehkan meninggalkan lokasi kegiatan dan dituntut kerja sama antar peserta yang notabene adalah santri dan mahasantri sebutan untuk santri yang menempuh perkuliahan di pesantren. Hal lain yang cukup unik dalam kegiatan ini adalah antusiasme peserta begitu tinggi dengan ide-ide yang brilian dan inovatif mengenai program kewirausahaan yang dicanangkan padahal waktu perencanaan hanyalah berlangsung selama satu malam dengan 10 kelompok yang mengikuti proses perlombaan ini. Contoh program kewirausahaan yang dipresentasikan dalam kegiatan ini antara lain Jerangkong,Produksi kerajinan keset, produksi kerajinan lampu hias, Produksi jilbab sulam, pembibitan parfum, budidatya lele dll.
Dengan diadakannya kegiatan ini, diharapkan pesantren yang disekelilingnya bisa menerapkan konsep wirausaha berbasis pesantren bagi santri. Karena pada dasarnya sebuah pesantren yang menekankan basis kewirausahaan dapat menciptakan santri yang bisa belajar mandiri, bertanggung jawab dan berakhlak mulia. (red.yab)