Urgensi Pendidikan Seks Dan Pendidikan Moral Sejak Dini Serta Implementasinya Dikalangan Masyarakat
(dalam MK Problematika PLS)
Oleh
Riediyan Nur Fanora
PLS-UM
Munculnya pendidikan pada dasarnya adalah dikarenakan kebutuhan manusia dalam memenuhi hajat hidup berupa menjauhkan diri dari sikap dan sifat bodoh, menambah pengetahuan dari berbagai aspek, memenuhi kemajuan gaya dan pola hidup, dan meraih prestasi untuk mengeksiskan diri dalam kehidupannya. Peradapan selalu dinamis sebagaimana dinamika era. Dengan peradaban tersebut seringkali terjebak dalam dunia glamor. Sering kali dengan gampang orang mendefinisikan remaja sebagai periodetransisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, masa usia belasan tahun, atau seseorang yang menunjukan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah terangsang perasaannya, dan sebagainya. Masalahnya sering kali tidak pernah berhenti dengan hanya menyatakan bahwa mendefinisikan remaja itu sulit. Sulit atau mudah, masalah-masalah yang menyangkut kelompok remaja kian hari kian bertambah. Berbagai tulisan, ceramah, maupun seminar yang mengupas berbagai segi kehidupan remaja, termasuk kenakalan remaja, perilaku seksual remaja, dan hubungan remaja dengan orang tuanya, menunjukkan betapa seriusnya masalah ini dirasakan oleh masyarakat.
Sarwono ………. ‘” mengatakan bahwa perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada perkembangan jiwa remaja yang terbesar pengaruhnya adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh sehingga menyebabkan mudahnya aktivitas seksual (terutama dikalangan remaja) dilanjutkan dengan hubungan seks……..”[1]
Pengaruh globalisasi sekarang ini tidak dapat dipungkiri lagi oleh kita semua, karena, akibat globalisasi, banyak kemajuan teknologi yang masuk kedalam kehidupan kita, dan memberi dampak kepada kita semua, baik dampak positif maupun dampak negative,seperti contoh da,apak negative sering ditayangkan di media elektronika dan media cetak dengan serohnohnya menayangkan tayangan ‘ asyik ‘ dan dapat dengan mudah disaksikan oleh masyarakat luas tanpa pandang usia bahkan dampak negatif yang ditimbulkan sudah tidak terhitung lagi, dan sudah tidak menjadi bahan pertimbangan lagi. Seakan bendera hendonisme yang kini mulai berkibar di Indonesia. Sedikit banyak turut memberikan sumbangsih terhadap industri perfileman dan media cetak.
Bukan hanya filem bertema horor yang mendapatkan hedonisme tetapi juga filem bertema komedi yang kena efek hedonisme. Bapak Jamula aktivis LSM itu berkata “ ………….memang ini sudah menjadi tuntutan dari pasar, masayarakat Indonesia memang senang dengan hal yang berbau Pornografi ……”[2].
Akibatnya remaja banyak yang telah masak sebelum waktunya. keadaan ini menimbulkan perkembangan nilai-nilai baru yang menggelisahkan dan meresahkan bukan saja dalam kelurga yang terbatas tetapi juga berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Hal ini perlu didasari dengan pikiran dan tindakan secara jernih bahwa hidup ini adalah bagian dari aktivitas dan bentuk suatu kebutuhan yang seharusnya dilakukan dengan syah dan etnis. Hal negatif ini perlu dibentengi karena seks adalah kebutuhan esensial yang prevesi. Hal ini dapat dibuktikan dengan tujuan hidup manusia yaitu berumah tangga ( nikah ). Pentingnaya pendidikan moral dan pendidikan seks sejak dini agar anak tidak
mencari jawaban diluar atas segala jawaban yang ada dalam diri si anak. Seseorang yang belum mendapatkan jawaban tentang seksualitas akan mencari jawaban sendiri secara instan yang syarat dengan penyimpangan dan pendidikan moral sangat perlu ditanamkan sejak dini jika tidak besar kemungkinan akan meledak menjadi peristiwa yang membahayakan pada kalangan masyarakat.
Banyak informasi yang telah diterima anak-anak saat ini harus dilawan dengan informasi yang benar.
Dr.Boyke Dian Nugraha, SpOG,MARS ( Ginekolog dan konsultan Seks ) ini berkata……” di Indonesia saja sekitar 2,6 juta jiwa pertahunnya dan 30% dilakukan oleh kalangan remaja. Berdasarkan data yang saya kumpulkan, di tahun 1970-1980 sekitar 5% remaja melakukan seks bebas di luar nikah, di tahun 1990, naik menjadi 20-25%, dan di tahun 2010 nyaris 50% juga di ambil dari beberapa hasil penelitian di Indonesia menunjukan adanya penurunan batas usia hubungan seks pertama kali. sebanyak 18% responden di wilayah kota terbesar yang ada di Indonesia seperti, Jakarta, Manado, Surabaya, Yogyakarta, Palembang dan masih banyak yang lain dan fenomena inbi terjadi pada seluruh wilayah yang ada di Indonesia remaja melakukan hubungan seks pertama di bawah usia 18 tahun dan usia termuda 13 tahun……..” [1]
Untuk itu, sosialisasi pemahaman tentang makna hakiki cinta harus diakui, sampai saat ini di kalangan masyarakat tertentu, bebicara soal seks masih dianggap masalah yang tabu. Seks belum menjadi wacana publik.Pro dan kontra masih saja ada. Jarang sekali di jumpai pembicaraan perihal seks secara terbuka. Rasa ingin tahu terhadap masalah seksual pada remaja sangat penting dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Pada masa remaja, informasi tentang masalah seksual sudah seharusnya mulai diberikan supaya remaja tidak mendapatkan informasi yang salah dari sumber – sumber yang tidak jelas. Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting terlebih lagi mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif, karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormone dan tidak cukupnya informasi mengenai aktifitas seksual mereka sendiri.
Terlepas dari pro dan kontra pemblokiran situs porno yang sempat marak diberitakan di berbagai media. Di era globalisasi sekarang ini pengenalan seks sejak dini dirasa cukup penting, mengingat anak-anak dengan mudah mendapat informasi dari berbagai media seperti majalah, buku, TV, VCD danInternet. Sebagai orang tua, tentunya tidak menginginkan anak-anaknya mencari pengetahuan tentang seks dengan caranya sendiri seperti mengaksessitus-situs porno atau menonton VCD porno dan lain-lain. Berdasarkan latar belakang dan fenomena di atas, maka selanjutnya penulis tertarik untuk mencari pemecahan permasalahan dan saran tersebut dengan judul “Urgensi Pendidikan Seks dan Pendidikan Moral Serta Implementasinya Di Kalangan Masyarakat“
Dari latar belakang masalah di atas maka tujuan adalah membahas bagaimana mengatasi masalah pendidikan moral dan pendidikan seks dikalangan masyarakat sebagaimana tersebut di atas adalah; (1)Mengubah paradigma berfikir orang tua terhadap pendidikan anak terutama pada pendidikan seks dan pendidikan moral, (2) Memberikan metode alternative tenteng pemberian pendidikan seks dan moral kepada anak, (3)Mengajukan saran untuk pemecahan masalah sebagai perspektif Penidikan luar sekolah,(4)Mengajukan konsep pendidikan seks dan pendidikan moral.
Isi Lengkap Silahkan Klik Urgensi Pendidikan Seks Dan Pendidikan Moral Sejak Dini Serta Implementasinya Dikalangan Masyarakat
NB. Copas atau baca silahkan tinggalkan jejak coment dibawah ini…
semoga bermanfaat