“Bermimpi Dalam Suramnya Impian” terbuang, tersisihkan bahkan tak di anggap.
Mengais receh demi receh dari pinggir jalanan yang berdebu dan tak bersahabat. Tapi bagi mereka itulah yang dinamakan hidup, karena dari situlah mereka bertahan hidup. Hamparan mobil dan sepeda motor beserta berpacu dengan waktu di jalanan adalah pemandangan biasa baginya.
Dinginnya malam yang bertabur kemerlap lampu penerang jalan kemudian di temani selembar koran sebagai alasnya merupakan sahabat tidurnya. Walaupun demikian mereka tetap tersenyum menjalani hidup ini.
Sungguh ironis, tingkat kemajuan bangsa ini ternyata berbanding terbalik dengan tingkat kesejahteraan rakyatnya. Semakin maju suatu kota maka semakin banyak pula pengemis, gelandangan dan anak jalanan di sana. Hal ini tidak dapat dipungkiri lagi. Seharusnya mereka itu juga bagian dari kita tapi hanya saja mereka itu belum beruntung. Apakah kita akan diam saja dengan polemik ini ? itulah pertanyaan sederhana yang sampai saat ini masih membuat segelintir orang menjadi ragu untuk menjawabnya.
Dengan mimpi mereka dapat tersenyum melewati rintangan hidup yang cukup berat ini, hanya bermimpi indah tidak dengan impian. Sungguh masih jauh dari pemikiran mereka untuk meraih impian, karena bagi mereka impian itu hanyalah omong kosong belaka dan akan menjadi beban saja. Sebenarnya jauh di lubuk hati yang paling dalam, mereka masih punya impian tapi mereka tidak mau berharap lebih dengan impian tersebut.
Sudah saatnya kita untuk membangkitkan kembali impian mereka yang sudah lama terpendam. Mimpi mereka juga mimpi kita sebaliknya impian kita juga seharusnya impian mereka. Karena kita ini sesungguhnya adalah sama. Janganlah ada jurang pemisah antara kita dengan mereka. Marilah kita bahu membahu dan saling berjabat tangan dengan penuh senyuman iklas di pipi untuk mereka, untuk kita dan untuk bangsa yang kita cintai ini.
“Lebih baik kamu bermimpi dari pada punya impian, jika dirimu merasa tidak sanggup untuk mewujudkannya”
By Teguh akbar