Kategori: Tugas Kuliah

  • War Tiket Konser Ditinjau Dari Teori Psikologi Sosial

    War Tiket Konser Ditinjau Dari Teori Psikologi Sosial

    War Tiket Konser, Mengapa Kita Sering Memilih Untuk “Ikut Serta?” Ditinjau Dari Teori Psikologi Sosial Band asal Inggris Coldplay akan menggelar konser perdananya di Indonesia. Tepatnya pada tanggal 15 November 2023 mendatang di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat. Antusias masyarakat Indonesia sangat tinggi, banyak dari mereka yang rela mengorbankan urusan pribadinya agar bisa menonton konser. Terlebih konser ini sangat langka dan pertama kalinya Chris Martin datang ke Tanah Air.

    Dikutip dari akun instagram @pkentertainment.id bahwa tiket Coldplay yang dijual dari tanggal 17 – 19 Mei 2023 telah resmi habis terjual. Dari kejadian singkat tersebut, banyak beredar kabar di media sosial bahwa yang mengikuti  war tiket Coldplay tidak hanya dari fansnya saja, namun orang – orang yang hanya mengikuti trend di sekitarnya atau biasa disebut dengan FOMO juga gak mau ketinggalan.

    Definisi Fear of Missing Out atau FOMO menurut Przybylski, Murayama, Dehaan dan Gladwell (2013) adalah kekhawatiran yang pervasif ketika orang lain memiliki pengalaman yang lebih memuaskan dan adanya dorongan untuk selalu terhubung dengan orang lain.

    Fenomena war tiket atau berlomba-lomba mendapatkan tiket telah dilakukan oleh jutaan orang. Tidak hanya di konser Coldplay, war tiket nonton sepak bola juga ada. Bahkan mereka adalah orang yang tidak banyak tahu tentang apa yang sedang ia rebutkan. Banyak dari mereka tidak tahu tentang band Coldplay dan lagu – lagunya juga ikut membeli tiket konser tersebut. Sebenarnya atas dasar apa orang – orang tersebut rela mengorbankan uang dan waktu demi bisa ikut serta berebut membeli tiket?

    War Tiket Konser, Mengapa Kita Sering Memilih Untuk “Ikut Serta?” Ditinjau Dari Teori Psikologi Sosial

    Konformitas

    Dalam teori psikologi sosial, fenomena ikut serta dalam war tiket disebut konformitas. Konformitas merupakan jenis pengaruh sosial di mana seseorang akan mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada.

    Apa yang mendasari seseorang melakukan konformitas?

    Dalam buku Psikologi Sosial yang ditulis oleh Robert A. Baron & Donn Byrne dijelaskan dasar – dasar penyebab terjadinya konformitas, yaitu:

    Pengaruh sosial normatif

    Hal tersebut terjadi karena keinginan seseorang untuk disukai atau diterima dan adanya rasa takut akan penolakan. Salah satu hal yang membuat orang lain menyukai diri kita adalah berpenampilan semirip mungkin dengan orang lain. Sehingga kita akan melakukan perubahan tingkah laku untuk memenuhi harapan orang lain.

    Seperti halnya ketika orang yang tidak tahu tentang band Coldplay dan lagu-lagu yang dinyanyikannya, namun tetap ikut merebutkan tiket konser tersebut karena orang disekitarnya atau komunitas lingkungannya juga ikut war tiket Coldplay. Dengan begitu, akan membuatnya tetap diterima di lingkungan sosialnya tanpa perlu menunjukkan perilaku yang berbeda dari yang lain.

    War tiket juga bisa terjadi karena rasa rakut atau tekanan akan penolakan. Bisa jadi ketika seseorang tidak mengikuti war tiket, dia bisa dijelek-jelekkan dan merasa tertekan karena perbuatannya yang dianggap berbeda dan tidak mengikuti trend yang ada saat ini. Agar menghindari tekanan dalam dirinya, orang tersebut tetap mengikuti war tiket padahal dia tidak menggemari atau tidak tahu banyak hal tentang band Coldplay.

    Pengaruh sosial informasional

    Penyebab kedua didasarkan pada keinginan seseorang untuk menjadi benar atau tepat. Seseorang biasanya merasa dilema terhadap dirinya sendiri, sehingga untuk mendapatkan pembenaran akan merujuk pada opini dan tindakan orang lain. Hal tersebut untuk lebih menegaskan kenyataan sosial pada diri kita. Ketergantungan pada orang lain sebagai sumber informasi tentang berbagai aspek dunia sosial menjadi sumber yang kuat untuk melakukan konformitas.

    Ketika seseorang ditempatkan pada situasi merasa sangat tidak pasti mengenai suatu kebenaran sehingga tidak mempunyai kemampuan untuk membuat keputusan. Pada situasi sulit tersebut maka akan melakukan konformitas. Disebabkan karena tidak yakin dengan keputusannya dan untuk mendapatkan kebenaran akan bergantung pada penilaian orang lain.

    Gempuran berita war tiket di media sosial yang terus berdatangan mengakibatkan seseorang ingin melakukan hal tersebut, terutama hal itu adalah moment yang sangat langka. Namun terkadang diliputi rasa keraguan karena kondisi ekonomi atau tidak mengetahui banyak hal tentang band Coldplay. Sehingga yang terjadi seseorang tetap mengikuti trend war tiket Coldplay karena hal tersebut telah dilakukan banyak orang, terutama jika lingkungan sekitarnya juga melakukan war tiket. Adanya dorongan dan motivasi dari lingkungan sekitar yang membuat individu merasa benar atas tindakannya mengikuti war tiket.

    Salah satu tujuan beberapa orang melakukan konformitas karena berpikir hanya akan menimbulkan dilema yang sangat sebentar. Tetapi bisa jadi bagi banyak orang, keputusan untuk mengikuti tekanan kelompok dan melakukan seperti yang dilakukan orang lain adalah keputusan yang rumit. Orang tersebut merasa bahwa penilainnya benar, tetapi pada saat bersamaan tidak mau menjadi berbeda sehingga bertingkah laku secara tidak konsisten dengan kepercayaan pribadi dirinya. Efek dari kecenderungan mengubah persepsi terhadap situasi tertentu mengakibatkan bahwa konfomitas dapat dibenarkan. Meskipun hal itu menyebabkan seseorang bertingkah laku secara berlawanan dengan kepercayaan pribadinya.

    Begitulah fenomena yang terjadi akhir – akhir ini. Banyak orang rela melakukan hal apapun yang bahkan tidak sangat dipahaminya hanya karena ingin diterima dan dikatakan benar di lingkungan sosialnya. Karena faktanya yang mengikuti war tiket konser Coldplay tidak hanya dari para fansnya saja, melainkan orang yang FOMO bahkan baru saja mendengar nama band Coldplay juga ikut serta berjuang untuk mendapatkan tiket konsernya.

    Menolak Konformitas

    Sebenarnya tekanan dalam konformitas bisa ditolak dengan dua faktor yaitu kebutuhan untuk mempertahankan individualitas kita dan kebutuhan untuk mempertahankan kontrol atas kehidupan kita. Sejatinya, kita ingin menjadi seperti orang lain namun tidak sampai pada titik kehilangan identitas pribadi kita. Hal tersebut agar kita dapat dibedakan dari orang lain dalam beberapa hal. Di sisi lain, sebagian besar orang percaya bahwa mereka dapat menentukan sesuatu yang terjadi dalam dirinya dan mengikuti tekanan sosial justru kadang berlawanan dengan keinginannya. Semakin kuat kebutuhan individu terhadap control dirinya maka semakin sedikit kecenderungan individu tersebut mengikuti tekanan sosial, sehingga dapat melawan terjadinya konformitas.

    Dengan begitu, kita tidak diharuskan mengikuti war tiket konser Coldplay yang sedang nge-trend hanya karena ingin diakui dan diterima oleh lingkungan sosial kita. Bahkan mengorbankan apapun yang kita punya termasuk harga diri kita. Kita punya identitas diri masing – masing yang tentu tidak akan bisa serupa dengan orang lain. Dengan mengontrol diri dan menentukan kebutuhan yang terbaik untuk diri kita maka kita tidak akan mudah mengikuti trend yang seharusnya tidak kita ikuti. Kita akan tetap bisa menjaga identitas diri kita dengan sebaik mungkin. Karena sejatinya kita sendiri yang lebih tahu akan kepentingan diri kita, bukan orang lain.

     

    Oleh: Silma Mumtahanah, Mahasiswi Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

  • PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH / PENDIDIKAN MASYARAKAT

    PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH / PENDIDIKAN MASYARAKAT

    PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH / PENDIDIKAN MASYARAKAT, pengertian kurikulum menurut para ahli salah satunya yaitu Hilda Taba (1962) dalam (Munir, 2008: 27) yang mendefinisikan kurikulum sebagai rencana belajar dengan mengungkapkan, bahwa a curriculum is a plan for learning. maksud dari pengertian diatas ialah kurikulum merupakan sebuah perencanaan yang harus ada dan sangat penting dalam kegiatan pembelajaran dan tujuan yang akan dicapai. Kurikulum adalah perangkat pengalaman belajar yang akan didapat oleh peserta didik selama ia mengikuti suatu proses pendidikan. kurikulum sebagai salah satu bagian yang ada dalam sistem penyelenggaraan pendidikan. Pemaknaan ini biasanya menjadi tema bahasan dalam bidang pengelolaan. Kedua, fungsi kurikulum diartikan sebagai kegunaan atau manfaat dari kurikulum bagi pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas pendidikan (pembelajaran). Dalam hal ini kurikulum bukan berarti memutuskan harapan atau kreativitas dalam meningkatkan kemampuan yang dimiliki dalam diri peserta didik, melainkan kurikulum sendiri yang menjadi salah satu perangkat dalam pembelajaran untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan serta kreativitas dalam diri peserta didik. Kurikulum menempati posisi sentral dalam proses pendidikan. Kiranya bukanlah sesuatu yang berlebihan jika dikatakan bahwa proses pendidikan dikendalikan, diatur, dan dinilai berdasarkan kriteria yang ada dalam kurikulum. Secara umum peranan dapat diartikan sebagai suatu sikap atau perilaku yang ditunjukkan atau dijalankan oleh subjek karena hak dan kewajiban yang melekat pada status atau kedudukannya. Dari pengertian tersebut dapat kita fahami bahwa peran itu terkait dengan keberadaan subjek dalam hubungannya dengan masyarakat dimana subjek itu berada. Subjek dalam masyarakat memiliki hak dan kewajiban sesuai kedudukannya/posisi sosial di dalam masyarakat, kedudukan tersebut terkait dengan keberadaan dan kepentingan masyarakat.

    Perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia dewasa ini salah satu diantaranya adalah karena ilmu pengetahuan itu sendiri selalu dinamis. Selain itu, perubahan tersebut juga dinilainya dipengaruhi oleh kebutuhan manusia yang selalu berubah juga pengaruh dari luar, dimana secara menyeluruh kurikulum itu tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh prubahan iklim ekonomi, politik, dan kebudayaan. Sehingga dengan adanya perubahan kurikulum itu, pada gilirannya berdampak pada kemajuan bangsa dan negara. Menurut Soetopo dan Soemanto, ada sejumlah faktor yang dipandang mendorong terjadinya perubahan kurikulum pada berbagai Negara dewasa ini.

    PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH PENDIDIKAN MASYARAKAT
    PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH PENDIDIKAN MASYARAKAT

    PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH / PENDIDIKAN MASYARAKAT

    Pertama, bebasnya sejumlah wilayah tertentu di dunia ini dari kekuasaan kaum kolonialis. Dengan merdekanya Negara-negara tersebut, mereka menyadari bahwa selama ini mereka telah dibina dalam suatu sistem pendidikan yang sudah tidak sesuai lagi dengan cita-cita nasional merdeka. Untuk itu , mereka mulai merencanakan adanya perubahan yang cukup penting di dalam kurikulum dan sistem pendidikan yang ada.

    Kedua, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sekali. Di satu pihak, perkembangan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah menghasilkan diketemukannya teori-teori yang lama. Di lain pihak, perkembangan di dalam ilmu pengetahuan psikologi, komunikasi, dan lain-lainnya menimbulkan diketemukannya teori dan cara-cara baru di dalam proses belajar mengajar. Kedua perkembangan di atas, dengan sendirinya mendorong timbulnya perubahan dalam isi maupun strategi pelaksanaan kurikulum.

    Ketiga, pertumbuhan yang pesat dari penduduk dunia. Dengan bertambahnya penduduk, maka makin bertambah pula jumlah orang yang membutuhkan pendidikan. Hal ini menyebabkan bahwa cara atau pendekatan yang telah digunakan selama ini dalam pendidikan perlu ditinjau kembali dan kalau perlu diubah agar dapat memenuhi kebutuhan akan pendidikan yang semakin besar. Ketiga faktor di atas itulah yang secara umum banyak mempengaruhi timbulnya perubahan kurikulum yang kita alami dewasa ini.

    oleh NAMA:MUHAMADSOPYANSIDI melalui form kirim artikel 

  • Refleksi Kemerdekaan sebagai Poros Perubahan Pemuda Millenial

    Refleksi Kemerdekaan sebagai Poros Perubahan Pemuda Millenial

    “Kemerdekaan ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan” pembukaan UUD 1945, Alinea ke-4.
    Kemerdekaan mempunyai makna penting terhadap kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan amanat pembukaan UUD 1945 alinea ke-4. Kemerdekaan adalah hak segala bangsa, hak semua orang terhadap segala jenis penjajahan, perbudakan serta bentuk bentuk pelanggaran hak asasi lainnya.
    Secara historis, pejuang Indonesia baik pemuda, maupun golongan tua dalam memperoleh kemerdekaan, mengorbankan kebebasan pribadinya untuk memperoleh kemerdekaan. Perang fisik, cucuran darah, keringat dan air mata.
    Dewasa ini, di era millenial ini, seharus pemuda merefleksikan perjuangan pemuda era dulu dalam memperoleh kemerdekaan dengan menjadi garda terdepan dalam membangun peradaban bangsa Indonesia dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ia kuasai, kreatifitas tinggi serta mempunyai inovasi yang dapat membangun peradaban baru Indonesia kearah yang lebih baik. Sangat penting bagi pemuda millenial memaknai kemerdekaan Indonesia, sebagai bahan refleksi, pemuda dapat terus mengobarkan semangat nasionalisme dan patriotisme, selalu positif dalam mengembangkan minat dan bakat, serta mendedikasikan kemampuan nya terhadap pembangunan peradaban Indonesia.
    ·         Semangat Nasionalisme dan patriotisme
    Pada dasarnya, semangat nasionalisme dan patriotisme merupakan kesadaran suatu warga negara akan pentingnya ketunggalan bangsa (nation state). Konsep tersebut bersifat idiologis dan disosialisasikan kepada setiap anggota (warga) negara. Nasionalisme dan wawasan kebangsaan mengikat warga negara dalam beberapa hal, yakni (a) memiliki kesadaran sebagai satu bangsa, yang dapat memperkuat rasa kebangsaan, persatuan dan kesatuan, (b) jiwa, semangat, dan nilai-nilai patriotik, yang berkaitan dengan perasaan cinta tanah air, cinta kepada tanah tumpah darah, cinta kepada negara dan bangsa, cinta kepada milik budaya bangsa sendiri, kerelaan untuk membela tanah airnya, (c) jiwa, semangat dan nilai-nilai kreatif dan inovatif, dan (d) jiwa, semangat, dan nilai-nilai yang mampu membentuk kepribadian, watak dan budi luhur bangsa.
    Sementara patriotisme adalah rasa identitas dan realistis. Kita harus melihat, menerima, dan mengembangkan watak dan kepribadian bangsa. Dengan melihat bangsa sendiri, kita harus menerima apa adanya dengan kelebihan dan kekurangannya, menerima dengan lapang. Kelebihannya dapat kita jadikan kekuatan, dan apa yang menjadi kekurangan dapat kita lihat sebagai daya yang dapat merusak diri sendiri sehingga perlu diperhatikan. Dengan melihat dan menerimanya diharapkan kita dapat memiliki sikap rela berkorban tersebut.
    ·         Positif Mengembangkan Minat dan Bakat
    Dalam kenyatannya, bakat atau nature sering diartikan sebagai talenta, yakni kemampuan tertentu yang unik, kecakapan, gift (anugerah) yang dimiliki seseorang. Pengertian ini mengalami perkembangan signifikan dengan munculnya pengertian menurut Gallup (2001) bahwa bakat merupakan pola pikir, perasaan dan perilaku yang berulang-ulang dan dapat meningkatkan produktivitas. Berdasarkan pengertian tersebut, maka bakat itu tidak hanya menyangkut kecakapan tertentu, tetapi juga berkaitan dengan adanya peran untuk mengembangkan. Dalam hal ini, minat menjadi faktor penting yang berfungsi sebagai nurture yang akan membantu pengembangan bakat tersebut. Minat merupakan suatu pemusatan perhatian secara tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauan, rasa ketertarikan, keinginan, dan kesenangan. Ciri umum minat ialah adanya perhatian yang besar, memiliki harapan yang tinggi, berorientasi pada keberhasilan, mempunyai kebangggaan, kesediaan untuk berusaha dan mempunyai pertimbangan yang positif. Minat dapat dikatakan sebagai dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya.
    Bentuk pengabdian masyarakat juga variatif, tak selalu terpaku pada bakti sosial kilat dengan sembako seadanya seperti yang dilakukan partai-partai politik menjelang pemilu. Menyelenggarakan pendidikan gratis atau memberdayakan sumber daya manusia suatu daerah, bahkan membeli produk lokal juga merupakan salah satu bentuk pengabdian masyarakat. Suatu gerakan pemberdayaan masyarakat apapun bentuknya adalah bagian dari pengabdian masyarakat. Banyak contoh pengabdian masyarakat yang muncul dewasa ini dan mayoritas digagas oleh kaum intelek muda seperti Indonesia Mengajar, Indo Historia, atau LSM-LSM non-profit dan NGO.
    Dengan membentuk masyarakat yang maju maka secara tak langsung akan terbentuk pula sebuah peradaban yang maju karena sebuah peradaban berawal dari kumpulan masyarakat yang saling mempengaruhi dan melengkapi. Seandainya ada satu saja masyarakat yang baik maka kebaikannya akan menular pada masyarakat yang lain dan sampai akhirnya seluruh masyarakat akan baik juga dari sebuah komunitas kecil kemudian tumbuh menjadi komunitas yang besar hingga masyarakat yang besar.
    Untuk hal itulah mahasiswa ada,  mereka harus menjadi pemicu terbentuknya peradaban yang maju dengan pengabdian melalui pemberdayaan masyarakat sebagai awalannya karena pengabdian merupakan salah satu Tri Dharma perguruan tinggi dan sudah merupakan kewajiban bagi kaum akademik untuk memenuhinya. Selain itu, tuntutan akal dan etika juga akan membuat mahasiswa sadar akan kewajibannya sebagai seorang intelek.
    Dari segala sektor yang menunjang pembangunan Indonesia, sektor utama bagi penulis adalah pendidikan. Sebab Aset terbesar dari suatu negara bukanlah sumber daya alamnya, melainkan sumber daya manusianya. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kemerdekaan yang sesungguhnya, diperlukan perbaikan kualitas sumber daya manusia Indonesia, terutama dalam hal pendidikan.
    Oleh karenanya, peningkatan mutu pendidikan, pemerataan fasilitas serta kesempatan pendidikan. Untuk mewujudkan perihal tersebut, harus diperlukan peran dari berbagai pihak. Baik pemerintah, masyarakat serta pemuda/mahasiswa.
    Langkah konkret yang saya ambil dalam rangka refleksi 74 tahun indonesia merdeka, sejauh ini bersama salah satu organisasi mahasiswa non profit, telah mendirikan sebuah Taman Baca Masyarakat, memfasilitasi pendidikan nonformal /masyarakat untuk memperoleh pendidikan selain dari pendidikan formal yang belum mempunyai media pembelajaran yang maksimal.
    Idealnya, nasionalisme terbentuk  dari interaksi antar elemen di dalam suatu bangsa dan tanggapan bangsa itu terhadap lingkungan, sejarah, dan cita-citanya. Substansi nasionalisme Indonesia  memiliki dua unsur; Pertama, kesadaran mengenai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang terdiri dari suku, etnik, dan agama.
    Kedua, kesadaran bersama bangsa Indonesia dalam menghapuskan segala bentuk pensubordinasian, penjajahan, dan penindasan dari bumi Indonesia. b. Pendidikan adalah win win solution untuk menjaga nasionalisme bangsa c. Generasi muda pada hakikatnya, adalah generasi pemula yang perlu mendapat bimbingan dan arahan oleh generasi sebelumnya. Jika pemimpin Indonesia tidak mampu memberikan tauladan kebaikan, maka berdampak hilangnya semangat nasionalisme. Untuk itulah perlu adanya perbaikan moral pemimpin bangsa. Rakyat harus dicerdaskan dengan tidak lagi memilih sembarang pemimpin dan harus mau memilah media sebagai tambahan ilmu dan informasi.  d. Kampus-kampus Islam khususnya, perlu kembali membudayakan upacara bendera setiap hari senin. Aktifitas ini akan menjadi kebiasaan dan kebutuhan jika dijadikan prioritas untuk kembali menumbuhkan semangat nasionalisme.  e. Pemerintah harus mengupayakan, melahirkan generasi penerus bangsa yang berjiwa nasionalis, religius dan mampu mengembangkan teknologi. Generasi ini adalah generasi terbaik yang mampu membangun Indonesia. Semangat nasionalisme pemuda jika diimbangi.
    DAFTAR PUSTAKA
    Wilson Bangun.  Intisari Manajemen. (Bandung: Refika Aditama,  2008) hal 1 20 Soebagio Admodiwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: PT Arda Dizya Jaya, 2000) hal 5
    Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, (Jogjakarta: AR-Ruzz Media Groups, 2008)  hal 7
    JURNAL  STUDI  PEMUDA • VOL. I  NO. 2  SEPTEMBER 2012, Hal: 89
    Madjid, Nurcholish (1973) ‘Remaja, Keluarga, & Masyarakat di Kota Besar. Suatu Usaha Pendahuluan untuk Memahami Persoalan Sekitar ‘‘Generation Gap’’’, Prisma, vol. 2, no. 5, h. 45–51.
    www.nasionalisme.com
    Oleh: Wandi Sugih Triyana
    PLS-Universitas Sultan Ageng Trisatya
  • Hubungan Pergaulan Teman Sebaya Dengan Efektivitas dan Kondusivitas Pembelajaran Serta Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik

    Hubungan Pergaulan Teman Sebaya Dengan Efektivitas dan Kondusivitas Pembelajaran Serta Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik

    ABSTRAK
    Interaksi educatif merupakan suatu kebutuhan yang mendasar bagi peserta didik sebagai makhluk sosial kemasyarakatan. Interaksi inilah yang kemudian membuat peserta didik mudah bergaul dengan teman sebayanya dalam koridor pembelajaran, meskipun dalam pelaksanaannya banyak variabel yang tidak sesuai dengan harapan harapan yang dicanangkan sebagai tujuan pembelajaran. Hal ini disebabkan karena kurangnya filterisasi peserta didik dalam memilah serta memilih pergaulan teman sebaya. Berdasarkan hasil penelitian oleh Zuhaira Kusuma bahwa ada pengaruh motivasi belajar dan kedisiplinan belajar terhadap prestasi belajar (89,5%). Motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar mata pelajaran akuntansi (62,09%). Disiplin belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar mata pelajaran akuntansi (48,58%).
    Relations Association Peers With the Effectiveness of the Learning Condusivitness And its Effects on the Learning Achievements of Students.
    By: Wandi Sugih Triyana
    NIM: 2221170023
    ABSTRACT
    Educatif interaction is a fundamental requirement for learners as social beings. This interaction then make learners easy to get along with peers in the learning corridor, though in practice many variables that do not correspond to the expectations the expectations defined as learning objectives. This is because of the lack of students in the filter to sort and select Association peers. Based on the results of research by Kusuma Zuhaira that there is influence the motivation to learn and learning discipline against the learning achievements (89.5%). The motivation of learning effect on the achievements of learning subjects (accounting for 62.09%). The discipline of learning effect on the achievements of learning subjects accounting (48.58%).
    PENDAHULUAN
    Pendidikan normalnya berkonsentrasi terhadap pengembangan kompetensi peserta didik sebab peserta didik adalah fokus utama dalam tujuan pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, melahirkan warga negara yang berintegritas, berwawasan tinggi, berkarakter, serta akhlakul karimah. Oleh karena itu pendidikan seyogyanya mampu memberikan penunjang pembelajaran yang terbaik agar supaya terciptanya suasana pembelajaran yang aktif, kondusif, dan substantif.
    Dalam pelaksanaannya, penddikan Di Indonesia belumlah benar benar berjalan dengan baik sesuai koridor utama pembentukan kurikulum dan bahan ajar lainnya. Hal ini dikarenakan oleh aspek aspek pendukung pembelajaran yang belum terpenuhi seperti fasilitas belajar, design pembelajaran, kompetensi guru, suasana kelas, dan lain sebagainya.
    Guru merupakan kurikulum yang sesungguhnya. Kualitas guru merupakan faktor paling dominan yang mempengaruhi kualitas pendidikan setelah motivasi yang dia bangun kepasa peserta didik. Ekosistem dan tuntutan pendidikan yang dinamis mengikuti perkembangan zaman, mengharuskan perubahan design pembelajaran dan praktik pemelajaran yang lebih kreatif dan inovatif. Pembelajaran haruslah menyenangkan, menggairahkan dan mencerahkan. Pergaulan diluar juga merupakan faktor penting sebab motivasi eksternal murid terbangun cukup kuat didalam pergaulan diluar kelas. Sekolah bukan lagi tempat penyeragaman namun tempat menumbuhkembangkan keragaman potensi peserta didik, kegemarannya, cita cita, bahkan keyakinan pada diri setiap individu peserta didik. Dan hal tersebut seharusnya menjadi sumber utama kreatifitas dan inovasi dalam penentuan tujuan pembelajaran yang solutif.
    Sekolah adalah suatu lembaga ataupun tempat untuk belajar, membaca, menulis, bahkan bermain. Sekolah merupakan bagian integral dari suatu masyarakat yang berhadapan dengan realitas sebenarnya yang terdapat dalam suatu masyarakat pada masa sekarang. Sekolah juga merupakan lingkungan kedua setelah rumah untuk peserta didik melatih kepribadiannya, soft skill maupun hard skill nya. Kognitif, afektik bahkan psikomotorik peserta didik. Jadi, sekolah sebagai suatu sistem sosial merupakan sekumpulan elemen kegiatan yang berinteraksi dan membentuk satu kesatuan sosial yang ada dilingkungan sekolah yang kemudian pada akhirnya membentuk sesuatu yang bermanfaat khususnya bagi masyarakat sekitar, umunya bagi nusa bangsa dan agama. Dalam hal ini adalah orang orang terdidik. Oleh karena itulah sekolah dituntut agar mampu menciptakan suasana yang harmonis, kondusif serta memberkan sensasi kenyamanan dalam proses pembelajaran dan dinamika dalam sekolah itu sendiri. Disamping itu sekolah juga dituntut agar bertanggung jawab secara penuh terhadap perkembangan peserta didik dan peningkatan mutu pendidikan khususnya dilingkungan sekolah itu berada dengan memanfaatkan komponen komponen sekolah yang maksmal dalam kehidupan bermasyarkat secara nyata disekitarnya.
    Pesrta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal, pendidikan informal maupun pendidikan nonformal, pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Peserta didik merupakan komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
    Masing masing peseta didik sebagai individu juga subjek belajar memiliki karakteristik ataupun ciri ciri tersendiri. Kondisi atau keadaan yang terdapat pada mamsing masing siswa dapat mempengaruhi bagaimana proses belajar peserta didik tersebut. Dengan kondisi peserta didik yang mendukung maka pembelajaran dapat dilakukan dengan lebih baik, sebaliknya pula apabila karakteristik peserta didik yang lemah maka dapat menjadi hambatan dalam proses belajar mengajar. Keadaan peserta didik bukan hanya berpengaruh terhadap bagaimana belajar masing masing individu peserta didik, bagi penulis hal itu juga dapat mempengaruhi proses belajar masing masing peserta didik dan mempengaruhi proses pembelajaran secara komprehensif bahkan peserta didik yang lain.
    Maka dari itu kondisifitas pembelajaran harus dibangun oleh semua elemen sekolah agar pengaruh yang dihasilkan pula berdampak positif bagi keberlangsungan kegiatan pembelajaran. Jika pengaruhnya positif, maka akan memberikan dampak yang baik bagi proses pembelajaran, namun tentu saja apabila dampaknya negatif maka akan terdapat karakterstik atau keadaan dari siswa yang kurang baik serta berpengaruh buruk terhadap proses pembelajaran. Pada akhirnya, guru yang menjadi sentral bagi pembelajaran, diharuskan mengetahui dan mengenal karakteristik peseeta didik bahkan latar belakang pergaulannya atau keadaan yang sebenarnya terjadi pada masing masing peserta didik.
    Selain daripada faktor faktor diatas yang sudah penulis tulis, faktor lain yang mempengaruhi pengembaangan potensi dan prestasi peserta didik adalah pergaulannya dengan teman seoermainan. Pergaulan teman sepermainan dapat dikatakan mempunyai peranan yang sangat penting sebab peserta didik cenderung lebih dekat dengan temannya dibandingkan dengan keluaga apalagi dengan tenaga pendidik. Hanya saja peserta didik pada umumnya belum mampu memfilter pergaulan, belum mampu secara sadar memilah dan memilih dengan siapa dia bergaul.
    Pada anak usia sekolahan pada umumnya pasti ada dorongan untuk bergaul dengan orang lain. Hal tersebut sudah menjadi kebutuhan psikologis peserta didik. Oleh karenanya apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, anak tidak akan merasa bahagia karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang pastinya membutuhkan bantuan orang lain yang tidak dapat hidup sendiri, perlu sekali anak didik berinteraksi dengan orang lain supaya terjaganya emosional yang positif bagi keberlangsungan kegiatan pembelajaran yang ada disekolah.
    KAJIAN LITERATUR
    Pergaulan adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan segala hal yang berhubungan dengan orang lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:296) menerangkan bahwa kata pergaulan berasal dari ‘gaul’ yang berarti hal bergaul, sedangkan kata pergaulan memiliki arti: ’hal bergaul‘ atau ‘kehidupan bermasyarakat’.
    Pusat Bahasa (2008: 421), menjabarkan “gaul atau bergaul berarti hidup berteman, sedangkan pergaulan merupakan perihal bergaul yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat”. Pergaulan merupakan suatu interaksi yang terjadi antara individu dengan individu atau individu dengan kelompok. Bergaul pada hakekatnya merupakan suatu kebutuhan dasar manusia dimana terdapat keinginan dan dorongan untuk menjalin interaksi dengan orang lain. Keinginan bergaul yang terjadi pada remaja atau anak-anak dimaksudkan untuk mendapatkan perkembangan sosial yang seimbang pada diri mereka. Perkembangan kehidupan sosial remaja juga ditandai dengan gejala meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan mereka. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk berhubungan atau bergaul dengan teman sebaya mereka (Desmita, 2005: 219).
    Menurut Abdullah Idi (2011: 83), pergaulan adalah “kontak langsung antara individu yang satu dengan individu yang lain”.
    Menurut Sudarwan Danim (2010: 139), tentang teman sebaya Teman sebaya berpengaruh penting dalam perkembangan pikiran, perasaan, dan aspirasi anak sepanjang hidupnya. Pergaulan teman sebaya menawarkan kepada anak-anak dan orang dewasa kesempatan yang sama untuk mengembangkan berbagai keterampilan sosial, seperti kepemimpinan, berbagai kerjasama tim, dan empati. Selanjutnya, anak yang telah masuk ke lingkungan sekolah akan memiliki pengalamanpengalaman baru, dimana mereka akan mengenal para guru, teman sebaya, orang dewasa lain, tugas-tugas sekolah dan lingkungan fisik yang berbeda dengan rumah. Pendapat ini menekankan bahwa pergaulan dengan teman sebaya berpengaruh terhadap perkembangan seseorang sejak anakanak hingga tumbuh menjadi dewasa sebagai salah satu cara untuk membentuk jati dirinya. Teman sebaya bisa dikatakan sebagai pengganti keluarga ketika seorang anak sedang berada di luar rumah.
    Pendapat lain dikemukakan oleh Slavin, Robert E (2008: 98) bahwa, “teman sebaya merupakan orang yang mempunyai kesamaan dalam usia dan status”. Dengan kesamaan tersebut biasanya seseorang merasa sependapat dan selevel dengan pemikiran dirinya. Dengan demikian, seseorang yang selevel dalam segi usia dan status dengan dirinya tingkat kesesuaiannya lebih tinggi dari pada dengan orang yang tidak seusia. Sedangkan menurut Newcomb & Bagwell dalam Slavin, Robert E (2008: 98), bahwa: Hubungan dengan teman sebaya selama masa-masa pra sekolah, teman sebaya (anak-anak yang lain mempunyai usia yang sama) mulai memainkan peran yang makin penting dalam perkembangan sosial dan kognitif anak-anak. Tidak mengherankan bahwa pergaulan teman sebaya sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa anak usia sekolah. Anak-anak pada usia sekolah akan memiliki kecenderungan pada pembentukan kelompok sendiri yang berbeda dengan usia dewasa. Pembentukan tersebut lebih didasarkan pada kepemilikan harapan-harapan, kultur, dan kepentingan sendiri yang berbeda dari apa yang dimiliki oleh usia dewasa, khususnya orang tua. Kelompok pergaulan teman sebaya merupakan lingkungan kedua setelah keluarga yang berpengaruh bagi kehidupan anak. Kuatnya pengaruh teman sebaya mengakibatkan melemahnya ikatan anak dengan orang tua, sekolah, dan masyarakat yang lain.
    Seperti yang dipaparkan Selman & Selman dalam Sarlito W. Sarwo (2012:161), bahwa: Pada usia 9-15 tahun hubungan perkawanan merupakan hubungan yang akrab yang diikat oleh minat yang sama, kepentingan bersama, dan saling membagi perasaan, saling tolong menolong untuk memecahkan masalah bersama. Pada  usia yang lebih tinggi, 12 tahun ke atas, ikatan emosi bertambah kuat dan mereka makin saling membutuhkan, akan tetapi mereka juga saling memberi kesempatan untuk mengembangkan kepribadiannya masing-masing.
    Menurut Ki Hajar Dewantara lingkungan pergaulan dibagi menjadi tiga yang lebih dikenal dengan tripusat pendidikan, yaitu:
    1.       Lingkungan Keluarga
    Lingkungan keluarga merupakan miniatur dari masyarakat dan kehidupannya sehingga pengenalan anggota keluarga sedikit banyaknya pasti akan memberikan warna pada pandangan anak dan kehidupan sosial bermasyarakat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam lingkungan keluarga antara lain: status sosial ekonomi, suasana belajar, pola asuh orang tua, dan dukungan orang tua.
    2.       Lingkungan Sekolah
    Sekolah merupakan tempat dimana anak melakukan kegiatan belajar secara arah dan terprogram dengan baik. Pergaulan sekolah berati segala kegiatan antara guru dengan siswa yang meliputi kegiatan pembelajaran, interaksi sosial serta komunikasi personal antar warga sekolah. Sehingga lingkungan pergaulan sekolah adalah lingkungan di mana guru dan siswa melakukan kegiatan belajar mengajar serta interaksi sosial dan komunikasi personal antar warga sekolah.
    3.       Lingkungan Masyarakat
    Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan yang berada di sekitar siswa yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan siswa termasuk mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Lingkungan masyarakat yang dapat mempengaruhi antar lain: pola hidup masyarakat, teman bergaul,dan media massa.
    Lingkungan belajar ialah segala sesuatu yang terdapat di tempat belajar Hutabarat (1986). Sedangkan Nasution (1993), membagi lingkungan belajar menjadi dua yaitu lingkungan alami dan lingkungan sosial. Lingkungan alami seperti keadaan suhu, kelembaban udara, sedangkan lingkungan sosial dapat berwujud manusia dan representatifnya maupun berwujud hal-hal lain. Prestasi belajar itu salah satunya dipengaruhi oleh lingkungan belajar. Menurut Dunn dan Dunn (dalam Mudhofir, 1999) kondisi belajar dapat mempengaruhi konsentrasi, pencerapan, dan penerimaan informasi. Senada dengan hal di atas Rachman (1998/1999) menyatakan lingkungan fisik tembat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa lingkungan belajar berpengaruh terhadap hasil belajar.
    Indra Djati Sidi (2005:148–150), menegaskan dalam menata lingkungan belajar di kelas yang menarik minat dan menunjang peserta didik dalam pembelajaran erat kaitannya dengan keadaan lingkungan fisik kelas, pengaturan ruangan, pengelolaan peserta didik dan pemanfaatan sumber belajar, pajangan kelas, dan lain sebagainya.”
    Indra Djati Sidi (1996) dalam Cope (No. 02 tahun VI Desember 2002 : 36), menegaskan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, setiap pembelajar harus dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, suasana interaksi pembelajaran yang hidup, mengembangkan media yang sesuai, memanfaatkan sumber belajar yang sesuai, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran, dan lingkungan belajar di kelas yang kondusif. Agar pembelajaran benar-benar kondusif maka pembelajar mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan kondisi pembelajaran tersebut. Di antara yang dapat diciptakan pembelajar untuk kondisi tersebut adalah penciptaan lingkungan belajar. Lingkungan belajar menurut Muhammad Saroni (2006:82-84), adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Lingkungan ini mencakup dua hal utama, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial, kedua aspek lingkungan tersebut dalam proses pembelajaran haruslah saling mendukung, sehingga peserta didik merasa kerasan di sekolah dan mau mengikuti proses pembelajaran secara sadar dan bukan karena tekanan ataupun keterpaksaan.
    Menurut Ormrod (2006) untuk menciptakan peserta didik belajar maka perlu diciptakan lingkungan sekolah yang baik adalah lingkungan yang nyaman sehingga anak terdorong untuk belajar peserta didik berprestasi serta membangun pengetahuannya sendiri. Ada beberapa karakteristik lingkungan sekolah yang nyaman sebagai tempat belajar (Burstyn & Stevens dalam Ormrod, 2006), yaitu:
    ·         Sekolah mempunyai komitmen untuk mendukung semua usaha peserta didik agar sukses baik dalam bidang akademik maupun sosial.
    ·         Adanya kurikulum yang menantang dan terarah.
    ·         Adanya perhatian dan kepercayaan peserta didik serta orang tua terhadap sekolah.
    ·         Adanya ketulusan dan keadilan bagi semua peserta didik, baik untuk peserta didik dengan latar belakang keluarga yang berbeda, beda ras maupun etnik.
    ·         Adanya kebijakan dan peraturan sekolah yang jelas. Misalnya panduan perilaku yang baik, konsekuensi yang konsisten, penjelasan yang jelas, kesempatan menjalin interaksi sosial serta kemampuan menyelesaikan masalah.
    ·         Adanya partisipasi peserta didik dalam pembuatan kebijakan sekolah.
    ·         Adanya mekanisme tertentu sehingga peserta didik dapat menyampaikan pendapatnya Secara terbuka tanpa rasa takut.
    ·         Mempunyai tujuan untuk meningkatkan perilaku prososial seperti berbagi informasi, Membantu dan bekerja sama.
    ·         Membangun kerja sama dengan komunitas keluarga dan masyarakat.
    ·         Mengadakan kegiatan untuk mendiskusikan isu-isu menarik dan spesial yang berkaitan dengan peserta didik.
    Slameto (2010:73) mengemukakan bahwa cara  belajar yang buruk merupakan penyebab masih cukup banyaknya siswa yang sebenarnya pandai tetapi hanya meraih prestasi yang tidak lebih baik dari siswa yang sebenarnya kurang pandai tetapi  mampu meraih prestasi yang tinggi karena mempunyai cara belajar yang baik. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap berhasil tidaknya siswa dalam proses belajar mengajar adalah lingkungan keluarga (Slameto, 2010:60). Lingkungan keluarga merupakan pengaruh pertama dan utama bagi kehidupan, pertumbuhan, dan perkembangan seseorang. Faktor lingkungan keluarga pernah diteliti secara parsial, Khafid dan Suroso (2007) dalam jurnal penelitiannya menyatakan lingkungan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
    Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan Sejatiningtyas(2009)  yang  menyimpulkan  ada  pengaruh  lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar siswa. Sugihartono dkk (2013: 76), menyebutkan terdapat 2 faktor  yang mempengaruhi belajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
    1) Faktor internal adalah faktor yang ada di dalam individu. Faktor internal meliputi faktor jasmaniah dan faktor psikologi. Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh, sedangkan faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan. 2) Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal yang berpengaruh dalam belajar meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
    PEMBAHASAN
    Homo homonilupus atau manusia adalah teman bagi manusia lainnya merupakan istilah yang diutarakan oleh seorang filsuf berlatar belakang ekonomi, Adam Smith yang kemudian dapat kita alih bahasakan sebagai representasi dan dalih  dalam perjalanan kehidupan kita sebagai makhluk sosial untuk pergaulan. Baik buruk, suka duka, tawa dan tangis, menjadikan warna ntuk segala kehidupan pembelajaran kita sebagai makhuk educatif. Pergaulan merupakan kebutuhan setiap individu kususnya peserta didik. Sebab motivasi terbesar dalam pembelajaran ada pada lingkungan tempat bermain.
    Didalam kehidupan sosial, seseorang dituntut untuk melakukan interaksi dengan pergaulannya dengan berbagai pihak. Contohnya peserta didik saat berada didalam lingkungan keluarga, dia berinteraksi dengan ibu, ayah, adik, dll. Berbeda dengan dia saat berada dalam lingkungan sekolah, orang yang dijumpainya merupakan teman sebya yang sama sama berstatus pelajar dan guru. Saat berada dalam lingkungan pergaulan, seorang peserta didik akan mendapatkan hal hal baru yang seelumnya belum dia keahui sebab dalam bergaul peserta didik akan sama sama dengan temannya sharring session dan bahkan sampai ke tahap transfer of knowladge. Sebab dalam proses interaksi dalam pergaulan, peserta didik masih mempertahankan enersi kuriositasnya sebab itu merupakan originalitas seorang pelajar.
    Pergaulan dapat bernilai paedagogi (pergaulan yang bernilait pendidikan) dan bernilai non paedagogis (tidak bernilai pendidilan). Pergaulan yang tidak bernilai pendidikan juga sebenarnya tidak selalu memberikan dampak yang buruk bagi peserta didik, terkadang pergalan tersebut asalkan peserta didik mampu memfilterisasi pergaulan yang kurang baik bagu nya akan selalu bermanfaat bagi perkembangan  pemahaman peserta didik. Pergaulan tersebut terkadang disebut oleh penulis sebagi pergaulan demagogis atau pergaulan yang hanya akan membawa dampak buruk bagi seiap orang yang terlibat didalamnya.
    Terkadang pergaulan juga dapat menimbulkan cita cita meskipun tidak selalu permnnen. Artinya, dalam pergaulan yang dihadapi peserta didik banyak sekali manfaatnya bahkan sampai ke cita cita sebab dalam pergaulan tersebut, timbul efek imitasi atau tindakan meniru terhadap apapun yang dia sukai atau digemari. Contohnya, seorang anak secara rutin melihat suoer hero ditelevisi, anak akan secara tidak langsung akan menstimulus pemikirannya merefleksi kegiatan pahlawan fiktif tersebut sehingga melakukan kegiatan yang sama dalam kegiatannya bergaul atau bermain. Hal tersebut tidak terlepas dari kodrat manusia sebagai makhluk yang gemar melakukan meniru terhadap sesuatu yang digemari.
    Faktor pergaulan teman sebaya juga akan menentukan efektifitas dan kondusifitas dalam kegiatan pembelelajaran, teman yang baik akan membawa enersi kuriositas yang tinggi begitupun sebaliknya apabila temen sebaya dan pergaulannya kurang baik juga akan mempengaruhi motivasinya akan pentingnya belajar. Lebih jauh lagi peserta didik akan semakin terganggu psikologisnya hanya karena mempunyai masalah dengan pergaulan.
    Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik yang kemudian penulis formulasikan sebagai bentuk fleksibilitas penyelesaian permasalahan yang menghambat proses belajar, suasana kelas, motivasi dan prestasi peserta didik. Diantara faktor tersebut adalah:
    1.       Faktor Internal
    Merupakan faktor yang dalam individu itu sendiri. Adanya dorongan untuk memotivasi diri sendiri serta hasrat kuriositas dan enersi intelektual peserta didik. Dalam hal berprestasi, faktor internal ini merpakan dorongan atau motivasi dalam diri peserta didik untuk berprestasi. Seperti fokus perhatian terhadap mata pelajaran rerkhusus mata pelajaran yang paling dminatii, menghalau semua masalah maslaah pribadi, menerima dan mengingat pembelajaran bahkan peserta didik harus mampu menerapkan hasil proses belajar tersebut, serta menggeneralisir persoalan persoalan lainnya yang menghambat motovasinya dalam belajar.
    2.       Faktor Eksternal
    Merupakan faktor yang berasal dari luar peserta didik. Seperti sarana pra sarana, tenaga pendidik, fasilitas sekolah, media pembelajara yang kurang kreatif dan invatif, faktor lingkungan. seperti lingkungan kelas, sekolah, keluarga dan masyarakat termasuk teman sebaya.
    Pengaruh pergaulan teman sebaya dalam proses pembelajaran juga membuat siswa sulit untuk dokus belajar karena faktor masalah yang dihadapinya dengan teman sebaya tadi. Terkadang dalam kegiatan pembelajaran berlangsung peserta didik mengibrol dengan peserta didik lain yang mengjaknya ini justru akan menghambat efektifitas dan kondusifitas pembelajaran didalam kelas. Selain itu juga ada siswa yang membuat kelompok kelompok tertentu didalam satu kelas. Oleh karena itu pergaulan teman sebaya sangat berpengaruh dalan proses kegiatan pembelajaran khususnya efektifitas dan kondusifitas pembelajaran didalam kelas.
    Disamping menghambat efektifitas dan kondusifitas kegitan pembelajaran, pergaulan juga mempengaruhi prestasi peserta didik. Hal ini jelas berpengaruh sebab pesesrta didik akan terhambat motivasinya untuk benar benar serius dalam belajar. Seperti yang sudah penulis sampaikan bahwa pergaulan yang baik akan membawa dampa yang baik terhadap minat belajar, motivasi belajar, bahkan prestasi peserta didik.
    Dalam penelitian yang ditulis dalam dalam jurnal skripsi oleh saudari Retno Singga Dewi menunjukan bahwa lingkungan teman sebaya berpengaruh terhadapn hasil belajar siswa SMA Negeri Semarang sebesar 18%. Faktor lainnya tidak lain adalah motivasi belajar peserta didik menurun karena merosotnya efektivitas dan kondusifitas proses pembelajaran. Disamping itu, juga media pembelajaran yang kurang efektif dan kreatif. Kurang optimalnya motivasi siswa juga dapat dilihat dari peserta didik terkadang jarang mau bertanya kepada guru terkait pelajaran, peseta didik lebih terkait membicarakan hal lai seperti perkembangan media maya, issue issue yang sedang hangat dalam media publik serta membicarakan teman sebaya laiinya yang tidak tergabung dalam kelompoknya.
    Peserta didik akan mendapatkan hasil belajar yang optimal atau berprestasi apabila dalam diri peserta didik itu sendiri mempunyai kemauan untuk berprestasi. Selain itu hasil belajar yang optimal akan terapai sesuai tujuan pembelajaran apabala faktor lain untuk mendorong peserta didik selalu bersemangat dalam belajar, yaitu faktor pergaulan teman sebaya yang mendukung.
    SIMPULAN
    Sekolah merupakan bagian integral dari suatu masyarakat yang berhadapan dengan realitas sebenarnya yang terdapat dalam suatu masyarakat pada masa sekarang. Sekolah juga merupakan lingkungan kedua setelah rumah untuk peserta didik melatih kepribadiannya, soft skill maupun hard skill nya. Kognitif, afektik bahkan psikomotorik peserta didik. Jadi, sekolah sebagai suatu sistem sosial merupakan sekumpulan elemen kegiatan yang berinteraksi dan membentuk satu kesatuan sosial yang ada dilingkungan sekolah yang kemudian pada akhirnya membentuk sesuatu yang bermanfaat khususnya bagi masyarakat sekitar, umunya bagi nusa bangsa dan agama. Dalam hal ini adalah orang orang terdidik. Oleh karena itulah sekolah dituntut agar mampu menciptakan suasana yang harmonis, kondusif serta memberkan sensasi kenyamanan dalam proses pembelajaran dan dinamika dalam sekolah itu sendiri.
    Menurut Slameto (2010:73) mengemukakan bahwa cara  belajar yang buruk merupakan penyebab masih cukup banyaknya siswa yang sebenarnya pandai tetapi hanya meraih prestasi yang tidak lebih baik dari siswa yang sebenarnya kurang pandai tetapi  mampu meraih prestasi yang tinggi karena mempunyai cara belajar yang baik. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap berhasil tidaknya siswa dalam proses belajar mengajar adalah lingkungan keluarga (Slameto, 2010:60). Lingkungan keluarga merupakan pengaruh pertama dan utama bagi kehidupan, pertumbuhan, dan perkembangan seseorang. Faktor lingkungan keluarga pernah diteliti secara parsial, Khafid dan Suroso (2007) dalam jurnal penelitiannya menyatakan lingkungan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan Sejatiningtyas (2009)  yang  menyimpulkan  ada  pengaruh  lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar siswa
    Faktor pergaulan teman sebaya juga akan menentukan efektifitas dan kondusifitas dalam kegiatan pembelelajaran, teman yang baik akan membawa enersi kuriositas yang tinggi begitupun sebaliknya apabila temen sebaya dan pergaulannya kurang baik juga akan mempengaruhi motivasinya akan pentingnya belajar. Lebih jauh lagi peserta didik akan semakin terganggu psikologisnya hanya karena mempunyai masalah dengan pergaulan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik yang kemudian penulis formulasikan sebagai bentuk fleksibilitas penyelesaian permasalahan yang menghambat proses belajar, suasana kelas, motivasi dan prestasi peserta didik.
    DAFTAR RUJUKAN
    Uno, Hamzah B. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
    Wisudo, Bambang, dkk. 2017. Mengajar Untuk Perubahan (Pedagogi Kritis di Ruang Kelas). Malang: Intrans Publishing
    Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta; jl jend Sudirman. Kav 36-A. Rineka Cipta
    Johar, Rahmah dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Banda Aceh
    Slameto. 2015. Belajar dan Faktor Faktor yang Mempengaruhinya. Surabaya. Rineka Cipta
    Johantoro. 2013. Pengaruh Efektifitas Belajar  Dan Kondusifitas Lingkungan Keluarga  Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi   Siswa Kelas X Jurusan Akuntansi  Di Smk Pgri Batang Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Semarang. Universitas Negeri Semarang
    Dina, Ariska S. 2017. Pengaruh Pergaulan Teman Sebaya dan Metode Mengajar Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kompetisi Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 1 Tempel. Skripsi. Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta
    Wicaksono, Okky. 2014. Hubungan Antara Teman Sebaya dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD Gugus Jendral Sudirman, Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen. Yogyakarta. Universitas Ngeri Yoguakarta
    Zuhaira Laily Kusuma, Subkhan. 2014. Pengaruh Motivasi Belajar Dan Kedisiplinan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akuntansi Siswa Kelas Xi Ips Sman 3 Pati Tahun Pelajaran 2013/2014. Semarang. Universitas Negeri Semarang
    Rahayu, Septiana. 2017. Pengaruh Lingkungan Teman sebaya dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X IIS SMAN ! Sewon Tahun Ajaran 2016/2017. Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta
    Stirling, Diana. 2013. Motivation On Education. France. Learning Development Instit
    Wandi Sugih Triyana, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
  • Teknologi Digital Menjadi Potensi dan Tantangan Di Masa Pandemi Covid-19

    Teknologi Digital Menjadi Potensi dan Tantangan Di Masa Pandemi Covid-19

    Dimasa pandemi covid-19,situasi dimana yang mengharuskan seluruh elemen masyarakat untuk belajar dirumah,bekerja dirumah,dan melakukan seluruh aktivitas dirumah saja. Kondisi tersebut menyebabkan lahirnya kebiasaan dan perilaku baru di setiap individu didalam masyarakat,baik itu dari segi komunikasi sosial,budaya,dan juga teknologi digital .Dilihat dari aspek komunikasi sosial, disituasi covid-19 ini membuat semua orang jadi takut dan lebih menjaga jarak untuk berkomunikasi dengan orang banyak termasuk teman maupun keluarga sendiri,hal ini tentunya berpengaruh terhadap jalinan komunikasi yang terjadi sehingga dapat memicu terjadinya miskomunikasi.

    Dimasa pandemi covid-19 ini ,kebiasaan dan perilaku baru yang muncul juga tidak terlepas dari aspek budaya, sebelum munculnya virus corona tiap individu jika bertemu dengan orang yang dia kenal maka akan bersalaman hal ini didasari oleh budaya yang melakat dikehiduan masyarakat terutama masyarakat muslim,tapi semenjak adanya corona orang-orang jadi takut untuk saling bersentuhan dan enggan untuk bersalaman. Dengan adanya virus corona ini menjadi penyebab timbulnya budaya dan kebiasaan baru salah satunya yaitu dengan memakai masker dan semua orang jadi sering cuci tangan.

    Di masa pandemi covid seluruh masyarakat juga dihadapkan dengan semakin berkembang dan canggihnya teknologi digital,yang mana disituasi pandemi ini mengharuskan masyarakat terutama siswa/siswi dari setiap jenjang pendidikan,para pekerja baik itu dibidang formal maupun informal,dan juga pekerja di naungan pemerintah maupun non pemerintah untuk menggunakan teknologi yang berupa handphone,leptop ,komputer,dll untuk belajar maupun bekerja secara online. Masyarakat secara tidak langsug dipaksa bagaimana caranya menggunakan teknologi digital beserta aplikasinya misalnya aplikasi zoom yang  dipakai untuk pertemuan rapat,kelas online baik itu untuk siswa/siswi maupun mahasiswa, masyarakat yang tadinya tidak tau cara menggunakan aplikasi tersebut dipaksa bagaimana caranya agar tau dan mengerti demi menjalankan tugas dan kepentingan masing-masing.

    Dimasa Pandemi covid-19,teknologi digital bisa menjadi potensi dan tantangan bagi seluruh masyarakat. Di situasi corona yang masih menjadi hal yang sangat ditakuti seluruh masyarakat,teknologi digital mempunyai potensi terutama untuk masyarakat yang di-PHK dari kerja,untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga masyarakat bisa memanfaatkan teknologi digital seperti jualan online mungkin bisa berjualan barang-barang antik,sejenis makanan,dan masih banyak lagi,tantangannya dikondisi seperti sekarang ini yaitu harus mampu merealisasikan ide-ide kreatif yang bisa dipakai sehingga ketika pandemi corona berlalu maka bisnisnya bisa langsung berlari kencang ,selain itu memanfaatkan teknologi digital juga bisa dengan bekerja sebagai Grab, karena dikondisi sekarang ini semua orang enggan kepasar dan lebih memilih memesan makanal atau barang lewat jasa grab.

    Selain menjadi potensi,teknologi digital juga menjadi tentangan untuk masyarakat terutama dimasa pandemi covid-19 ini yaitu dimana banyak sekali penyebaran berita hoax salah satunya yaitu terkait dengan korban dan jumlah pasien covid,disini tentunya menjadi tantangan masyarakat untuk bisa menyaring berbagai macam berita baik itu yang asli maupun hoax,sebagai masyarakat kita harus bisa berhati-hati dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi,jangan mudah percaya dengan berita yang ada ,selidiki dulu untuk bisa tau kebenarannya.Selain itu, salah satu tantangannya juga dimana kita diharuskan dan dipaksa secara tidak langsung  untuk bisa menerima laju perkembangan teknologi digital yang sangat pesat,disini tugas kita sebagai masyarakat jangan sampai tertinggal dengan perkembangan teknologi digital yang dimana sangat membantu banyak sekali berbagai kegiatan kita yaitu dengan cara setiap harinya kita bisa mempelajari dan memanfaatkan setiap teknologi yang ada.

    Nama : Mega Lugita Nomor HP : 088286549054 Alamat Email : [email protected]

  • PEDOMAN DAN PROSEDUR PROGRAM HOME SCHOOLING

    PEDOMAN DAN PROSEDUR PROGRAM HOME SCHOOLING

    PEDOMAN DAN PROSEDUR PROGRAM HOME SCHOOLING

     

    UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

    PENGELOLAAN PRORAM PLS

    Yang Dibina oleh Bapak Drs. H. Imam Hambali, M.Pd

     

     

    Oleh

    NIDA HANANI AYU WARDANI

    160141600664

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

    UNIVERSITAS NEGERI MALANG

    FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

    JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

    APRIL 2018

     

     

     

    Tahapan pengelolaan program Home Schooling

    No Kegiatan Uraian kegiatan (Tahapan cara)
    1 Kelembagaan a.       Penyelenggaraan sekolahrumah bermitra di­lakukan melalui prosedur:

    (1) pihak penyelenggara melakukan konsultasi dengan dinas pendidikan kab/ kota, menyampaikan secara lisan dan tertulis tentang 166 Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUD NI – Vol. 7, No.2, Desember 2012

    latar belakang, maksud, dan tujuan penyelenggaraan sekolahrumah;

    (2) melakukan identifikasi calon seko­lah yang akan diajak bermitra, misalnya yang akan diselenggarakan adalah sekolahrumah SD, maka menjajaki SD-SD yang dapat diajak bekerja sama terutama nantinya pada saat melaksanakan PBM, mengembangkan kurikulum dan evaluasi belajar;

    (3) menentukan calon SD yang akan dijadikan mitra dalam penyelenggaraan sekolahrumah;

    (4) menyusun surat pemberitahuan kepada dinas pendidikan dengan ditembuskan kepada pengawas sekolah, UPT SD PAUD/ Dikpora kecamatan, serta sekolah mitra terkait dengan penyelenggaraan sekolahrumah bermitra;

    (5) menyusun jadwal pembelajaran sekolahrumah, mem­buat kalender pendidikan dan program belajar yang khas namun tetap merujuk kepada kurikulum pendi­dikan nasional; (6) melakukan konsultasi dan diskusi dengan sekolah mitra terkait dengan perkembangan belajar sekolahrumah;

    (7) menyusun program evaluasi belajar yang terpadu dengan sekolah mitra, artinya sekolah mitra wajib menyampaikan juga tentang jad­wal kegiatan evaluasi belajar yang selanjutnya pihak penyelenggara sekolahrumah menindaklanjuti jadwal tersebut;

    (8) menyusun laporan perkembangan belajar atau ketercapaian hasil belajar atau ketuntasan belajar secara periodik kepada dinas pendidikan ditembu­sakan kepada sekolah mitra, UPT SD PAUD/ Dikpora dan pengawas sekolah setempat.

    2 Organisasi  
    Struktur organisasi a.       Melakukan identifikasi terhadap visi dan misi lembaga

    b.      Menentukan alur instruksi dan proses

    c.       Menetapkan fungsi dan uraian tanggung jawab kerja

    d.      Wilayah kerja

    e.      Beban jabatan

    Personalia a.       Memiliki ahli dalam bidangnya

    b.      Sehat jasmani dan rohani

    c.       Mampu berpikir kreatif dan kedepan

    d.      Dapat Bekerja dengan tim maupun individu

     

    Job Deskripsi Tugas setiap struktur organisasi

    a.       Kepala Sekolah

    •       Merancang dan menyelenggarakan event secara profesional.

    •       Merekrut dan membina tentor serta karyawan secara berkelanjutan.

    •       Merancang dan menyelenggarakan proses belajar secara profesional

    •       Merancang dan menciptakan aliran kas keuangan secara sehat dan melaporkannya secara rutin ke departemen keuangan.

    •       Menciptakan sekaligus  menjaga nama baik lembaga pendidikan

    b.      Administrasi

    •        Menyusun program dan rancangan kerja

    •        Melaksanakan kegiatan surat menyurat dan pengarsipan

    •        Membuat,menyusun dan menghimpun laporan bulanan dan tahunan

    c.       Keuangan

    •           Menyiapkan sarana administrasi keuangan dan personalia berupa kas bank, buku piutang , blangko penilaian kinerja, presensi karyawan dll.

    •           Menyiapkan jadwal pembayaran dan biaya operasional

    •           Menyiapkan buku besar pembayaran bimbingan

    •           Membuat laporan tertulis keuangan secara rutin ke keuangan pusat

    d.      Akademik

    •        Menyiapkan sarana belajar berupa modul  belajar, paket soal latihan, naskah soal tes dll

    •        Membuat jadwal tes dan jadwal bimbingan secara optional

    •        M enyiapkan tenaga pengajar yang menarik  minat belajar para siswa

    •        Menyelenggarakan konsultasi bagi siswa  yang mengalami kesulitan dalam belajar.

    •        Melaporkan hasil tes dan presensi siswa secara berkala kepada orang tua siswa.

    e.      Psikolog

    •        Melakukan intervensi dan assessment pada setiap individu peserta didil

    •        Konsultansi menngenai keberfungsian sekolah rumah

    •        Melakukan assessment pada anak-anak yang mengikuti sekolah formal maupun non formal sebagai rekomendansi

    f.        Tutor

    •        Membina dan membimbing peserta didik dalam proses pembelajaran

    •        Melakukan pencatatan perkembengan peserta didik yang nantinya diserahlan pada psikolog dan akdemik

    •        Saling berkoordinasi dengan psikolog

     

    3 Menyiapkan tutor Kompetensi pedagogik(andragogi)

    a.       Memahami peserta didik

    b.      Menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik

    c.       Dapat melaksanakan pembelajaran yang kondusif

    d.      Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran

    e.      Dapat mengembangkan potensi peserta didik

    Kompetensi kepribadian

    a.       Memiliki kepribadian stabil ( bertinadk sesuai norma hukum dan sosial)

    b.      Memiliki kepribadian dewasa ( mandiri dalam bertindak dan memilikietos kerja)

    c.       Memiliki kepribadian yang arif ( menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peerta didik, satuan PNF, menunjukkan sikap terbuka dalam berpikir dan bertindak.

    d.      Kepribadian yang beribawa ( memiliki pengaruh positif terhadap peserta didik)

    e.      Memiliki akhlak mulia

    Kompetensi sosial

    a.       Mampu berkomunikasi dan berhubungan baik dengan peserta didik

    b.      Mampu berkomunkasi dan berhubungan baik dengan sesama pendidik

    c.       Mampu berkomukasi dan berhubungan baik dengan orangtua peserta didik

    Kompetensi profesional

    a.       Memahami materi ajar dan kurikulum, memahami struktur, konsep dan metode pembelajaran

    4 Menyiapkan warga belajar a.       Karakteristik :

    1) Yang memiliki keterbatasan waktu untuk belajar di sekolah formal;

    2) Ketidakmampuan secara ekonomis;

    3) Letak geografis tempat tinggal yang tidak memungkinkan sekolah di pendidikan formal;

    4) Atas pilihan sendiri

    b.      Sosialisasi/promosi :

    1.      Tugas promotor :

    a.       Memperkenalkan lembaga pendidikan kepada masyarakat melalui promosi kepada masyarakat

    b.      Menghasilkan pemasukan bagi lembaga pendidikan

    c.       Menjalin hubungan dengan masyarakat dan orang tua murid

    2.      Cara mempromosikan :

    a.       Mensosialisasikan melalui media sosial

    b.      Mengikuti event-event

    c.       Mencari relasi ke sekolah-sekolah seperti kerjasama pihak mitra untuk mengadakan event

    d.      Memasang spanduk

    e.       Menyebarkan brosur

    f.       Mengadakan seminar atau sosialisasi

     

    c.       Seleksi :

    1.      Peserta didik Sekolahrumah dapat diterima di SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat tidak pada awal kelas 1 (satu) setelah lulus tes kelayakan dan penempatan yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan formal yang bersangkutan.

    2.      Peserta didik SekolahRumah dapat diterima di SMP/MTs, atau bentuk lain yang sederajat sejak awal kelas 7 (tujuh) setelah lulus ujian kesetaraan Paket A atau lulus SD/MI atau yang sederajat.

    3.      Peserta didik SekolahRumah dapat diterima di SMP/MTs, atau bentuk lain yang sederajat tidak pada awal kelas 7 (tujuh) setelah memenuhi persyaratan:

    a.       lulus UNPK Paket A atau lulus SD/MI atau yang sederajat; dan

    b.      lulus tes kelayakan dan penempatan yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan formal yang bersangkutan.

    4.      Peserta didik Sekolahrumah dapat diterima di SMA/MA, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat sejak awal kelas 10 (sepuluh) setelah lulus UNPK Paket B atau lulus SMP/MTs atau yang sederajat.

    5.      Peserta didik Sekolahrumah dapat diterima di SMA/MA, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat sesudah awal kelas 10 (sepuluh) setelah:

    a.       lulus UNPK Paket B atau lulus SMP/MTs atau yang sederajat; dan

    b.      lulus tes kelayakan dan penempatan yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan formal bersangkutan

    5 Pengadaan sarana dan prasarana Mengidentifi­kasi kebutuhan sarana belajar yang dibutuhkan untuk mendukung PBM, misalnya buku ajar, buku pelajaran, papan tulis, LCD, laptop, meja kursi belajar dan alat bantu mengajar/ KIT berbentuk bahan praktikum IPA/ kimia, matematika, bahasa dan lain-lain untuk prasarana meliputi kelas, gedung. Sarana dan prasarana dapat diperoleh melalui :

    a.       Pembelian

    b.      Pembuatan sendiri

    c.       Bantuan

    d.      Penyewaan

    e.      Pinjaman

    6 Bahan, media, alat belajar/ monitoring 1.        Daftar media dan bahan pembelajaran :

    a.       Buku Mata Pelajaran

    b.      Alat Permainan Edukasi

    c.       Laptop/hp (gadgets)

     

    7 Pembiayaan 1.         Sumber dana :

    a.         Berasal dari lembaga, misal pkbm (yang telaj ada bansos dan sebagainya)

    b.        Berasal dari peserta didik/pembayaran bulanan

    c.         Berasal dari donatur

    d.        Berasal dari fundraising

    2.         Pengeluaran :

    a.         Pengeluaran untuk gaji kepegawaian dan tutor

    b.        Penyediaan dan perawatan sarana prasarana

    c.         Penyediaan media dan bahan pembelajaran

    d.        Biaya operasional seperti transport, listrik, pulsa telepon, dan iternet.

     

     

    8 Proses pembelajaran Model pembelajaran sekolah rumah :

    a) PAKEM

    PAKEM adalah kepanjangan dari pembelajar-an aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. PAKEM merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mengupayakan agar peserta didik aktif, kreatif, dan merasa senang terlibat dalam pembelajaran.

    Teknik pembelajaran yang ditempuh agar ter­cipta suasana menyenangkan, misalnya: (1) belajar sambil bermain, (2) belajar dengan terjun langsung ke lapangan, (3) melakukan penyelidikan/inkuiri, (4) bermain peran, atau (5) belajar dalam kelompok. Inti dari pembelajaran model PAKEM adalah kegiatan yang dikerjakan oleh peserta didik harus bersifat menantang agar mereka dapat mengembangkan potensinya untuk berpikir secara kreatif, mengungkapkan pikirannya secara bebas, dan memecahkan masalah secara inovatif dan kreatif. Model pembelajaran PAKEM dapat digunakan untuk mata pelajaran apa saja.

    b) Komunikatif

    Pendekatan komunikatif adalah model pembe­lajaran yang berbasis komunikasi aktif sesuai dengan latar atau konteks antara peserta didik-pendidik dan peserta didik-peserta didik. Keterampilan yang paling ditekankan pada pendekatan ini adalah kemampuan berkomunikasi atau kemampuan untuk mengemu­kakan pendapat, misalnya: (1) pada pembelajaran tentang topik banjir, secara komunikatif pendidik dapat mengarahkan materi tersebut ke masalah pembabatan hutan, erosi, atau reboisasi; (2) pada pembelajaran yang berkaitan dengan gotong royong, pendidik se­cara komunikatif dapat mengarahkan pembelajaran ke materi kerja sama, toleransi, atau keadilan. Model pembelajaran komunikatif dapat digunakan untuk mata pelajaran bahasa.

    c) STM

    STM adalah singkatan dari Sain Teknologi dan Masyarakat. Pendekatan STM merupakan perekat yang mempersatukan sains, teknologi dan masyara­kat. Ciri khusus pendekatan ini adalah: (1) difokuskan pada isu-isu sosial di masyarakat yang terkait dengan sains dan teknologi, (2) diarahkan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam membuat keputusan yang tepat berdasarkan informasi ilmiah, (3) tanggap terhadap karir masa depan dengan mengingat bahwa kita hidup dalam masyarakat yang bergantung pada sains dan teknologi, dan (4) evalu­asi belajar ditekankan pada kemampuan peserta didik dalam memperoleh serta menggunakan informasi ilmiah untuk memecahkan masalah. Model pembela­jaran STM dapat digunakan untuk mata pelajaran IPA.

    d) CTL

    CTL adalah kepanjangan dari Contexual Teach­ing and Learning. CTL merupakan model pembela­jaran yang menekankan pada aktifitas peserta didik secara penuh, baik fisik maupun mental, sehingga benar-benar menjadi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata (bukan hafalan). Kelas dalam pembe­lajaran CTL bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan.

    e) SEA

    SEA adalah kependekan dari Strater Experi­ment Approach. SEA merupakan suatu pendekatan komprehensif dalam pembelajaran sains. Pendekatan ini berorientasi pada proses bagaimana peserta didik menemukan konsep-konsep sains yang sedang dipe­lajari. Konsep dimaksud mencakup aspek kognitif dan keterampilan psikomotorik. Model pembelajaran SEA dapat digunakan untuk mata pelajaran sains.

    9 Evaluasi 3.       Penilaian hasil pembelajaran peserta didik Sekolahrumah dilakukan oleh:

    a.       pendidik;

    Penilaian oleh pendidik sebagaimana dimaksud dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar.

    b.      satuan pendidikan nonformal atau satuan pendidikan formal;

    Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan nonformal atau satuan pendidikan formal bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi lulusan yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan.

    c.       penilaian oleh pemerintah

    Penilaian hasil belajar oleh pemerintah dilakukan melalui UN/UNPK yang bertujuan untuk menilai pencapaian kompentensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.

    2.       Sedangkan untuk prosesnya dapat melalui penilaian maupun pengawasan secara berkala yang berasal dari dinas Pendidikan daerah Penilik/pengawas sekolah rumah. Dan evaluasi berkala yang berasal dari peserta didik Maupun tenaga pendidikan lainnya dengan acuan:

    a.       peserta didik mampu mengikuti dengan baik

    b.      peserta didik yang semakin bertambah tiap semesternya

    c.       eksistensi lembaga

    d.      keadministrasian dan kearsipan yang teratur

    e.      pencatatan dan pelaporan keuangan yang transparan

    f.        adanya program keberlanjutan dari lembaga

     

    10 Kerjasama a.    Kemitraan yang dilakukan adalah berbentuk (1) penyusunan persiapan pembelajaran,maka baik pihak penyelenggara maupun dinas pendidikan memberikan asistensi tentang bagaimana menyusun perangkat pembelajaran yang sesuai dengan standar nasional pendidikan (2) pengembangan kurikulum, bentuk kerjasamanya adalah pemberian pengetahuan tentang standar isi dan proses pendidikan, misalnya sekolahrumah yang akan diselenggarakan adalah sekolahrumah untuk siawa SD, maka pihak dinas pendidikan wajib memberikan pemahaman tentang standar isi dan proses pendidikan SD. Asistensi tetap dilakukan sampai pada tahap akhir, yaitu dokumen kurikulum SD sekolahrumah dan (3) penyusunan model evaluasi belajar, maka pihak dinas pendidikan mem­berikan kisi-kisi soal evaluasi yang akan dikembangkan oleh sekolahrumah.

    b.    Lembaga atau sekolah rumah Komunitas ini dapat bekerjasama dengan beberapa mitra terkait :

    a.       PKBM atau lembaga yang menangani program kesetaraan maupun sekolah rumah

    b.      Komunitas ASAH pena dan sejenisnya

    c.       Dinas pendidikan setempat

    d.      Sekolah formal yang telah dirwkomendasikan oleh dinas pendidikan setempat

     

    11 Kurikulum a.       Kurikulum yang diterapkan dalam Sekolahrumah mengacu kepada kurikulum nasional.

    b.      Penyelenggara Sekolahrumah wajib mengajarkan pendidikan Agama, pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, dan pendidikan bahasa Indonesia.

    c.       Kurikulum nasional sebagaimana dimaksud pada no 1 yang digunakan  dapat berupa kurikulum pendidikan formal atau kurikulum pendidikan kesetaraan, dengan memperhatikan secara lebih meluas atau mendalam bergantung pada minat, potensi, dan kebutuhan peserta didik.

     

    d.      Mengacu pada peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang standar kompetensi Lulusan (SKL)

     

  • Pengaruh Teknologi Masakini di Dunia Pendidikan

    Pengaruh Teknologi Masakini di Dunia Pendidikan

    Pengaruh teknologi pendidikan saat ini. Mendengar hal isu tentang teknologi pendidikan yang ada difikiran saya adalah pentingnya sebuah pemebelajaran dengan inovasi baru agar tidak ketinggalan zaman dengan cara memanfaatkan teknologi digital saat ini. Caranya tidak harus semua mengikuti tren pembelajaran dengan berbasis teknologi, tetapi kita lihat dulu seberapa butuhkah anak – anak dan orang dewasa. Dengan pengidentifikasian kita jadi tau teknologi pembelajaran yang seperti apakah yang harus kita berikan pada mereka.

                Maraknya media sosial yang berkembang pesat dengan memudahkan penggunanya hanya dengan melalui daget, akan mempengaruhi juga pada proses belajarnya. Misalkan adanya E-Learning, salah satu media pembelajaran yang berbasis teknologi yang saat ini banyak untuk sumber pembelajaranya, karena mudah dan hemat biaya itu salah satu kelebihanya. Didalam sebuah kelebihan tentunya terdapat sebuah kekurangan. misal, penggunaanya harus dengan menggunakan kuota yang harus ada jaringanya, kalau jaringan tidak ada maka E-Learning tidak akan berjalan.

    pengaruh teknologi pada pendidiakan masa kini memang sangat terlihat dewasa ini karena sistem pembelajaran di indonesia sendiri sudah banyak yang mengaplikasikan teknologi dalam kegiatan belajar mengajar. sekarang hampir semua orang mengenal internet menurut survei indonesia ada diperingkat ketiga didunia sebagai pengakses terbanyak didunia. meskipun sudah banyak yang mengenal internet tapi tak sedikit juga yang buta internet. ini bisa terjadi karena masih banyak orang yang belum mengerti pentingnya teknologi dan biasanya dipengaruhi oleh rasa ingin tahu yamg kurang.

    Teknologi dan pendidikan sendiri memang tidak bisa dipisahkan begitu saja apalagi di era modern dan globalisasi seperti sekarang dimana informasi dapat dicari dalam waktu singkat dari  banyak sumber. teknologi bukan hanya memiliki pengaruh positif saja pada dunia pendidikan melainkan juga mempunyai pengaruh negatifnya. walaupun begitu tapi masih banyak yang dapat kita lakukan untuk meminimalisir pengaruh negatif tersebut terhadap para murid.

    Adapun pengembanganya kita sebagai fasilitator atau pembuat desain inovasi teknologi pendidikanya juga harus tau batasan batasan dalam pemrogramanya, misalnya tidak ada konten yang dapat mempengaruhi hal negatif terhadap pemikiran anak – anak atau warga belajarnya. Justru kita sajkan dengan beberapa hal simple seperti permainan yang mengarah pada pembejarannya. Hal itu adalah salah satu contoh model inovasi baru untuk mengembangan pembelajaran yang positif dan menarik.

  • Manajemen Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Dan Keluarga Berencana (Bapermas P3akb) di Surakarta

    Manajemen Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Dan Keluarga Berencana (Bapermas P3akb) di Surakarta

    1. Keadaan Umum Kota Surakarta

    Kota Surakarta yang lebih dikenal dengan kota Solo, mempunyai luas wilayah 44.040.593 Ha. Wilayah Kota Surakarta terletak di tengahtengah antara wilayah pendukung yang cukup potensial, yaitu Kabupaten Sukoharjo, Karanganyar, Sragen, Boyolali, dan Klaten. Kota Surakarta terletak pada dataran rendah yang berada pada pertemuan Sungai Pepe, Jenes, dan Bengawan Solo yang mempunyai ketinggian kurang dari 92 meter dari permukaan air laut, dan terletak secara astronomi antara 110’ 45’’ 15-110’ 45’’ 35 Bujur Timur dan 7’ 56’’ 00 Lintang Selatan. Jika dilihat dari batas kewilayahan, Kota Surakarta dikelilingi oleh tiga kabupaten. Batas-batas wilayah Kota Surakarta adalah sebagai berikut:

    Sebelah Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali

    Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar

    Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo

    Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali.

    Sementara itu secara administratif, kota Surakarta terdiri dari 5 (lima) wilayah kecamatan, yaitu: Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Jebres, dan Kecamatan Banjarsari. Dari kelima kecamatan ini, terbagi menjadi 51 kelurahan, 595 Rukun Warga (RW) dan 2669 Rukun Tetangga (RT).

    1. Gambaran Umum BAPERMAS P3AKB Kota Surakarta

    Pada awalnya Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (Bapermas P3AKB) Kota Surakarta dikenal dengan nama Dinas Kesejahteraan Rakyat Pemberdayaan Perempuan (DKRPP) Kota Surakarta yaitu merupakan penggabungan dari empat instansi yang sebelumnya berdiri sendiri-sendiri, keempat instansi tersebut adalah :

    1. Dinas Kesejahteraan Rakyat (Dinkesra)
    2. Dinas Sosial (Dinsos)
    3. Kantor Pembangunan Desa (Bangdes)
    4. Kantor Keluarga Berencana (KB)

    Dengan ditetapkannya Peraturan daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2001 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, maka penggabungan dari ketiga instansi (Dinkesra, Dinsos, Bangdes) tersebut dinamakan Dinas Kesejahteraan Rakyat dan Pemberdayaan Perempuan. Melihat perkembangan jaman, kebijakan otonomi daerah dan dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2004 tentang Perubahan Pertama Peraturan Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2001 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, maka Kantor Keluarga Berencana bergabung dengan Dinas Kesejahteraan Rakyat dan Pemberdayaan Perempuan, sehingga nama dinas ini menjadi Dinas Kesejahteraan Rakyat Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (DKRPP&KB) Kota Surakarta. Kemudian berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta (SOTK) berganti nama menjadi Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (Bapermas P3AKB), terdiri dari empat bidang yaitu:

    1. Bidang Pemberdayaan Masyarakat
    2. Bidang Pemberdayaan Perempuan
    3. Bidang Perlindungan Anak
    4. Bidang Keluarga Berencana
    1. Visi dan Misi
    2. Visi

    Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (Bapermas P3AKB) Kota Surakarta mempunyao visi yaitu “Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat, Kesetaraan dan Keadilan Gender, Perlindungan Anak dan Keluarga Kecil Bahagia”

    1. Misi

    Misi Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (P3AKB) adalah sebagai berikut:

    1. Menumbuhkembangkan kemandirian masyarakat melalui pemberdayaan SDM berbasis kompetensi.
    2. Meningkatkan partisipasi lembaga masyarakat dalam Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Kelurga Berencana
    3. Meningkatkan kualitas hidup perempuan, anak dan keluarga
    4. Mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender di semua bidang pembangunan
    5. Mewujudkan perlindungan bagi perempuan dan anak
    6. Meningkatkan partisipasi perempuan dan anak dalam proses pengambilan keputusan
    7. Mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

     

    1. Tugas Pokok dan Fungsi

    Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (Bapermas P3AKB) Kota Surakarta mempunyai tugas pokok dan melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (Bapermas P3AKB) mempunyai fungsi:

    1. Penyelenggaraan kesekretariatan badan;
    2. Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi dan pelaporan;
    3. Pembinaan dan pengembangan kelembagaan masyarakat dan sarana prasarana;
    4. Pembinaan dan pengembangan pengarustamaan gender dan peningkatan kualitas hidup perempuan;
    5. Pembinaan dan peningkatan perlindungan anak dan kualitas hidup anak;
    6. Pembinaan dan pengembangan keluarga berencana;
    7. Penyelenggaraan sosialisasi;
    8. Pembinaan jabatan fungsional
    9. Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Badan

    Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi setiap bagian dalam Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (Bapermas P3AKB) Kota Surakarta mempunyai susunan tugas masing-masing. Oleh karena penelitian ini dilakukan di Bidang Perlindungan Anak maka pembahasan tupoksi akan dibatasi pada bidang tersebut saja. Untuk Bidang Perlindungan Anak mempunyai tugas yaitu melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengembangan perlindungan anak dan peningkatan kualitas hidup anak. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Bidang Perlindungan Anak membawahkan: Subbidang Pengembangan Perlindungan Anak dan Subbidang Peningkatan Kualitas Hidup Anak. Subbidang Pengembangan Perlindungan Anak mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang perlindungan anak, meliputi: perumusan kebijakan teknis dalam rangka pemenuhan hak perlindungan anak, penyelenggaraan dan pengembangan mekanisme perlindungan anak, fasilitas pengintegrasian hak-hak anak bagi anak-anak yang memerlukan perlindungan khusus dalam kebijakan dan program pembangunan, koordinasi, fasilitas, dan mediasi pelaksanaan kebijakan teknis perlindungan anak terutama perlindungan terhadap kekerasan dan anak-anak dalam situasi khusus, pemberian bantuan teknis penyelenggaraan perlindungan anak yang responsif hak anak, penguatan dan pengembangan kelembagaan perlindungan anak. Subbidang Peningkatan Kualitas Hidup Anak mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang peningkatan kualitas hidup anak, meliputi: perumusan kebijakan teknis peningkatan kualitas hidup anak untuk mewujudkan kesejahteraan anak, pelaksanaan pengintegrasian hak-hak anak dalam kebijakan dan program pembangunan, penyelenggaraan kegiatan peningkatan kualitas hidup anak yang terkait pemenuhan hak hidup, hak tumbuh kembang, dan hak partisipasi anak, koordinasi, fasilitas, dan mediasi pelaksanaan peningkatan kualitas hidup anak untuk pemenuhan hak hidup, hak tumbuh kembang, dan hak partisipasi anak.

    1. Susunan Organisasi

    Susunan organisasi Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (P3AKB) Kota Surakarta meliputi:

    1. Kepala Badan
    2. Sekretaris
    • Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan
    • Sub Bagian Keuangan
    • Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
    1. Bidang Pemberdayaan Masyarakat
    • Sub Bidang Kelembagaan
    • Sub Bidang Sarana dan Prasarana
    1. Bidang Pemberdayaan Perempuan
    • Sub Bidang Pengarusutamaan Gender dan Perlindungan Perempuan
    • Sub Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan
    1. Bidang Perlindungan Anak
    • Sub Bidang Pengembangan Perlindungan Anak
    • Sub Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Anak
    1. Bidang Keluarga Berencana
    • Sub Bidang Pengendalian Penduduk dan Kesehatan Reproduksi
    • Sub Bidang Keluarga Sejahtera dan Usaha Ekonomi
    1. Unit Pelaksana Unit Badan (UPTB)
    • UPTB Banjarsari
    • UPTB Jebres
    • UPTB Laweyan
    • UPTB Pasarkliwon
    • UPTB Serengan
    1. Kepegawaian

    Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (P3AKB) Kota Surakarta mempunyai jumlah pegawai sebanyak 96 orang, dengan keadaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 81 orang, CPNS sebanyak 15 orang.

    DAFTAR PUSTAKA

    Irawati. 2010. Surakarta : MANAJEMEN BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PERLINDUNGAN ANAK DAN KELUARGA BERENCANA (BAPERMAS P3AKB) DALAM MENANGGULANGI ESKA (EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIAL ANAK) DI SURAKARTA.

     

     

    Oleh :

    Edo Agus Tiyansah Suharto

    PLS FIP UNY 

     

  • Laporan Monitoring dan Evaluasi Program Parenting Di SPS Mutiara Hati

    Laporan Monitoring dan Evaluasi Program Parenting Di SPS Mutiara Hati

    Laporan Monitoring dan Evaluasi Program Parenting Di SPS Mutiara Hati

    1. Latar Belakang

    Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat (UU No 20 Tahun 2003). Pendidikan terjadi sepanjang kehidupan manusia semenjak manusia lahir sampai mati. Pendidikan dapat dibagi kedalam tiga jalur yaitu jalur informal, formal, dan nonformal. Salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan adalah melalui pendidikan anak usia dini.

    Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun (Undang-Undang Sisdiknas  tahun 2003) dan 0-8 tahun menurut beberapa pakar pendidikan anak.  Pada masa ini sering disebut dengan the golden age (usia keemasan) yaitu usia yang berharga dibanding usia selanjutnya. Masa golden age merupakan waktu yang paling tepat untuk memberikan bekal yang kuat kepada anak. Artinya, pada masa tersebut anak membutuhkan segala rangsangan yang baik untuk mengoptimalkan potensi perkembangan tersebut. Upaya pemberian rangsangan terhadap anak usia dini dapat dilakukan melalui pemberian pendidikan anak usia dini.

    Menurut UU No 20 Tahun 2003, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Keberhasilan program pendidikan anak usia dini tidak hanya bergantung pada program pembelajaran harian saja. untuk mencapai tujuan dari pendidikan anak usia dini juga ditunjang program-program pendukung. Salah satu program pendukung tersebut adalah melalui program parenting yang diselenggarakkan oleh lembaga pendidikan anak usia dini.

    Keberadaan program parenting yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan anak usia dini sangat penting. Hal ini karena keberhasilan  anak dalam mencapai tugas perkembangannya tidak hanya bergantung kepada lembaga pendidikan namun juga peran orangtua. Keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak usia dini berperan besar dalam membantu anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Namun demikian, masih banyak orangtua yang kurang memahami perannya tersebut sehingga orangtua cenderung menyerahkan semua tanggung jawab tersebut kepada lembaga pendidikan. Adanya permasalahan tersebutlah yang melatarbelakangi sebuah lembaga pendidikan menyelenggarakan program parenting.

    Dalam penyelenggaraan program parenting agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan maka harus dikelola dengan baik. Pengelolaan yang baik dapat dilihat baik dari perencanaan sampai tahap evaluasi. Salah satu tahapan pengelolaan lembaga yang cukup vital keberadaannya yaitu kegiatan monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi merupakan salah satu bagian penting dalam kegiatan manajemen program. Pencapaian tujuan program akan diketahui dengan adanya monitoring dan evaluasi yang baik. Sedangkan monitoring dan evaluasi merupakan dua hal yang saling berhubungan satu sama lainnya. Monitoring dapat didefinisikan sebagai proses yang berkelanjutan dimana para pemangku kepentingan dalam suatu program tersebut memperoleh umpan balik dalam rangka pencapaian kemajuan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sedangkan evaluasi merupakan penilaian yang ketat dan independen yang dilakukan baik setelah terselesaikannya program atau saat program berlangsung untuk menentukan sejauh mana tujuan telah tercapai yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

    Salah satu lembaga pendidikan anak usia dini yang menyelenggarakan program parenting adalah SPS Mutiara Hati. Satuan PAUD Sejenis (SPS) Mutiara Hati merupakan salah satu lembaga pendidikan anak usia dini nonformal yang ada di Padukuhan Karangmalang, Caturtunggal, Depok, Sleman. Keberadaan lembaga pendidikan ini merupakan bentuk swadaya masyarakat padukuhan Karangmalang dengan melihat begitu pentingnya keberadaan lembaga pendidikan anak usia dini. Lembaga ini terbentuk atas inisiatif kelompok PKK dengan melihat tingginya kebutuhan keluarga yang memiliki anak usia dini akan adanya lembaga pendidikan anak usia dini.

    Program-program yang ada di SPS Mutiara Hati tidak hanya terfokus pada program kegiatan pembelajaran harian. Terdapat beberapa program pendukung yang ada salah satunya adalah program parenting. Program parenting dilaksanakan untuk memberikan wadah bagi orangtua terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembelajaran anak. Selain itu adanya program parenting diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orangtua dalam pengasuhan.

    Dalam pelaksanaan program parenting yang diselenggarakan SPS Mutiara Hati masih terdapat beberapa kendala. Kendala yang ditemui tersebut berasal dari proses maupun hasil. Kendala yang salah satunya adalah kurang berjalannya program karena ketersediaan dana yang kurang memadai. Selain itu kendala yang ditemukan terkait dengan hasil yang dicapai belum sesuai dengan hasil yang diharapkan. Dalam hal ini orangtua belum sepenuhnya bisa mengselaraskan pendidikan yang ada di sekolah dengan di rumah. Terkait kondisi diatas, maka tentu diperlukan kegiatan evaluasi terkait keterlaksanaan program parenting yang ada di SPS Mutiara Hati.

    2. Deskripsi Program

    SPS Mutiara Hati merupakan SPS yang ada di Padukuhan Karangmalang, Depok, Sleman. Padukuhan Karangmalang Kuningan merupakan daerah pemukiman padat penduduk yang didalamnya banyak terdapat keluarga muda baik pendatang maupun penduduk asli yang memiliki putra dan putri yang berada direntang usia 0-5 tahun. Banyak keluarga yang mengharapkan adanya kegiatan pengasuhan kepada anak dalam satu wadah bermain sambil belajar. Namun hal tersebut masih terkendala oleh ketersediaan sarana dan biaya. Melihat kondisi tersebut menjadi motivasi bagi para kader PKK Karangmalang Kuningan untuk mendirikan sebuah kegiatan PAUD yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

    Saat ini SPS Mutiara hati memiliki jumlah peserta didik sekitar 56 peserta didik. Namun jumlah tersebut dapat bertambah. Hal ini dikarenakan proses perekrutan yang dilakukan setiap hari bukan pada awal tahun ajaran baru. Jumlah peserta didik berada pada rentang usia 2,5 tahun sampai 5 tahun yang dibagi kedalam tiga kelas yaitu kelas bawah, kelas jambu, dan kelas mangga. Pembagian kelas didasarkan atas usia dari peserta didik. Sedangkan untuk pendidiknya terdapat 5 pendidik aktif. Pendidik yang ada tidak semuanya memiliki latar belakang pendidikan anak usia dini.

    Selain program pembelajaran utama, terdapat kegiatan tambahan yang ada di SPS Mutiara Hati. Salah satunya adalah program parenting. Program  parenting yang dilaksanakan di SPS Mutiara Hati ini memiliki dua tujuan yaitu untuk memberikan pengetahuan kepada orangtua terkait pengasuhan serta untuk mewadahi tingginya tingkat partisipasi orangtua dalam menyekolahkan anaknya. Namun demikian kegiatan parenting dilakukan tidak secara berkala. Hal ini karena terkendala adanya ketersediaan dana. Permasalahan lain yang ditemukan dalam program parenting yaitu belum tercapainya tujuan yang diharapkan. Hal ini dikarena masih banyak orangtua yang belum bisa menyelaraskan pembelajaran di sekolah dan dirumah. Serta masih banyak orangtua yang lebih memilih menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab dalam mendidik anak pada lembaga pendidikan.

    Tujuan

    1. Untuk mengetahui evaluasi impact program parenting di SPS Mutiara Hati Karangmalang
    2. Untuk mengetahui evaluasi outcome program parenting di SPS Mutiara Hati Karangmalang
    3. Untuk mengetahui evaluasi output program parenting di SPS Mutiara Hati Karangmalang
    4. Untuk mengetahui evaluasi aktivitas program parenting di SPS Mutiara Hati Karangmalang
    5. Untuk mengetahui evaluasi input program parenting di SPS Mutiara Hati  Karangmalang

     

    Selengkapnya tentang Laporan Monitoring dan Evaluasi Program Parenting Di SPS Mutiara Hati download di bawah ini dengan login terlebih dahulu.

    [download id=”478″]

     

    Penulis:
    Sri Wulansari
    PLS UNY

  • Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Paket B Mata Pelajaran Biologi

    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Paket B Mata Pelajaran Biologi

    Nama                        : M. Nashiruddin Amru
    NIM                           : 15102241052
    Nama Lembaga          : SKB Wonogiri
    Nama Program           : Paket B
    Mata Pelajaran           : IPA
    Alokasi Waktu            : 60 menit (1 Pertemuan)
    Pertemuan                 : Ketigabelas

    1. Standar Kompetensi

    Memahami konsep dan pengenalan ciri-ciri makhluk hidup

    1. Kompetensi Dasar

    Peserta didik mampu memahami konsep dan mengenal ciri-ciri makhluk hidup

    • Indikator pembelajaran
    1. Menjelaskan definisi makhluk hidup
    2. Menjelaskan ciri-ciri makhluk hidup
    3. Membedakan makhluk hidup dan non makhluk hidup
    4. Tujuan Pembelajaran
    5. Peserta didik mampu menjelaskan pengertian ciri-ciri makhluk hidup
    6. Peserta didik mampu menjelaskan ciri-ciri makhluk hidup
    7. Peserta didik mampu menjelaskan perbedaan makhluk hidup dan non makhluk hidup
    8. Materi ajar (Materi Pokok)
    9. Makhluk hidup atau organisme, yang dalam bahasa Yunani adalah organon yang berarti alat adalah kumpulan molekul-molekul yang saling memengaruhi sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi secara stabil dan memiliki sifat hidup. Istilah organisme kompleks mengacu pada organisme yang memiliki lebih dari satu sel.
    10. Ciri-ciri makhluk hidup adalah bernafas, makan, bergerak aktif, tumbuh, berkembang biak, peka terhadap rangsangan, mengeluarkan zat sisa, beradaptasi, memiliki bahan genetic,
    11. Strategi Pembelajaran

    Ceramah dan Latihan Soal

    • Langkah-langkah Pembelajaran
    1. Kegiatan awal

    Berdoa sebelum memulai pembelajaran, mengabsen peserta didik yang masuk, apresiasi.

    1. Kegiatan inti

    Pemaparan materi :

    Pemaparan materi bioteknologi kepada peserta didik

    Eksplorasi :

    Menujukkan contoh kepada peserta didik antara makhluk hidup dan non makhluk hidup

    1. Evaluasi :

    Memberikan latihan soal kepada peserta didik berupa pilihan ganda berjumlah 10 soal

    1. Kegiatan akhir

    Berdoa sesudah belajar sebelum berakhirnya pembelajaran.

    • Alat/bahan/sumber belajar

    Buku IPA terpadu kelas 7 Sudjino Waldjinah & Endang Purwanti

    Latihan soal berupa pilihan ganda

    1. Penilaian

    Berupa memberikan soal pilihan ganda sejumlah 10 butir soal kepada peserta didik

     

  • Evaluasi Program Pengelolaan Hutan Rakyat Kelompok Tani Sidodadi Dusun Karangasem, Sidomulyo, Pengasih, Kulon Progo

    Evaluasi Program Pengelolaan Hutan Rakyat Kelompok Tani Sidodadi Dusun Karangasem, Sidomulyo, Pengasih, Kulon Progo

    EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT KELOMPOK TANI SIDODADI DUSUN KARANGASEM, SIDOMULYO, PENGASIH, KULON PROGO

    1. Latar Belakang

    Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting. Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun dipegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar. Hutan merupakan suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas.

    Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat penting, hal ini dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman.

    Pengelolaan hutan Indonesia sebenarnya dulu merujuk pada sistem warisan Pemerintah Kolonial. Sistem pengelolaan warisan itu, lebih untuk menghasilkan keuntungan bagi negara dari penjualan hasil kayu. Hal tersebut, pada satu sisi, menjadikan pemerintah memiliki wewenag besar dalam mengatur dan mengendalikan pemanfaatan hutan. Hanya pihak-pihak yang diberikan izin oleh pemerintah boleh memasuki dan memanfaatkan hasil hutan. Biasanya, pihak-pihak tersebut terbatas pada perusahaan swasta atau perusahaan negara.

    Pada sisi lain, masyarakat menganggap hutan merupakan kekayaan bersama bangsa ini. Dengan demikian, masyarakat seharusnya dapat ikut memanfaatkan hutan secara langsung. Lebih jauh, masyarakat seharusnya mempunyai hak untuk ikut terlibat dalam pengelolaan hutan. Apalagi, jika mereka memang tinggal di dalam atau sekitar hutan, sehingga kehidupan mereka bersinggungan langsung dengan (bahkan tak terpisahkan dari) keberadaan hutan.

    Berdasarkan UU Kehutanan No.41 tahun 1991 tentang Kehutanan adalah salah satu upaya untuk memperbaiki sistem lama pengelolaan hutan di Indonesia. Masyarakat dinyatakan mempunyai hak, bahkan kewajiban, yang lebih besar untuk terlibat dalam pengelolaan hutan. Hutan yang merupakan komoditas yang sangat strategis, baik untuk masyarakat maupun negara. Pola pemanfaatan hutan oleh masyarakat seringkali bertentangan dengan kebijakan pengelolaan hutan oleh negara. Perspektif negara yang dominan sering membuat masyarakat pinggir hutan yang marjinal semakin tertindas secara struktural.

    Dalam UU Kehutanan No.41 tahun 1991 pula pengembangan Hutan Rakyat diarahkan kepada usaha-usaha rehabilitasi dan konservasi lahan di luar kawasan hutan negara, penganekaragaman hasil pertanian yang diperlukan oleh masyarakat, peningkatan pendapatan masyarakat, penyediaan kayu sebagai bahan baku bangunan, bahan baku industry, penyediaan kayu bakar, usaha perbaikan tata air dan lingkungan, serta sebagai kawasan penyangga bagi kawasan hutan negara.

    Mengelola hutan rakyat ialah suatu bentuk pemanfaatan lahan yang optimal pada suatu tapak (Andayani, 2003). Mengelola hutan rakyat merupakan usahatani berbasis hutan dengan hasil berupa komoditas tanaman kehutanan (pepohonan/kayu) dan tanaman pertanian (semusim/non-kayu). Komoditas tanaman pepohonan dan tanaman semusim dipadukan baik secara serentak maupun rotasi. Perpaduan antara jenis tanaman pepohonan dengan tanaman semusim tertentu pada hutan rakyat akan membentuk pola tanam yang khas. Pola tanam hutan rakyat akan membentuk tajuk yang berlapis-lapis dengan tingkat keragaman yang tinggi. Tajuk hutan rakyat yang berlapis-lapis akan meningkatkan efektivitas pemanfaatan energi matahari serta penyerapan karbon untuk membentuk biomasa dan bahan pangan. Disamping itu akan terjadi penahanan erosi secara efektif serta terjadi penyaringan unsur hara.

    Mengingat banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dari pengembangan dan pembangunan hutan rakyat, maka sudah seharusnya pengelolaan hutan rakyat menjadi sebuah perhatian yang besar bagi masyarakat. Salah satunya yang dijalankan oleh Kelompok Tani Sidodadi Dusun Karangasem dalam mengoptimalkan lahan seluar 40 Ha sebagai salah satu bentuk dari gerakan penghijauan serta meningkatkan potensi lokal.

    2. Deskripsi Program

    Program Pengelolaan Hutan Rakyat merupakan bentuk realisasi dari gerakan penghijuan oleh Kelompok Tani Sidodadi Dusun Karangasem. Program pengelolaan Hutan Rakyat dilaksanakan mulai dari tahun 2015 hingga tahun 2017 dengan lahan sekitar 40 Ha (Tegalan : 25 Ha dan Sawah : 15 Ha). Kegiatan Pengelolaan Hutan Rakyat berupa Pembibitan tanaman kayu hutan, Pengolahan kayu dan kegiatan Agroforestry (bentuk pengelolaan sumber daya alam yang memadukan pengelolaan hutan dengan penanaman komoditas atau tanaman jangka pendek seperti ketela pohon, kacang tanah, dan empon-empon).

    Tujuan program pengelolaan Hutan Rakyat adalah Sebagai berikut :

    1. Dalam rangka memulihkan dan melestarikan sumber daya alam agar kondisi lingkungan di hulu daerah aliran sungai kembali berfungsi sebagai daerah tangkapan dan resapan air hujan yang baik.
    2. Mengelola hutan Sebagai penyejuk lingkungan dan pelestarian sumber keanekaragaman hayati
    3. Mewujudkan hutan sebagai sumber pendapatan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang berbasis budaya dan kearifan lokal.

    Dengan adanya program pengelolaan Hutan Rakyat diharapkan mampu memberikan kesadaran masyarakat untuk melestarikan lingkungan dengan baik agar kondisi lingkungan menjadi lebih baik, polusi udara semakin terkendali, tanah tidak mudah erosi, tidak terjadi tanah longsor dan banjir serta dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat tani.

     

    Selengkapnya tentang EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT KELOMPOK TANI SIDODADI DUSUN KARANGASEM, SIDOMULYO, PENGASIH, KULON PROGO download di bawah ini dengan register dan login terlebih dahulu:

    [download id=”477″]

     

    Penulis:
    Amru Fernandes
    [email protected]
    PLS UNY 15′

  • Kewirausahaan Sosial (Souvenir Ibu-ibu Pkk)

    Kewirausahaan Sosial (Souvenir Ibu-ibu Pkk)

    Kewirausahaan Sosial 

    Souvenir Bros Dari Kain Perca Desa Plosojenar Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo

                Didesa saya terdapat sebuah komunitas ibu-ibu arisan yang mendirikan sebuah usaha kecil-kecilan yang mereka beri nama dengan KWT (Kelompok Wanita Tani) tepatnya di RT 1 RW 1 Dukuh Kerajan Desa Plosojenar. Ada pun hasil observasi yang saya lakukan adalah menemui ketua dari KWT tersebut. Bermula dari kegiatan arisan yang diadakan ibu-ibu desa Plosojenar setiap satu bulan sekali pada tangga 20. Ibu-ibu yang rata-rata pekerjaanya petani padi dan membantu suaminya disawah berinisiatif mebuat sebuah usaha yang bisa membatu meringankan ekonomi dan mengisi waktu luang yang bermanfaat. Salah satu dari ibu arisan itu mempunyai teman seorang penjahit. Dia mempunyai banyak bekas kain yang tidak digunakan sehingga menjadi limbah.

                Ide membuat kerajian keset hingga souvenirpun terpikirkan yang memanfaatkan limbah kain perca dari penjahit tersebut. Walau usaha yang dibangun KWT terbilang kecil dan baru tetapi peminat ibu-ibu untuk gabung menjadi sebuah komunitas usaha bersama ini sedikit demi sedikit bertambah, dan jumlah pesaanan untuk sebuah bros souvenir yang kerap kali ada menghasilkan keuntungan yang diperoleh untuk mereka. Pengelolaannya pun tidak sembarangan tetapi dimodel dengan pembagian sesuai dengan kemampuan, misal ibu ini bias menjahit, memudian ada juga yang merangkai dan menggunting.

                Kemudian dari hasil produksi souvenit tersebut akan mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang didapat akan ditabungkan dalam tabungan arisan tadi. Uang yang diperoleh tetap akan menjadi milik perseorang hanya saja ditabungkan dan akan diberikan saat lebaran. Kemudian dari segi pemasarannya sendiri masih belum lewat media online, karena mereka masih mengandalkan pameran dan bazar yang biasanya berada dialun-alun kota atau kecamatan setempat. Jadi dengan mengikuti even-even seperti maka masyarakat  bias mengetahui tentang produk unggulan KWT tersebut.

                Kekurangan dari usaha KWT (Kelompok Wanita Tani) ini masih kurang maksimum, banyak para ibu-ibu yang masih belum mengetahui teknik pemasaran dan target pemasaranya. Kemudian dari kelebihannya sediri adalah mereka mampu memanfaat dan memberdayakan warga yang mempunyai keterampilan dengan mengembangkan kreatifitas para ibu-ibu, kemudian bisa juga mempermudah menambah penghasilan  perekonomian keluarga, dan yang terpenting lagi adalah bias menyadarkan ibu-ibu gemar menabung.