Menolak Lunturnya Budaya Lokal di Era Tingginya Minat terhadap Moderniasi Budaya lokal memanglah harus tetap dipertahankan, terlebih lagi di era modernisasi seperti sekarang ini. Mudah sekali budaya-budaya lokal kita tergeserkan oleh budaya moderniasi yang tidak dipungkiri lebih diminati oleh anak muda pada generasi sekarang, yang hal ini dapat menyebabkan lunturnya budaya lokal. Salah satu budaya lokal ini adalah tari tradisional yang bersifat kedaerahan. Tari tradisional sebagai budaya lokal menjadi salah satu kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia dan harus tetap dilestarikan. Tari tradisional di Indonesia cukup unik-unik dan dapat menjadi ciri khas bagi setiap daerah asalnya. Seperti halnya Tari Tanggai yang berasal dari Palembang, tari ini biasanya ditampilkan di acara pernikahan.
Tari tradisional masih tetap dipelajari dan dipertahankan hingga sekarang, hal ini terbukti dari implementasi yang dilakukan oleh Sanggar Tari Tosanda. Sanggar tari yang telah berdiri sejak tahun 2004 ini berlokasikan di Jalan Angkatan 45, Prabumulih, Sumatera Selatan. Berdirinya Sanggar Tari Tosanda ini tentunya punya sejarah atau cerita dibaliknya. Saat usia pimpinan sanggar yaitu Pak Taufik masih usia remaja, Beliau dulunya memiliki pengalaman 11 tahun mengajar atau menjadi
pelatih sanggar di Muara Enim. Saat pindah ke kota Prabumulih, Pak Taufik mengamati sanggar di Prabumulih, kebanyakan sanggar dibawah binaan dan dibiayai oleh pemerintahan, dan belum punya sanggar yang mandiri. Yang akhirnya, karena hal inilah Pak Taufik tergerak untuk mendirikan sanggar sendiri dengan nama Sanggar Tari Tosanda.
Mengenal lebih jauh Sanggar Tari Tosanda, pada awal berdiri sanggar ini hanya memiliki satu orang pelatih yaitu Pak Taufik sendiri selaku pimpinan sanggar. Setelah itu, berangsur-angsur pelatih sanggar bertambah tiga orang, dan sekarang total pelatih ada empat orang. Sanggar Tari Tosanda ini berada pada LKP Tosanda. Di LKP Tosanda terdapat tiga macam, di antaranya Pangkas Rambut (Stylish), Tata Rias Pengantin (TRP), dan Sanggar Tari Tosanda (yang menjadi pembahasan artikel). Jumlah peserta didik di Sanggar Tari Tosanda tidak menentu jumlahnya, sering berubah-ubah. Seperti halnya jika ada anak didik yang kuliah di luar kota, maka otomatis anak didik ini keluar dari sanggar.
Kegiatan pada sanggar berlangsung pada hari Senen, Selasa dan Jumat, tepatnya pada pukul 15.00-17.00 sore, sedangkan pada bulan puasa, kegiatan diliburkan selama satu bulan. Setiap anak didik di Sanggar Tari Tosanda harus tahu dengan tari-tari tradisi terdahulu di kota Prabumulih. Jenis tari yang dilatih pada sanggar ini, di antaranya ada tari tradisional, tari kreasi Melayu, tari nusantara, tari kreasi modern, dan tari modern dance. Ya, tari modern dance tetap ada dan dipelajari di sanggar, agar anak didik sanggar sebagai generasi mendatang tidak ketinggalan zaman, tapi tetap melestarikan tari tradisional. Mereka juga rutin mengisi acara pernikahan dengan penampilan tariannya, pernah juga mengisi lima tempat sekaligus. Latihan yang mereka lakukan membuahkan hasil, hal ini terbukti dari banyaknya piala yang didapat dari mengikuti perlombaan-perlombaan. Mereka sering meraih juara 1 lomba di Prabumulih dan setidaknya juara 3 lomba di Palembang.
Untuk menunjang kegiatan sanggar, pastinya harus ada fasilitas yang memenuhinya. Di Sanggar Tari Tosanda sudah memiliki fasilitas, seperti pakaian; pernak-pernik hiasan tari; dan juga memiliki beberapa alat perkusi (piano dan gendang). Meraka memiliki dua gedung, tempat latihan menari. Gedung, tempat latihan yang pertama dan menetap adalah di Jalan Angkatan 45, di Sanggar Tari Tosanda sendiri. Sanggar tersebut digunakan sebagai tempat latihan menari jika mereka ada job saja. Sedangkan gedung, tempat latihan menari yang kedua adalah menyewa Gedung Balai Karya Prabumulih, sebagai tempat latihan menari rutin anak didik Sanggar Tari Tosanda. Ujar dari Pak Taufik, selaku pimpinan sanggar, mereka masih kekurangan SDM yang ahli pada bidang musik. Jadi bagi anak muda sekitaran kota Prabumulih, yang memiliki minat dan bakat pada bidang musik bisa mendaftarkan diri ke Sanggar Tari Tosanda, di Jalan Angkatan 45.
Sanggar Tari Tosanda ini sangatlah bagus dan terbilang maju untuk mengembangkan sanggarnya, tapi karena adanya pandemi dua tahun belakangan ini membuat kegiatan rutin pada sanggar jadi tertunda. Pandemi ini membuat job mereka berkurang hingga 20%, dan 80%nya hilang. Dampak pandemi juga membuat anak-anak didik diliburkan selama enam
bulan lamanya. Dan bahkan sampai sekarang di 2022, orang tua dari anak didik Sanggar Tari Tosanda masih ada yang ragu dan takut melepas atau memberi izin pada anak mereka untuk kembali latihan menari seperti biasanya.
Harapan untuk Sanggar Tari Tosanda ke depannya, semoga setelah berakhirnya pandemi ini, sanggar berjalan lagi semana mestinya, menjadi lebih maju dan lebih baik lagi, semakin banyak anak muda yang berminat untuk join ke sanggar melestarikan dan mempelajari tari tradisional, serta semoga orang tua dari anak didik Sanggar Tari Tosanda memberikan izin lagi pada anak mereka untuk kembali latihan menari di sanggar. Karena sejatinya sifat tari itu semakin banyak latihan maka semakin bagus gerak tarinya.
Di tengah maraknya tari modern yang digemari oleh anak muda sekarang, mari kita tetap lestarikan tari tradisonal kita. Karena tari tradisional adalah warisan leluhur zaman dulu, yang di dalam tarian tersebut memiliki makna tertentu dan nilai yang bagus.
Nama : Syafira Rachma Aulia Putri Prodi : Pendidikan Masyarakat Universitas Sriwijaya