Omong besar, tanpa ada perbuatan sama juga bohong. Seperti pepatah, “ Tak perlu karya kata tanpa karya nyata . Itulah yang membuat hatiku bergerak mencoba membuat sesuatu, berharap suatu hal akan berubah walaupun kemungkinan kecil.
Frase kata dan makna kiasan seolah menjadi falsafah hidup. Membangkitkan motivasiku untuk meniti karir yang masih kucari keberadaannya. Walaupun sulit dan merepotkan, harus tetap ku coba terlebih dahulu.
Kebanyakan orang merasa takut dan mudah menyerah, sehingga mencari jalan pintas yang terkadang menurutku salah. Dunia kerja sudah sulit, mengapa kau repot-repot untuk membuka peluang bagi orang lain, sementara hidupmu masih belum jelas? Suatu pemikiran yang cerdas penuh perhitungan namun tak mengikuti akidah dalam kaitan sosial.
Modernisasi dan kapitalisme membuat orang semakin menggila, membuat gerakan dan suatu pembaharuan yang memunculkan ide-ide segar nan gila. Merubah tatanan pemikiran yang masih dangkal, membuka wawasan global. Sebenarnya bagus, namun individualisme dan egoisme semakin meninggi, tak peduli berapa banyak orang susah, lingkungan, dan orang-orang yang kurang beruntung, mengakibatkan meningkatnya angka kriminalitas, liminalitas, marjinal, separatis dan kesenjangan sosial yang tercakup dalam pathologi sosial. Yang terpenting baginya adalah kekayaan material, tetapi tidak untuk hati dan sosial lingkungannya.
Pemerintah seolah berpihak pada orang-orang mewah, penuh singgasana, harta, benda dan raja-raja penguasa daratan. Kaum lemah sedikit demi sedikit diabaikan, ditekan dengan harga-harga pangan yang meningkat, memeras tenaganya menjadi buruh/kuli dengan upah yang minim dan sebagian lagi menjadi mesin pengunduh devisa.
Apakah kenyataan ini sama sekali tak menggugah hati, betapa banyak orang-orang yang tak berdaya mengungkapkan kekesalannya kepada Tuhan, “Mengapa aku dilahirkan dengan kenyataan pahit?
Sebagai orang yang lebih baik kehidupannya dari mereka, apakah kita hanya tinggal diam? Hanya berkomat-kamit menyalahkan pemerintah yang terus menimbun harta, tanpa pedulikan nasib rakyat-rakyatnya? Apa yang bisa kita lakukan sekarang, bukan hanya kata-kata saja. Kita berupaya agar kenyataan pahit itu berubah menjadi manis, dengan apa? Tentunya dengan perbuatan.
Ibarat ada orang lapar yang datang pada kita, ingin makan jangan kita kasih nasi. Tapi berikanlah pancing kepadanya untuk mencari makan. Artinya apabila ada orang susah bukan kita berikan uang, ia akan datang kembali meminta uang kepada kita, namun kita berikan dia pekerjaan yang dapat menghasilkan uang, yang nantinya upah tersebut dapat mencukupi kehidupannya sehari-hari dan dapat menjadi mandiri.
Bila saat sekarang ini pendidikan dan ekonomi menjadi salah satu faktor masalah dalam masyarakat. Kita selaku mahasiswa PLS yang menggarap pengabdian masyarakat mulai bergerak dengan suka rela, tanpa mengharapkan imbalan ataupun penghargaan dari orang lain. Menggelar semangat juang dengan cara melakukan pendekatan kepada masyarakat, membangun kepercayaan dan kebersamaan kepada masyarakat, menjadi bagian dari mereka, mengidentifikasi suatu permasalahan apa yang terjadi, menganalisis kebutuhan dan potensi yang ada, memfasilitasi mereka untuk berusaha, dan menggerakkan hati mereka agar tidak senantiasa bergantung pada orang lain, percaya bahwa kita bisa mandiri, mendapatkan hasil yang halal, Tuhan itu tidak pernah tidur, dan mencoba membuat pemikiran mereka bisa beradaptasi dengan lingkungan masyarakat lainnya.
Hal itu memang tak semudah membalikkan telapak tangan, butuh waktu dan penyesuaian diri. Hambatan dan rintangan pasti ada, namun kita janganlah berputus asa. Kita sebagai agen of change senantiasa harus berinovasi mengatasi permasalahan ini. Semangat pantang mundur dan kepalkan tangan ke angkasa bahwa kita harus bisa!!
Nama | Eko Haryanto |
echo.hyto@gmail.com | |
Asal Insatansi/Univ | Universitas Negeri Medan |
Ia saya setuju, mesti kita banyak berbuat agar PLS dikenal oleh masyarakat luas..Saat ini nama IMADIKLUS cukup kuat untuk menggerakan apa yang menjadi subtansi serta visi misi PLS, tetapi sangat disayangkan ketika teman2 PLS merasa hal ini bukanlah bagian internal dari kita sebagai calon2 tenaga pejuang PNF yang bisa diandalkan..Tidak andalkan teori tanpa perbuatan,,aplikasi untuk memperjuangkan nama PLS mesti kita mulai sekarang..karena masyarakat masih buta dengan PLS, hal ini tergambar dari realita kehidupan dan pemahaman masyarakat khususnya di NTT, masyarakat masih mengidentikan PLS dengan Pendidikan Paket. Sebenarnya sesuai amanah yang ada bahwa Peran PLS/PNF sangat strategis dalam menjawab apa yang menjadi kebutuhan aspirasi masyarakat. Pola paradigma masyarakat seperti ini, mesti kita melakukan terobosan revormasi, bahwa peran tenaga PLS sangat banyak dalam mendukung pembangunan dari berbagai aspek untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera…Tenaga PLS bisa dipakai kapan dan dimana saja, karena konsepsi PLS adalah mampu untuk memberdayakan masyarakat, dengan menggunakan cara serta regulasi ilmiah yang tersistem dan terstruktur sesuai amanah yang berlaku..Kami teman2 IMADIKLUS UNDANA KUPANG, sudah melakukan apa yang menjadi kewajiban kita, bahwa kita harus mampu dan berani memperjuangkan PLS agar masyarakat tidak buta dengan nama yang tidak asing ini, tetapi membingungkan>>>Oleh karena intu mesti kita bergandengan tangan untuk mengaplikasi apa yang kita pikirkan. Salah satu kegiatan yang telah kami laksanakan adalah suksesnya kegiatan Seminar Nasional pada tanggal 30 Oktober 2010 di Kupang, dengan tema " Peranan PLS dalam Pembangunan Nasional" hal ini tentu sangat membantu dalam mempublikasikan nama PLS, dan tentu agar masyarakat juga tahu bahwa PLS mempunyai kontribusi yang sangat strategis dalam turut serta membangun pembangunan bangsa..kegiatan kemarin bukanlah kegiatan pertam dan terakhir untuk kami, tetapi itu adalah bukti nyata kegiatan perdana untuk tetap semangat dalam memperjuangkan PLS,,masih banyak yang kami buat. Aklhir Januari 2011 kami akan melaksanakan kegiatan "Temu Ilmiah dan Bakti Sosial, di Kelurahan Belo Kota Kupang" harapan saya untuk semua teman2 IMADIKLUS agar kita saling mendukung, dan untuk2 IMADIKLUS UNDANA NTT, mohon partisipasi dan dukungannya..Bravo PLS………Bravo IMADIKLUS…..Kontribusi kita masih ditunggu untuk
terimakasih komentnya mudah mudahan menjadikan diskusi dan pergerakanDENGAN BERKOMENTAR ANDA SUDAH MEMBUDAYAKAN MENULIS DAN MEMBACA ( tidak bisa keduanya ikut KF ) :DJANGAN HANYA
Ia, pasti bisa kita terus berdiskusi untuk PLS. tetapi tidak hanya diskusi, aplikasi adalah segalanya untuk
PLS HARUS BISA , atau tutup
Ia saya setuju, mesti kita banyak berbuat agar PLS dikenal oleh masyarakat luas..Saat ini nama IMADIKLUS cukup kuat untuk menggerakan apa yang menjadi subtansi serta visi misi PLS, tetapi sangat disayangkan ketika teman2 PLS merasa hal ini bukanlah bagian internal dari kita sebagai calon2 tenaga pejuang PNF yang bisa diandalkan..Tidak andalkan teori tanpa perbuatan,,aplikasi untuk memperjuangkan nama PLS mesti kita mulai sekarang..karena masyarakat masih buta dengan PLS, hal ini tergambar dari realita kehidupan dan pemahaman masyarakat khususnya di NTT, masyarakat masih mengidentikan PLS dengan Pendidikan Paket. Sebenarnya sesuai amanah yang ada bahwa Peran PLS/PNF sangat strategis dalam menjawab apa yang menjadi kebutuhan aspirasi masyarakat. Pola paradigma masyarakat seperti ini, mesti kita melakukan terobosan revormasi, bahwa peran tenaga PLS sangat banyak dalam mendukung pembangunan dari berbagai aspek untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera…Tenaga PLS bisa dipakai kapan dan dimana saja, karena konsepsi PLS adalah mampu untuk memberdayakan masyarakat, dengan menggunakan cara serta regulasi ilmiah yang tersistem dan terstruktur sesuai amanah yang berlaku..Kami teman2 IMADIKLUS UNDANA KUPANG, sudah melakukan apa yang menjadi kewajiban kita, bahwa kita harus mampu dan berani memperjuangkan PLS agar masyarakat tidak buta dengan nama yang tidak asing ini, tetapi membingungkan>>>Oleh karena intu mesti kita bergandengan tangan untuk mengaplikasi apa yang kita pikirkan. Salah satu kegiatan yang telah kami laksanakan adalah suksesnya kegiatan Seminar Nasional pada tanggal 30 Oktober 2010 di Kupang, dengan tema " Peranan PLS dalam Pembangunan Nasional" hal ini tentu sangat membantu dalam mempublikasikan nama PLS, dan tentu agar masyarakat juga tahu bahwa PLS mempunyai kontribusi yang sangat strategis dalam turut serta membangun pembangunan bangsa..kegiatan kemarin bukanlah kegiatan pertam dan terakhir untuk kami, tetapi itu adalah bukti nyata kegiatan perdana untuk tetap semangat dalam memperjuangkan PLS,,masih banyak yang kami buat. Aklhir Januari 2011 kami akan melaksanakan kegiatan "Temu Ilmiah dan Bakti Sosial, di Kelurahan Belo Kota Kupang" harapan saya untuk semua teman2 IMADIKLUS agar kita saling mendukung, dan untuk2 IMADIKLUS UNDANA NTT, mohon partisipasi dan dukungannya..Bravo PLS………Bravo IMADIKLUS…..Kontribusi kita masih ditunggu untuk NKRI.
terimakasih komentnya mudah mudahan menjadikan diskusi dan pergerakanDENGAN BERKOMENTAR ANDA SUDAH MEMBUDAYAKAN MENULIS DAN MEMBACA ( tidak bisa keduanya ikut KF ) :DJANGAN HANYA JEMPOL
Ia, pasti bisa kita terus berdiskusi untuk PLS. tetapi tidak hanya diskusi, aplikasi adalah segalanya untuk kita.
@imadiklus.or.id – Terima kasihTetpai saran ini masih sangat umum menurut saya….Kita sudah lama membahas isu PLS dan walapun saya sangat mendukung, sudah waktu untuk sesuatu yang konkrit…Memang Pendidikan Bermutu Di Sekolah untuk Semua Pelajar masih adalah cara melaksanakan pendidikan yang terbaik, dan itu saja belum dicapaikan. Mohon menjelaskan mengenai peran PLS…. yang sangat kurang jelas, dan cara melaksanakan……Seperti Anda bilang "Omong besar, tanpa ada perbuatan sama juga bohong." – Ayo perencanaan melaksanakan yang lengkap dan cara melaksanakan….. Termasuk sumber dana dan struktur organisasi.Semoga sukses!Salam Pend
benar pak…PLS sangat Kajol (kagak Jolas)…nyanyi ja sekalian???MAU DIBAWA KEMANA JURUSAN INI???? ada akta tapi nda bisa ngajar…kajol lah…….
@imadiklus.or.id – Terima kasihTetpai saran ini masih sangat umum menurut saya….Kita sudah lama membahas isu PLS dan walapun saya sangat mendukung, sudah waktu untuk sesuatu yang konkrit…Memang Pendidikan Bermutu Di Sekolah untuk Semua Pelajar masih adalah cara melaksanakan pendidikan yang terbaik, dan itu saja belum dicapaikan. Mohon menjelaskan mengenai peran PLS…. yang sangat kurang jelas, dan cara melaksanakan……Seperti Anda bilang "Omong besar, tanpa ada perbuatan sama juga bohong." – Ayo perencanaan melaksanakan yang lengkap dan cara melaksanakan….. Termasuk sumber dana dan struktur organisasi.Semoga sukses!Salam Pendidikan
Phillip Rekdale : minta sumbangan tulisan bapak , kami masih mencoba mengekpresikan bahasa lisan dengan tanp
Begini, kalau serius…PLS harus mulai dengan penelitian (bukan asumsi). PLS Bukan Pengganti Sekolah tetapi Tambahan (Enrichment) seperti saya sebut di sini dulu…. Jadi…Karena pembelajaran dalam kelas/group di sekolah adalah pendidikan yang terbaik (paling meningkatkan kreativitas) dan perlu diutamakan kita harus tahu:"Apa Kekurangan Dan Kebutuhan Masyarakat Setelah Pendidikan Bermutu Sudah Dicapaikan Di Semua Sekolah".Tanpa penelitian, saya tebak bahwa beberapa isu adalah:Pendidikan untuk mereka yang tidak "eligible" untuk masuk sekolah umum oleh aspek misalnya umurnya, yang wajib kerja untuk biaya hidup (atau membantu keluarga). Yang saya melihat di sini banyak kakak mengorbani pendidikan diri dan kerja supaya dapat mendidik adiknya. Mengapa mereka harus rugi…..? Kita dapat menyediakan pendidikan, misanlya cara menjalankan bisnis kecil, contoh-contoh bisnis (sesuai daerah/lingkungan mereka), kursus manajemen untuk entrepeuer, pendidikan dan keterampilan untuk ibu rumah tangga, dan masyarakat yang menganggur. Pendidikan lanjut untuk mereka yang lulus universitas dan masih menganggur (60% lulusan-nya). http://menganggur.com/Kalau ingin berhasil dan menyediakan Pendidikan untuk Luar Sekolah menurut saya:Kebanyakan Masyarakat Sudah di Luar Sekolah – Targetkan Mereka, Bukan Yang Ada di Sekolah (hanya 50 juta masyarakat yang sekolah 50 dari 240.000.000). Yang perlu diFokuskan Bagaimana 190.000.000 orang itu dapat menikmat pendidikan juga, maupun melanjutkan tujuan "Lifelong Learning"………..Salam Pendidikan Luar Se
Phillip Rekdale : minta sumbangan tulisan bapak , kami masih mencoba mengekpresikan bahasa lisan dengan tanpatinta
Begini, kalau serius…PLS harus mulai dengan penelitian (bukan asumsi). PLS Bukan Pengganti Sekolah tetapi Tambahan (Enrichment) seperti saya sebut di sini dulu…. Jadi…Karena pembelajaran dalam kelas/group di sekolah adalah pendidikan yang terbaik (paling meningkatkan kreativitas) dan perlu diutamakan kita harus tahu:"Apa Kekurangan Dan Kebutuhan Masyarakat Setelah Pendidikan Bermutu Sudah Dicapaikan Di Semua Sekolah".Tanpa penelitian, saya tebak bahwa beberapa isu adalah:Pendidikan untuk mereka yang tidak "eligible" untuk masuk sekolah umum oleh aspek misalnya umurnya, yang wajib kerja untuk biaya hidup (atau membantu keluarga). Yang saya melihat di sini banyak kakak mengorbani pendidikan diri dan kerja supaya dapat mendidik adiknya. Mengapa mereka harus rugi…..? Kita dapat menyediakan pendidikan, misanlya cara menjalankan bisnis kecil, contoh-contoh bisnis (sesuai daerah/lingkungan mereka), kursus manajemen untuk entrepeuer, pendidikan dan keterampilan untuk ibu rumah tangga, dan masyarakat yang menganggur. Pendidikan lanjut untuk mereka yang lulus universitas dan masih menganggur (60% lulusan-nya). http://menganggur.com/Kalau ingin berhasil dan menyediakan Pendidikan untuk Luar Sekolah menurut saya:Kebanyakan Masyarakat Sudah di Luar Sekolah – Targetkan Mereka, Bukan Yang Ada di Sekolah (hanya 50 juta masyarakat yang sekolah 50 dari 240.000.000). Yang perlu diFokuskan Bagaimana 190.000.000 orang itu dapat menikmat pendidikan juga, maupun melanjutkan tujuan "Lifelong Learning"………..Salam Pendidikan Luar Sekoolah
pak philip..izin berdiskusi secara langsung..karena dari konteks pendidikan luar sekolah dan pendidikan non formal memang dirasa mulai ada persimpangan..bahkan yang bapak obrolkan sperti sebuah istilah baru yang pernah saya baca di buku link and match pls, yaitu pendidikan mencari nafkah (pmn)..ingin rasanya berdiskusi dengan jelas bersama b
@imadiklus.or.id – Terima kasihRe: "pendidikan mencari nafkah"Ini sesuatu yang sangat menarik. Di mana kita sekarang?Kalau kita melihat Maslow's hierarchy of needs kebanyakan masyarakat kita masih di bagian bawah antara physiological (survival) dan safety (security/employment). Walapun kebanyakan isu-isu terkait masalah kita mungkin karena kelemahan mutu manajemen negara, maupun mutu SDMnya (misalnya korupsi), kita yang bergerak di tingkat masyarakat adalah wajib untuk berjuang untuk memberdayakan kebanyakan masyarakat yang kurang diperhatikan – yang sebenarnya adalah akarnya negara kita.Untuk kebanyakan masyarakat ini akses ke pendidikan formal tidak rialistik, maupun kita harus tanya apa manfaatnya menambah fasilitas pendidikan yang berbasis-hafalan (memory). Kita sudah menyaksikan bahwa pengetahuan saja yang seragam tidak begitu bermanfaat di lapangan dari jumlah pengangguran yang baru dan sudah lama lulus dari sekolah dan PT kita. Kita perlu mengaktifkan masyarakat. kan?Kayaknya transisi dari memory-based (hafalan) ke Pembelajaran Aktif dan Kontekstual yang dapat memberbayakan lulusan sekolah dan PT masih jauh, jadi harapan untuk peningkatan mutu pendidikan di sistem formal masih menunggu perubahan paradigma dan peningkatan mutu SDM di manajemen pendidikan kita. Tujuan pendidikan formal terhadap mengatasi kebutuhan dan perkembangan negara kita kayaknya masih belum jelas.Apa manfaatnya memperluaskan ini di luar sekolah?Re: "sperti sebuah istilah baru"Mungkin kita perlu istilah baru, yang berbasis kebutuhan masyarakat, bukan keinginan institusi atau politikus tertentu, yang mungkin belum ada di buku (mendengar masyarakat, sudah waktunya :-). Ini sebabnya "penelitian di tingkat masyarakat" adalah sangat penting. What are their needs?Begini, saya tidak ingin membentukkan peran PLS, ini hanya "input" saja dari saya dengan harapan PLS dapat memjadi sesuatu yang sesuai kebutuhan yang dapat betul membantu perkembangan negara.Kalau ingin ketemu secara langsung boleh…..Salam Pendidikan Luar S
Balik ke laptop…."PLS ( harus ) BISA" – Bisa apa? Tujuannya harus
pak philip..izin berdiskusi secara langsung..karena dari konteks pendidikan luar sekolah dan pendidikan non formal memang dirasa mulai ada persimpangan..bahkan yang bapak obrolkan sperti sebuah istilah baru yang pernah saya baca di buku link and match pls, yaitu pendidikan mencari nafkah (pmn)..ingin rasanya berdiskusi dengan jelas bersama bapak..
@imadiklus.or.id – Terima kasihRe: "pendidikan mencari nafkah"Ini sesuatu yang sangat menarik. Di mana kita sekarang?Kalau kita melihat Maslow's hierarchy of needs kebanyakan masyarakat kita masih di bagian bawah antara physiological (survival) dan safety (security/employment). Walapun kebanyakan isu-isu terkait masalah kita mungkin karena kelemahan mutu manajemen negara, maupun mutu SDMnya (misalnya korupsi), kita yang bergerak di tingkat masyarakat adalah wajib untuk berjuang untuk memberdayakan kebanyakan masyarakat yang kurang diperhatikan – yang sebenarnya adalah akarnya negara kita.Untuk kebanyakan masyarakat ini akses ke pendidikan formal tidak rialistik, maupun kita harus tanya apa manfaatnya menambah fasilitas pendidikan yang berbasis-hafalan (memory). Kita sudah menyaksikan bahwa pengetahuan saja yang seragam tidak begitu bermanfaat di lapangan dari jumlah pengangguran yang baru dan sudah lama lulus dari sekolah dan PT kita. Kita perlu mengaktifkan masyarakat. kan?Kayaknya transisi dari memory-based (hafalan) ke Pembelajaran Aktif dan Kontekstual yang dapat memberbayakan lulusan sekolah dan PT masih jauh, jadi harapan untuk peningkatan mutu pendidikan di sistem formal masih menunggu perubahan paradigma dan peningkatan mutu SDM di manajemen pendidikan kita. Tujuan pendidikan formal terhadap mengatasi kebutuhan dan perkembangan negara kita kayaknya masih belum jelas.Apa manfaatnya memperluaskan ini di luar sekolah?Re: "sperti sebuah istilah baru"Mungkin kita perlu istilah baru, yang berbasis kebutuhan masyarakat, bukan keinginan institusi atau politikus tertentu, yang mungkin belum ada di buku (mendengar masyarakat, sudah waktunya :-). Ini sebabnya "penelitian di tingkat masyarakat" adalah sangat penting. What are their needs?Begini, saya tidak ingin membentukkan peran PLS, ini hanya "input" saja dari saya dengan harapan PLS dapat memjadi sesuatu yang sesuai kebutuhan yang dapat betul membantu perkembangan negara.Kalau ingin ketemu secara langsung boleh…..Salam Pendidikan Luar Sekolah
Balik ke laptop…."PLS ( harus ) BISA" – Bisa apa? Tujuannya harus jelas.
Wuah istilah PLS / PNF itu sudah banyak sekali pak…Sampai lupa apa ajah…heee…memang seharusnya PLS/ PNF/ PMN berbasis kebutuhan masyarakat…Mungkin sejak diformalkan menjadi lembaga maka jadi pakai top down pendekata
Wuah istilah PLS / PNF itu sudah banyak sekali pak…Sampai lupa apa ajah…heee…memang seharusnya PLS/ PNF/ PMN berbasis kebutuhan masyarakat…Mungkin sejak diformalkan menjadi lembaga maka jadi pakai top down pendekatannya..
Phillip : Sudah jelas tujuannya phillip… coba anda baca UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003, kalo secara keilmuan ada di Buku Non Formal Education for Development (Shirur – 2009), Literacy and Non-formal Education (V.C. Pandey – 2005), Encyclopaedia of Non Formal Education ( M. Husain – 2003 ), Formal and non-formal education:co-ordination and complimentarity : report of a regional operational seminar, Bangkok and southern Thailand, 22-31 October 1985, Non-formal education (Alan Rogers – 2005),tapi kalo anda kurang menguasai bahasa asing, cukup baca buku :konsep dasar PLS (Sulaiman Jusuf-1986).oiy pak philip, jangan lupakan sejarah di muka bumi ini. bahwa pioner pendidikan adalah
Phillip : Sudah jelas tujuannya phillip… coba anda baca UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003, kalo secara keilmuan ada di Buku Non Formal Education for Development (Shirur – 2009), Literacy and Non-formal Education (V.C. Pandey – 2005), Encyclopaedia of Non Formal Education ( M. Husain – 2003 ), Formal and non-formal education:co-ordination and complimentarity : report of a regional operational seminar, Bangkok and southern Thailand, 22-31 October 1985, Non-formal education (Alan Rogers – 2005),tapi kalo anda kurang menguasai bahasa asing, cukup baca buku :konsep dasar PLS (Sulaiman Jusuf-1986).oiy pak philip, jangan lupakan sejarah di muka bumi ini. bahwa pioner pendidikan adalah PLS…
@Juni Risqi Effendi – Terima kasihRe: "Sudah jelas tujuannya phillip…"Saya kira belum jelas kalau menyuruh saya membaca "UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003"Tujan saya adalah PLS membuat sesuatu yang sesuai "kebutuhan dan kenyataan sekarang", bukan hanya UU dari 2003……Re: "keilmuan ada di Buku Non Formal Education for Development (Shirur – 2009), Literacy and Non-formal Education (V.C. P…andey – 2005), Encyclopaedia of Non Formal Education ( M. Husain – 2003 ), Formal and non-formal education: co-ordination and complimentarity : report of a regional operational seminar, Bangkok and southern Thailand, 22-31 October 1985, Non-formal education (Alan Rogers – 2005), tapi kalo anda kurang menguasai bahasa asing, cukup baca buku : konsep dasar PLS (Sulaiman Jusuf-1986)."Apakah reference-reference di atas sesuai dengan "kebutuhan dan keadaan di Indonesia" tahun 2011? Apakah dapat diimplementasikan?Apakah relevan? Ini yang kita harus tanya terus…..Re: "oiy pak philip, jangan lupakan sejarah di muka bumi ini. bahwa pioner pendidikan adalah PLS…"Siapa lupa…? Tetapi apakah PLS di Indonesia akan sebagai pioneer (pelopor) kalau hanya diatur oleh Peraturan Negara zaman dulu, yang kelihatannya belum berhasil? Atau Konsep-Konsep Orang Lain, apalagi banyak yang dari negara lain?Kalau kita ingin membuat sesuatu baru, marilah kita membuat sesuatu yang mungkin dapat berhasil dan bermanfaat…. Penelitian di lapangan (konteks kita) Berbasis-Kebutuhan dan Kenyataan dulu.Salam Pendidikan Luar Sekolah(Be a Pioneer, not just a follow
P.S………. "Jangan ikut asing"Josaphat TS Sumantyo (31 Desember 2010)http://sorot.vivanews.com/news/read/196894-hobi-riset-si-pakar-radar"Lama menimba ilmu dan berkarya di negeri orang memberikannya perspektif tentang kondisi di tanah air Menurut Josh, seharusnya setiap negara–termasuk Indonesia, memiliki ciri tersendiri dalam menciptakan sistem pendidikan dan budaya keilmuan, demikian juga seharusnya di Indonesia. Ia melihat kebijakan sekarang cenderung mengejar ketertinggalan teknologi dan sains Indonesia dari negara maju.Padahal, semestinya kita mengkaji cara pikir ke-Indonesia-an yang khas sebelum menciptakan bibit-bibit teknologi yang bisa disumbangkan untuk dunia. “Kalau kita mengejar terus, maka kita akan ketinggalan terus. Sebaiknya kita harus perbaiki arahnya untuk menciptakan trend keilmuan yang bersumber dari kesadaran akan alam Indonesia.â€ÂSelain itu ia juga khawatir, karena banyak budaya dan pemikiran khas Indonesia yang telah ditinggalkan. “Kita malah berlomba-lomba menyempurnakan pemikiran, tradisi dan budaya bangsa asing di Indonesia, seakan lebih murni dan sempurna dibanding di tempat asalnya,†kata Josh. Padahal, ini justru akan menutup kemampuan berfikir, sekaligus menghilangan jati diri dan budaya kita.Agar “warna†Indonesia tak pudar di peta dunia, kata dia, kita perlu keras kepala kepada budaya asing, bukan malah mengikutinya. Lebih jauh, Josh merujuk beberapa negara-negara yang memiliki latar belakang budaya kuat, seperti Jepang, China, Korea, dan bahkan Israel."Membentuk PLS maupun semua strategi perkembangan pendidikan sesuai kebutuhan dan kenyataan – Penelitan adalah kuncinya…..Salam Pendidikan Luar S
@Juni Risqi Effendi – Terima kasihRe: "Sudah jelas tujuannya phillip…"Saya kira belum jelas kalau menyuruh saya membaca "UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003"Tujan saya adalah PLS membuat sesuatu yang sesuai "kebutuhan dan kenyataan sekarang", bukan hanya UU dari 2003……Re: "keilmuan ada di Buku Non Formal Education for Development (Shirur – 2009), Literacy and Non-formal Education (V.C. P…andey – 2005), Encyclopaedia of Non Formal Education ( M. Husain – 2003 ), Formal and non-formal education: co-ordination and complimentarity : report of a regional operational seminar, Bangkok and southern Thailand, 22-31 October 1985, Non-formal education (Alan Rogers – 2005), tapi kalo anda kurang menguasai bahasa asing, cukup baca buku : konsep dasar PLS (Sulaiman Jusuf-1986)."Apakah reference-reference di atas sesuai dengan "kebutuhan dan keadaan di Indonesia" tahun 2011? Apakah dapat diimplementasikan?Apakah relevan? Ini yang kita harus tanya terus…..Re: "oiy pak philip, jangan lupakan sejarah di muka bumi ini. bahwa pioner pendidikan adalah PLS…"Siapa lupa…? Tetapi apakah PLS di Indonesia akan sebagai pioneer (pelopor) kalau hanya diatur oleh Peraturan Negara zaman dulu, yang kelihatannya belum berhasil? Atau Konsep-Konsep Orang Lain, apalagi banyak yang dari negara lain?Kalau kita ingin membuat sesuatu baru, marilah kita membuat sesuatu yang mungkin dapat berhasil dan bermanfaat…. Penelitian di lapangan (konteks kita) Berbasis-Kebutuhan dan Kenyataan dulu.Salam Pendidikan Luar Sekolah(Be a Pioneer, not just a follower 🙂
P.S………. "Jangan ikut asing"Josaphat TS Sumantyo (31 Desember 2010)http://sorot.vivanews.com/news/read/196894-hobi-riset-si-pakar-radar"Lama menimba ilmu dan berkarya di negeri orang memberikannya perspektif tentang kondisi di tanah air Menurut Josh, seharusnya setiap negara–termasuk Indonesia, memiliki ciri tersendiri dalam menciptakan sistem pendidikan dan budaya keilmuan, demikian juga seharusnya di Indonesia. Ia melihat kebijakan sekarang cenderung mengejar ketertinggalan teknologi dan sains Indonesia dari negara maju.Padahal, semestinya kita mengkaji cara pikir ke-Indonesia-an yang khas sebelum menciptakan bibit-bibit teknologi yang bisa disumbangkan untuk dunia. “Kalau kita mengejar terus, maka kita akan ketinggalan terus. Sebaiknya kita harus perbaiki arahnya untuk menciptakan trend keilmuan yang bersumber dari kesadaran akan alam Indonesia.â€ÂSelain itu ia juga khawatir, karena banyak budaya dan pemikiran khas Indonesia yang telah ditinggalkan. “Kita malah berlomba-lomba menyempurnakan pemikiran, tradisi dan budaya bangsa asing di Indonesia, seakan lebih murni dan sempurna dibanding di tempat asalnya,†kata Josh. Padahal, ini justru akan menutup kemampuan berfikir, sekaligus menghilangan jati diri dan budaya kita.Agar “warna†Indonesia tak pudar di peta dunia, kata dia, kita perlu keras kepala kepada budaya asing, bukan malah mengikutinya. Lebih jauh, Josh merujuk beberapa negara-negara yang memiliki latar belakang budaya kuat, seperti Jepang, China, Korea, dan bahkan Israel."Membentuk PLS maupun semua strategi perkembangan pendidikan sesuai kebutuhan dan kenyataan – Penelitan adalah kuncinya…..Salam Pendidikan Luar Sekolah
????? : ?????? ?? ??????
ya setuju…semua usaha yang baik insya allah akn berbuah baik jg….jgn mdh ptus asa n slalu berdoa kpada nya…