Beberapa waktu yang silam, pamong belajar dan tutor kesetaraan yang terpilih, mengikuti “Orientasi Teknis (Ortek) kepramukaan sebagai upaya menghidupkan gerakan pramuka yang berpangkalan di SKB maupun di PKBM berdasarkan pada sistem among dengan menerapkan prinsip dasar dan metode kepramukaan dalam rangka menjawab konsep revitalisasi kepramukaan yang dilontarkan oleh Pak Beye, presiden Indonesia kelahiran Pacitan, Jawa timur.
“Sungguh mulia gagasan membuat gugus depan pramuka pada program PNF, dengan demikian cita-cita melahirkan Saka Bina Aksara bisa dipercepat. Harap Rasudi setelah mendengar cerita Ratrimo tentang keikut sertaannya dalam ortek pramuka yang di danai oleh pusat. “Ya, gagasan itu memang hebat dan cerdas ditengah issue pembangunan karakter bangsa. Nara sumbernya juga hebat, memiliki reputasi nasional dibidang kepramukaan. Namun ada pertanyaan besar yang menghantui para peserta, yaitu apakah ada tindak lanjutnya dari ortek ini, baik masalah pembinaan bagi kakak pembina baru maupun dana operasionalnya. Sambung Ratrimo dengan nada gamang.
Dari beberapa informasi yang didengar Rasudi, materi ortek yang diberikan cukup bagus dan mendasar, namun sayangnya tidak diimbangi dengan kualitas pesertanya yang kebanyakan nol pengalaman , keikut sertaannya pun hanya sekedar ditunjuk pimpinannya untuk memenuhi quota yang digariskan oleh aturan proyek, tidak didasarkan pada kualitas pengalaman. Karena aktif di kepramukaan itu lebih pada panggilan jiwa, bukan panggilan surat tugas dan uang transport belaka.
Mungkin karena pramuka itu dianggap sekedar kegiatan bernyanyi, bertepuk dan berbaris, sehingga semua pamong belajar dan tutor dianggap bisa mengorganisir sebuah gugus depan. Padahal, pramuka itu tidak sekedar itu, banyak prasarat yang mengikuti keberadaannya. Gumam Ratrimo sambil nyruput kopi di warung depan kantor langganannya.
Kali ini yang nyangkruk di warung kopi hanya Ratrimo dan Rasudi, sedangkan si Raiso sedang dinas luar melakukan visitasi Bansos beasiswa keterampilan bagi warga belajar paket B dan paket C berbasis kewirausahaan.
Dari hasil ngobrol dengan beberapa pamong belajar SKB, dapat diambil simpulan sementara bahwa senyatanya banyak kendala ketika akan membentuk dan menyelenggarakan kegiatan kepramukaan yang berpangkalan di SKB maupun di PKBM, ini mengingat warga belajarnya datang dari berbagai strata sosial ekonomi yang berbeda, pengalaman tutor dan pengelola yang minim akan dunia kepramukaan serta kesiapan kakak pembina dadakan hasil kegiatan ortek dalam mengelola kegiatan kepramukaan dan dukungan dana operasional yang memadai serta masalah ikutan lain sesuai dengan situasi dan kondisi yang melatarinya.
Di sekolah formal saja, murid berpramuka ria itu hanya sekedar seragamnya saja (yang dipaksakan sebagai salah satu seragam sekolah), kegiatannya pun lebih pada upaya mendongkrak simbol sekolah unggulan maupun sekolah favorit dalam rangka menjaring konsumen. Sedangkan di nonformal, jangankan dipaksa untuk datang berseragam, diajak aktif mengikuti pembelajaran saja susahnya minta ampun, lebih banyak malasnya, bahkan banyak yang lebih berhitung pada untung rugi karena motivasi ikut program PNF itu beragam, tidak sama antara warga belajar yang masih usia sekolah dengan yang sudah dewasa. Ujar Rasudi agak pesimis mengingat program yang sudah-sudah seringkali tidak ada kelanjutannya, sekali gebrak langsung bangkrut seiring keluarnya kebijakan baru oleh pimpinan yang baru.
Yang jelas, Ditjen PNF telah melempar wacana pramuka rasa nonformal, tinggal bagaimana para peserta ortek yang disulap jadi kakak pembina ini bisa secara kreatif dan mandiri memulai merintis terbentuknya gugus depan pramuka di SKB ataupun di PKBM, kalau hanya menunggu perintah dan kucuran dana selanjutnya, ya dapat dipastikan semangatnya keburu bubar, layu sebelum berkembang. Kata Ratrimo yang merasa kebingungan mengetrapkan materi ortek, khususnya bagaimana cara membentuk gugus depan rintisan. Hal ini mengingat seumur-umur Ratrimo tidak pernah jadi tutor kesetaraan dan tidak pernah sama sekali berpengalaman jadi anggota pramuka. Jangankan berkemah, kehujanan sedikit saja sudah masuk angin. Ujarnya dengan meringis. Maklumlah Ratrimo dulu waktu kecilnya tergolong â„¢anak mamaâ„¢.
Ditengah-tengah keasyikan membicarakan masa depan pramuka rasa nonformal di SKB maupun PKBM, Markonah datang memberitahu bahwa sebentar lagi akan ada rapat membahas rencana monitoring program BOP kejar paket A, B dan C. Kedua sahabat itupun menyudahi obrolannya, bergegas meninggalkan warung menyusul langkah Markonah yang bau parfumnya semriwing mengundang.
Inilah PLS yang diplesetkan menjadi Pramuka Lucu Sekali, bagaimana tidak lucu, orang yang tidak punya latar belakang pramuka, tidak pernah ikut diklat pramuka yang berjenjang dan tidak punya jiwa pramuka, tiba-tiba menjadi kakak pembina pramuka. Atau mungkin akan menjadi kakak pembina spesialis bernyanyi dan bertepuk tangan ?. Kata Rasudi sambil tertawa menggoda. Jancuk ¦nyindir ya ¦ Kata Ratrimo, juga sambil tertawa. Ya kedua sahabat itu memang suka tertawa, menertawakan dan ditertawakan ¦ha ha ¦ mumpung tertawa tidak dikenai pajak[Ebas/humas ipabipusat.org].
Couldnt agree more with that, very attractive article
I just added your blog site to my blogroll, I pray you would give some thought to doing the same.