PPM III STKIP Siliwangi Bandung, Di Desa Ikhlas Barokah Kecamatan Gunung halu dan Kecamatan Rongga, Kab. Bandung Barat, Tanggal 8 s.d 18 Febuari 2014 Tepat pukul 07.00 WIB 8 Februari 2014 bertempat di Kampus tercinta STKIP Siliwangi Bandung saya mulai bergegas mengabsen dan menginstruksikan seluruh peserta yang mengikuti PPM (Pengabdian Pada Masyarakat) khususnya yang tergabung sebagai peserta di Desa Gunung halu Kecamatan Gunung halu untuk segera mengikuti upacara pembukaan PPM III. End finaly mulai mengumpulkan seluruh barang bawaan untuk di desa di lapangan agar bisa cepat diangut oleh elf (sebutan untuk mini bus).
Ada beberapa kebutuhan konsumsi dan logistik yang harus kami bawa untuk keperluan di desa nantinya seperti, peralatan sehari-hari dan sembako. Namun ada yang sedikit janggal dan begitu mengganggu pikiran dan mata ini, diantara jajaran sembako dan telor itu ada gundelan besar berwarna putih panjang,apakah itu? Ckckck* itulah bihun dan kalo banyak gitu bisa disebut Super Bihun. Bihun 1 pack itu isinya kira-kira 50 lembar dengan jumlah peserta 26 orang kemungkinan besar akan ada 5 bihun yang akan jadi menu utama setiap harinya…hahhaha* dont miss it ;). Ok back to PPM tepat pukul 09.00 kami mulai berangkat menuju lokasi misterius di Gunhal (sebutan kece Gunung Halu). Misterius karena saya belum pernah survei sebelumnya ke sana. Tapi, menurut info yang saya dapatkan lokasi posko dan tempat penginapannya tidak begitu buruk.
Ketika jam menunjukan pukul 01.30 kami sampai di posko dan mulai bergegas ke kantor Desa Gunung Halu untuk perkenalan dengan aparat desa serta menyampaikan beberapa kegiatan yang nantinya akan diadakan pada kegiatan PPM. Kebetulan pada saat itu keadaan sedang hujan yang membuat jalan disana menjadi becek dan lincin. Sebenernya sih becek dan licin itu tidak pernah di jadikan sebagai masalah, tapi nanjaknya itu lhoo.. subhanalloh. Dengan jalan nanjak dan licin, disitulah tanda petualangan si bolang kami dimulai. “Doakan semoga menyenangkan”
Sekilas info seputar posko Gunhal dulu ya. Posko kami terletak beberapa meter di belakang kantor desa. Kami di beri penginapan tinggal bersama penduduk berupa rumah dua tingkat yang lantai kedua rumahnya dijadikan sebagai posko putri sekaligus posko utama karena tempatnya yang strategis dan cukup luas untuk 21 orang. Selain itu juga tempatnya bisa sekaligus dijadikan tempat melakukan evaluasi. Lalu di lantai bawah disediakan satu kamar untuk putra. Kebetulan di desa kami putranya hanya berjumlah 5 orang jadi kamar bawah di pakai oleh putra.
09/02/14 seperti yang telah di jadwalkan dalam agenda acara, pada hari ini tepatnya hari minggu setelah mendapatkan pengarahan dan pembagian tempat mengajar. Kami melakukan survei ke sekolah yang akan kami jadikan sebagai tempai pengabdian sekaligus sosialisasi dengan masyarakat sekitar. Setiap sekolah di isi oleh 4 dan 3 orang peserta PPM. Ada 5 sekolah yang dijadikan sebagai pengabdian diantaranya SD Pasir Lemu, SD Paratag, MI Gunung Halu ,SDN 2 Gunung Halu dan SDN Neglasari. Dengan hasil survei SDN Neglasari sebagai yang paling jauh ± 5 km, SD Paratag sebagai jalan terekstrim, dan SD Pasir Lemu yang terdekat dengan lokasi posko.
10/02/14 jam 03.00 WIB sebagian dari kami sudah ada yang bersiap-siap untuk melakukan sholat tahajud bersama. Setelah itu sebagian ada yang kembali tidur, mengaji dan yang piket, sesuai jadwal mereka menyiapkan sarapan untuk semuanya. Semuanya yang ada di sini diarahkan untuk bisa mandiri dan bisa menemukan kemampuan baru yang dulunya tak sempat muncul. Tinggal 10 hari di tempat asing dan jauh dari orang tua mungkin bukan hal mudah bagi sebagian orang disini, namun di sinilah letak tantangannya.
Sarapan pertama di pagi hari yang indah ini adalah Nasi dan Indomie,, take it simple katanya, hehehehhe. Jam 06.30 beberapa dari kami sudah bergegas menuju tempat pengabdian terkhusus bagi yang ditempatkan di SDN Neglasari. Di hari pertama ini kami tidak ingin datang kesiangan karena selain tempatnya paling jauh SDN Neglasi juga punya track yang jalannya tak semulus paha cherry bell. Whuhuuuuw*
Jam mulai menunjukan pukul 12.30 WIB semua peserta mulai memenuhi posko. Disana telihat berbagai macam ekspresi yang beragam. “Gimana ngajar pertamanya hari ini shel?” tanya saya pada salah seorang peserta shela. “Luar biasa!” katanya dengan mengipas-ngipas wajahnya dengan sehelai kardus ditangannya. Hampir semua yang telah kembali dari mengajar di sekolahnya masing-masing saya tanyai dan berbagai jawaban istimewapun terlontar dari mulut-mulut mereka yang terlihat kering karena kepanasan dan sudah berjalan cukup jauh.
Tepat jam 01.30 beberapa peserta dan panitia termasuk saya mulai berjaga di aula desa untuk menyambut anak-anak SD yang akan mengikuti Bimbel Posko. Setelah dua hari sosialisasi ke masyarakat sekitar dan anak-anak di sekolah-sekolah di hari pertama bimbel posko ini memang bwlum begitu banyak anak yang mengikuti kegiatan ini, namun anak-anak yang hadir disini cukup antusias untuk mengikuti kegiatannya. Pertama-tama semua anak dikumpulkan di depan aula desa dan dibuat satu lingkaran untuk melakukan games. Setelah tadi perkenalan dan peregangan dengan games, kegiatan kami berikutnya yaitu membantu beberapa anak yang merasa kesulitan dalam beberapa pelajaran dan yang mempunyai PR di sekolahnya.
Haripun mulai sore dan gelap. Suara-suara khas pegunungan mulai bermunculan dari setiap sudut-sudut pohon dan rerumputan di sekitar posko. Semilir angin mulai masuk melalui sela-sela jendela kaca. Hujan rintik-rintik mulai membasahi genting posko yang menjulang kokoh di tengah- tengah kebun sereh. Suara adzan magrib mulai terdengar bersautan ditengah dinginnya angin Gunung halu. Seluruh peserta dan panitia berkumpul di mesjid di belakang kantor desa untuk sholat magrib dan membaca Al-Qur’an berjamaah.
Jam 07. 45 kami mulai berkumpul di posko dan makan malam bersama. Malam ini hal yang saya prediksi sebelumnya benar-benar terjadi. “Menu makan malam hari ini tumis Bihun lezet dan sayur kacang merah ya temen-temen, selamat menikmati” ucap jannah dari dapor posko sambil menyiapakan nasi dan piring di tangannya. “hhhaahha* tukan bener hari ini bihun :P” celetukku dalam hati wkwkwk. “Alahmdulillahirraabil’alamin kegiatan hari ini bisa berjalan lancar, bagaimana kesan-kesan rekan-rekan semua dengan mengajar hari ini?” ucap ketua kordinator Gunhal. “luar biasa kang!”, “menyenangkan!”, “cape!”, semua peserta riuh memberikan komentar-komentarnya. Setiap peserta memberikan kesan-kesan dan komentarnya satu-persatu dan dibuat sebuah evaluasi untuk keesokan harinya. Evaluasi malam ini salah satunya adalah lebih mensosialisasikan kembali kepada anak murid untuk ikut serta dalam kegiatan bimbel posko.
Malam ini setelah evaluasi bersama peserta dan panitia beres, saya mulai bebenah dan mencari si nonat teman tidur kesayangan. Saya tidur bersama dua teman saya di senat teh vini dan teh nida. Di saat mereka terlelap saya masih terjaga dan mulai teringat dengan teman-teman PLS yang lain. Yang biasany kemana-mana selalu bersama-sama dan bersahabat bagai pongpongpong, sekarang berpisah dan berpencar di beberapa desa. Begitu banyak tanya di dalam hati ingin sekali menanyakan kabar dan kondisi mereka. Apakah baik-baik saja?. Apakah menyenangkan?. Bagaimana kesehariannya selama PPM beberapa hari ini?. Tak banyak yang bisa saya hubungi disini, karena sebagian besar tempat teman-teman saya tinggal belum terakses sinyal bagi operator tententu. Setelah upacara pembukaan PPM tidak ada kontak kembali dari mereka. Hanya sebuat foto di profil BBM yang masih terpajang bisu tanpa aktivitas. Ya Allah sungguh aku merindukan mereka L.
11/02/14 seperti biasa kegiatan di pagi hari ini yang kebagian jadwal piket bagun lebih awal dari yang lainnya. Tidak seperti kemarin yang hampir semuanya ingin datang lebih pagi. Hari ini mereka bangun lebih santai karena sebagian besar sudah tau jarak tempuh dan jam belajarnya di mulai. Hanya satu yang tidak pernah berubah saat ini, Apa itu??. “ngantri di kamar mandi wkwkwkwk. Dengan jumlah orang 21 orang dan fasilitas kamar mandi hanya satu tempat, tentu saja hal ini membuat antrian kamar mandi penjelibet. Belum yang mau ngambil air untuk masak, yang mau pipis, yang mau pups dan yang mau mandi tentunya.
Di hari selasa yang ceria ini, saya menggantikan salah satu teman saya mengajar. Tepatnya di SDN Neglasari, sekolah dasar yang terletak sebelah utara Kecamatan Gunung Halu dan berada 5 km dari posko. Jam menunjukan pukul 06.05 WIB “Teh marisa hayuu udah siang!” ucap muna dari luar dengan memakaikan sepatu di kakinya. “iya hayu muna kita berangkat sekarang”. Hari ini adalah hari pertama saya mengajar di SD. Sejuknya udara pegunungan menyambut perjalanan kami, beningnya embun masih bisa terlihat jelas di sela-sela dedaunan yang seolah memberikan semangat di pagi hari ini. Batu-batu terjal dan tajam tak menjadikan penghambat bagi perjalanan kami. Sepanjang jalan yang di lalui banyak penduduk sekitar yang sedang beraktivitas untuk berkebun ataupun berangkat ke pasar menyapa kami dengan ramah.
Telah seperempat jalan telah kami lalui, butir-butir keringat mulai muncul dari lubang-lubang mini di dasar kulit. Tapi karna sebagian besar perjalanan kami isi dengan foto-foto dan obrolan santai jarak jauh dan medan yang naik turun dimana-manapun tidak terasa. Dan sampailah kami bertiga di sekolah yang dituju, ya SDN Neglasari. Setibanya kami di ruang guru sekolah, saya mulai perkenalan ke guru-guru dan kepala sekolah setempat sebagai guru pengganti disana. Yang unik sekaligus menyenangkan di pagi hari ini adlah sebelum di mulai pembelajaran, seluruh siswa di kumpulkan di dan berbaris di lapangan sekolah untuk mengikuti senam kebugaran. “Jarang banget ada senam-senam gini, kita ngikutin dari belakang anak-anak aja yuk?”, ajak saya kepada dua teman saya shela dan muna. “yuk! Kita ngikutin dari belakang aja”, sambut shela dan muna riang.
Jam menunjukan pukul 08.00 wib. Semua siswa memasuki kelas masing-masing dan mulai membaca surat-surat pendek. Saya, muna dan shela mulai memasuki kelas masing-masing. Kelas yang akan saya ajar hari ini adalah kelas empat. Kelasnya terletak paling ujung dari ruang kepala sekolah. Pada saat saya mulai memasuki ruang kelas atmosfer itu mulai terasa dan semakin kuat. Atmosfer jiwa seorang guru yang penuh semangat menggebu di dalam dada untuk menyampaikan segala informasi dan pengetahuan kepada semua siswa. Setelah perkenalan dan mengabsen, pembelajaranpun dimulai. “Hari ini pelajrannya IPA sama Olah raga ya anak-anak?”, tanya saya kepada semua murid. “iya bu, hari ini IPA dua jam pelajaran kira-kira sampai jam 10.00”, jawab dinda salah seorang siswa di kelas empat. Dinda adalah KM di kelas empat. Kalo diamati dengan baik, sekilas dinda mirip pemain film Petualangan Sherina waktu kecil. Perawakannya yang sedikit gemuk dan pipinya yang chubby di tambah rambutanya ikal dan sedikit kecoklatan.
Materi yang sampaikan hari ini adalah mengenai Energi Alternatif. Seluruh siswa antusias untuk mengikuti pelajaran sampai selesai dan games sebelum istirahat. Hari ini kami hanya mengajar sampai jam 10.00. setelah sedikit mengorol dengan kepala sekolah untuk mensosialisasikan acara Seminar Pendidikan yang akan di laksanakan hari senin depan di aula desa Gunhal kami bertiga bergegas kembali ke posko dan berpamitan. Perjalanan pulang kali ini saya sedikit memaksa kepada dua teman saya untuk mengambil track yang berbeda dari jalan keberangkatan. Namun, mereka sedikit menolak alasanya jalan motong satunya lagi itu tanjakannya super, super banyak dan super curam. Belum lagi katanya kemarin sempet nyasar ke kandang ayam milik warga. Nah, karna itulah saya memaksa dan ingin mencobanya (hahaha* belaga).
Setelah dibujuk dengan segelas aqua gelas yang aku beli di pinggir jalan, akhirnya mereka mau mengambil track yang istimewa itu. ( Sejauh ini masih istimewa ya). Awalnya kami melewati pasar selasa gunhal, lalu mulai menyusuri pinggiran tebing di antara pingiran sawah dan rumah penduduk. Seperti biasa, warga sekitar selalu menyapa kami dengan ramah dan bersahabat. Jalan setapak di antara pohon-pohon bambu yang menjulang tinggi dan bergoyang oleh tiupan angin mengantarkan kami pada seorang penjualan mainan anak tradisional yang kami namakan “kincir peletrok”. Di tengah teriknya matahari gunung halu yang menyengat, bapak penjual mainan itu tetap berjalan dan memainkan kincir peletrok sambil menyuarakannya pada setiap tempat yang dilaluinya. Berharap ada seseorang yang membeli dagangannya.
Melihat tubuh bapak penjual kincir itu kami terenyuh ingin membantunya. Dan tiga buah kincir peletrokpun kami beli dan menjadi mainan kesayangan kami sepanjang perjalanan pulang. Kami bertiga terheran-heran dengan harga kincir yang sangat murah dan berada di luar pemikiran kami. Kami mendapatkan tiga kincir peletrok ini hanya dengan harga enam ribu rupiah saja. Wow! Kalo kata anak-anak zaman sekarang murah bingitz ya. Kalo di kota kincir kayak gitu bisa nyampe sepuluh rebu, ya paling murah lima rebu. Tapi di sini cuma enam ribu aja udah bisa ngeborong tiga kincir. Padahal dari bahannya saja sudah berapa, belum lagi proses pengerjaanya yang sedikit rumit dan di perlukan latihan khusus. Anyway, salut banget sama si bapak tadi ya, siang-siang panas-panasan tetap semangat untuk bekerja keras. Kita juga jangan kalah dong, secara kita masih muda dan masih belum punya tanggungan keluarga. Sudah seharusnya kita mempunyai semangat dan ide-ide yang lebih besar dan berani dari bapak kincir tadi. Iya dong?, iya aja deh ya..hehhehe.
Jalan setapak yang kering dan angin yang berbisik di sela-sela daun bambu masih menemani perjalanan kita siang hari ini. Kami beriga mulai memasuki jalan yang seddikit menanjak, semakin menajak lagi, lebih menanjak dari yang tadi belok kanan, nanjak, najak lagi, lebih nanjak dari sebelumnya dan owh ini tanjakan rasanya tidak habis habis. Setiap berhenti tanjakan paling karna ada belokan sedikit L. Muna menertawakanku dari atas tanjakan dan rasanya seperti puas sekali melihat saya merayap di atas jalan di kemiringan 60 seperti itu. “ayoteh marisha sebentar lagi nyampe, semangat dong! Katanya pengen kaya Petualangan Sherina pulangaya” teriak muna menyemangati saya dari jauh. “ia mun, aku kan pemain film Petualangan Sherina berkerudung mentok ditengah kemiringan gunung halu!!!”,, “hahhahahhha”, muna dan shela tertawa lepas dan mulai berjalan menuju posko.
12/02/14 seperti biasa setiap pagi antrian kamar mandi selalu menjadi kebiasaan di tengah kesibukan semua orang yang mulai bersiap-siap dengan perlengkapan megajarnya hari ini. Di hari rabu ini saya menjadi sie. dokumentasi untuk SDN Paratag. Satu buah kamera digital sudah saya siapkan di dalam tas crem kesayangan. (Kesayangan karna disana cuman punya satu,, hhee bisa jadi). Tepat pukul 06.05 kami berempat saya, ismi, awai dn kurnia mulai menyusuri ladang sereh di sepanjang jalan menuju sekolah. Kali ini mereka membawa saya melalui jalan motong menusuri pematang sawah. Mereka menganggap jalan ini sebagai alternatif terbaik selain jalan utama yang bisa menghabiskan waktu hingga 45 menit.
Sejuknya angin pegunungan dan hamparan permadani hijau setia menemani perjalanan kami. Jalan berbatu dan terjal menuntun kami menuju sebuah jalan kecil di sela-sela rumah penduduk. Jalan menyusuri jalan setapak di samping pematang sawah ini mungkin mereka anggap lebih dekat, tapi punya resiko balik lagi dan gak jadi ngajar itu tinggi. Jalan setapak berkontur tanah yang gembur ini terlalu lembek untuk dijadikan tempat berpijak. Belum lagi ketinggian setiap kami akan berpindah jalan dari pematang sawah satu dengan yang lain cukup rawan dan beresiko terpeleset atau jatuh itu tinggi. Kalo sudah jatuh ke sawah dan lumpur dimana-mana, masa iya mau terus ke sekolah? (tertegun sejenak di dalam hati). Namun, disinilah time work itu dibutuhkan. Awai dengan cekatan menuntun dan meberi arahan pada saya. Tak lama, tibalah kami di sebuah ladang yang didepannya terdapat tebing merah yang basah. Di sana sudah terlihat beberapa anak berseragam merayap menuju sebuah tempat diatas tebing merah itu. “ismi sekolahannya sebelah mana sih?” tanya saya. “itu teh di atas yang kehalangin pohon-pohon!” jawab ismi sambil menunjukan sebuah bangunan panjang yang berada di atas tebing merah. “Hah? Ya ampun itu sekolah gga takut longsor apa yak, ngebangun sekolah di atas tebing kaya gitu?” celetuku disela-sela obrolan awai dan kurnia. “gak tau teh, da di sini mah kebanyakan ngebangun sekolahnya di atas bukit, kayak sekolah ci payung yang tadi aku tunjukin di jalan” jawab kurnia satai.
Tanah merah basah itu menuntun kami kepada sebuah tanjakan yang berkelok dan berbatu. Dan sampailah kami di SDN Paratag (Alhamdulillah ya?). Tangan-tangan mungil itu langsung menyambut kami dengan salam dan sapaan yang tulus. Sebelum bel masuk sebagian dari mereka melakukan beberapa permainan tradisional khas anak-anak. Saya mendatangi tempat tepat di belakang sekolah, disana terlihat beberapa dari anak laki-laki sedang bermain kelereng. Tak jauh dari sana ada lima orang anak perempuan yang sedang bermain karet dan sebagiannya lagi terlihat sedang membersihkan kelasnya masing-masing.
Kami semua memasuki ruang guru, sedikit perkenalan dan sosialisasi acara PPM. Kegiatan pagi hari ini seperti biasa sebelum memulai pembelajaran seruruh siswa di di kumpulkan di lapangan untuk senam kebugaran terlebih dulu yang di pimpin oleh kaka kelasnya di atas panggung sekolah yang terletak persis di depan lapang. Saya mulai mengambil gambar di setiap sudut sekolah. Hingga sampailah saya pada sebuah warung sebelah sekolah yang menjual jajanan khas anak SD. Dan di sanalah saya menemukan jajanan kuliner baru yang menggoda untuk dicoba, itulah Pilus Banjur dan Magnum gold. Harganya sangat murah masing-masing hanya seharga lima ratus rupiah perbungkus. Pilus banjur itu kerupuk gurilem yang di banjur air panas dan di beri sedikit saos. Sedikit terbersit dalam pemikiran saya, tadinya pilus banjur itu adalah sukro sejenis tiktuk gitu deh yang di banjur-banjur. Ahahha ngaco ya?wkwkwkwk. magnum gold adalah jajanan favorit saya di sini, saya bisa menghabiskan tiga sampai lima magnum gold. Karna memang di sini jarang dan sulit mendapatka ice cream. Jadi magnum gold adalah obatnya. Magnum gold adalah es pisang yang dilumuri coklat dan dibungkit plastik berpita merah panjang. Ya itu lah kalo di Cimahi umumnya di sebut piscok tea ning, hehehhe.
Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 12.10, waktu belajarpun sudah habis dan seluruh siswa di kelas lima yang di ajar oleh ismi duduk dengan rapih dan memberikan salam. Setiap siswa berusaha duduk serapih mungkin dan menunggu giliran ditunjuk untuk pulang. Satu-persatu siswa meninggalkan kelas dan kelaspun hening. Inilah waktunya kami kembali ke posko tecinta. Terlihat senyum-senyum bahagia dari bibir-bibir mungil itu yang tak pernah mengeluh dengan kondisi yang ada. Semua postur tubuh anak-anak di sini hamir sama dan jarang sekali melihat anak yang obesitas. Yaiyalah ya, menurut logika aja setiap mereka pulang pergi ke sekolah dari rumahnya sudah berapa banyak kalori yang terbakar. Dengan berjalan kaki yang rata-rata jauh dari rumahnya, belum lagi track jalanya yang turun naik dimana-mana, weleh-weleh.
Siang ini di posko ada pertemuan dari setiap koordinator dan acara dari setiap desa. Semuanya berkumpul dan berunding di ruang tamu lantai bawah untuk membahas acara LCC (Lomba Cerdas Cermat), seminar pendidikan dan penyuluhan pada masyarakat. Suasana begitu serius untuk menrancang schedule acara yang akan dilaksanakan beberapa hari kedepan. Beberapa menit sebelum tiba di posko, ada satu pesan masuk yang terpanpang di layar handphe saya.
“teteh dmna? Aku nunggu ada di gunung halu loh!,, ditunggu ya 😉 “
__Uffeh__
“Ya ampun ini gak salah kan ya?” ucap saya riang dan segera berjalan dengan cepat meenuju posko. Dan benar saja disana sudah ada wanita bercena dab berkrudung oren menati saya di balik jendela. Hahaha itulah ufeh yang sengaja datang kesini untuk tugas. Sedikit pelukan dan air mata mengalir begitu saja tanpa skenario. Begitu banyak yang ingin diceritankan dan ditanyakan. Rasanya tak ingin dipisahkan lagi tapi disinilah kita berdua dituntut untuk bisa bersikap dewasa. Banyak yang kita bahas termasuk teman-teman yang lain yang sampai saat ini belum ada ada kabar. Saya hanya menanyakan kabar dan menitipkan sakam pada mereka lewat koordinatoor yang saat ini sedang berkunjung L.
13/02/14 hari ini bahan makanan mulai habis, hanya tinggal bihun, telur, mie dan lezet (sebutan untuk labu siam) saja yang tersisa. Hal itulah yang membuat kami bingung terutama saya yang kebagian piket hari ini. Anak-anak posko mulai mengeluh dengan menu lezet yang sudah terlalu sering dimix n mach. Tapi wanita pintar pasti punya 1001 macam cara agar semua bisa menikmatinya. Menu sarapan pagi ini adalah tumis lezet lada hitam dan mie goreng balbal dan walaaaa* disantap habis yaa, hehehh. Ya walaupun terdengar sedikit komentar tapi mereka menyukainya dan menghabiskan sarapannya dengan baik. Yang aku sukai dari teman-teman PPM disini salah satunya, mereka bisa menghargai orang lain dengan baik walaupun banyak diantara kami belum saling mengenal sebelumnya. Peserta PPM di Gunhal emang gak sebanyak peserta di desa yang lain. Banyak yang mengatakan bahwa yang tinggal disini adalah orang-orang buangan dari kelompoknya. Yang dulunya jarang hadir pada saat pengarahan pra PPM dan ketingalan info.
Gunung halu adalah desa terakhir yang dipilih dari 5 Kecamatan Gunung Halu. Kelompok di desa gunhal di bentuk sminggu sebelum PPM dilaksanakan. Jauh sebelum emam desa dari dua kecamatan di resmikan. Hal ini dilakukan karena meledaknya minat mahasiswa STKIP Siliwangi Bandung khususnya tahun angkatan 2013 yang hampir semuanya mengikuti kegiatan ini. Dari jumlah prediksi awal hanya 150 orang sekarang menjadi 272 orang. Hal inilah membuat panitia inti memutuskan untuk menambah desa baru di desa Gunung Halu dan desa Bojong salam.
Kami yang di pindahkan disini sering kali bercerita n berkeluh kesah satu sama lain. Namun, semuanya menyadari bahwa dengan keikhlasan kita semua disini yang sering kali dipindah-pindah kelompok menjadi sebuah keberkahan. Tepatnya keberkahan di gunung halu. Alhamdulillah kita disini bisa lebih cepat mendapatkan posko di banding yang lain. Pasilitas poskonyapun sangat nyaman dan strategis. Kebersamaan dan toleransi selalu dijaga bersama-sama. Status panitia dan peserta bukanlah hal yang menjadi penghalang kami untuk saling bertukar pendapat. Oleh karena itulah saya dan teman-teman yang lain memberi nama Desa Gunung Halu Ikhlas Barokah .
Malam ini tak banyak yang ingin makan malam karena sebelumnya lusi dan pepe membawakan lima nampan nasi beserta lauk pauknya pemberian dari warga. Kami di undang untuk mengikuti pengajian di rumah teteh tetangga. Lusi dan pepe ditunjuk oleh kordinator untuk menghadiri acara itu. Betapa senangnya semua orang yang ada di sini mendapatkan makanan istimewa seperti itu. Ucapan syukur tak henti terucap untuk Tuhan Semesta alam.
Malam ini tim soal LCC datang untuk menyerahkan berkas soal SMP yang akan di lombakan besok. Semua kepanitian LCC yang sudah ditunjuk mulai melakukan simulasi dan teknis perlombaan berlatih dengan serius. Hari ini semuanya telah bekerja keras dan belajar dengan sungguh-sungguh, semoga acara esok hari berjan dengan lancar. Aamiin.
14/02/14 pagi har ini jam menunjukan 07.50 semua panitia LCC sudah bersiap di aula desa untuk briefing dan berdo’a demi kesuksesan LCC SMP di desa Gunung Halu. Satu persatu peserta lomba sekecamatan Gunung Halu mulai berdatangan dan memenuhi kursi aula yang telah disediakan. Sambutan dari aparat desa setempat dan koordinator PPM sudah di bacakan. Lalu lanjut ke acra inti Lomba cerdas cermat yang di ikuti oleh tiga regu persesi. Ada tiga sesi untuk mendapatkan finalis yang akan maju ke babak final hari minggu nanti.
15/05/05 hari sabtu ini saya mendapatkan giliran piket lagi. Setelah hari sebelumnya menggantikan teh uci yang pergi ke Yogya untuk Seminar Matematika. Saya piket dengan empat orang yang lainnya. Hari ini ada satu orang peserta yang sakit dan saya mengantarnya ke Puskesmas terdekat sekaligus belanja di pasar sabtu yang di Gunhal. Selepas semuanya pergi untuk mengajar saya dan dinan meluncur menuju lokasi puskesmas. Awalnya saya tidak percaya dengan apa yang di katakan shela sebelumnya. Bahwa hanya dengan dua ribu rupiah saja kita bisa mendapatkan pelayan kesehatan sudah termasuk obat dan administrasi di puskesmas ini. Murah bingits kan?. Kalo di kota mana bisa dapet segitu. Ya paling murah itu minimal lima ribu, ckckckckck. mungkin inilah yang disebut aneh tapi nyata, wkwkkwkw.
Sore ini kami kedatangan tamu dari cilanggari, desa tetangga. Mereka datang untuk menyiapakan persiapan lomba cerdas cermat tingkat SMA esok hari. Susana posko menjadi ramai dengan kedatangan mereka. Setelah semua persiapan LCC untuk besok selesai dan sholat bersama. Kami semua makan malam bersama-sama dan sedikit berbincang menai persiapan acara besok.
16/02/14 pagi hari ini semua orang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Hari ini sebagian dari peserta selain panitia yang mengurus final LCC di aula desa mengurusi penutupan bimbel posko. Penutupan bimbel posko di adakan di lapangan dekat mesjid teletak beberapa meter dari posko. Bimbel posko ditutup dengan beragai perlombaan khas agustusan yang di kalsifikasi berdasarkan kelas di sekolahnya. Setelah kemarin pendataan peserta lomba bimbel posko beres, semua panitia yang bertugas pada acra ini mulai menyiapakan segala prlengkapannya dengan cekatan. Sebagian sedang mebungkus air dengan plastik, sebagian lagi mengukur dan menggunting tali rapia. Semuanya terlihat kompak dan bekerja sama.
Satu-persatu tim yang lolos menjadi juara LCC SD dan SMPpun telah lancar dilaksanakan. Semuanya bersorak dan berdo’a dengan kesuksesan acara ini. Sebelum pembagian hadiah dan piala dilakukan kami menunggu pengumuman final SMA yang di panitiai oleh tim LCC dari cilanggari. Dan setelah semuanya di daptkan pemenangnya, satu persatu pemenang dipersilahkan menaiki panggung untuk penyerahan hadiah dan piala dari aparat desa setempat beserta koordinator.
17/02/14 Desa gunhal di jadikan sebagai pusat acara di kecamatan Gunung Halu. Karena tempatnya yang strategis dan dekat dari kecamatan. Oleh karena itu acara seminar pendidikan besok untuk persiapan logistik dan konsumsinya di lakukan disini. Peserta bantuan yang di utus dari desa lain mulai berdatangan dari kemari sore.
Acara yang akan dilaksanakan hari ini selain seminar pendidikan di kecamatan yaitu penyuluhan pada masyarakat di desa masing-masing. Seminar pendidikan di isi oleh tiga guru besar dari STKIP Siliwangi yang menggundang para guru dari setiap sekolah sebagai pesertanya. Sedangkan penyuluhan pada masyarakat diisi oleh dua dosen dari prodi masing-masing. Kebetulan yang dantang untuk penyuluhan di gunhal adalah Ibu Wika dan Ibu Ika dari Prodi Bahas Indonesia. Mereka sangat mendukung kegiatan kami disini dengan penuh semangat.
18/02/14 tak terasa hari ini adalah hari terakhir kami di sini, di desa ikhlas barokah. Sudah sepuluh hari kami disini dan rasanya berat untuk berpisah. Banyak di antara kami ingin tinggal lebih lama lagi disini dengan kebersamaan dan kekompakan ini. Kita semua disini sudah menjadi saudara, yang tadinya tidak mengenal sama sekali sekarang bisa berteman begitu akrab. Air mata itupun tak bisa ku tahan, perlahan jatuh dan membasahi pipi. Setelah permainan jujur-juran semalam semuanya lebih terbuka dan segala pertanyaan yang mengganjal bisa segera mendapatkan jawabannya.
Pagi hari ini pukul 07.55 semua orang sudah bersiap dengan barang bawaanya masing-masing. Diacara penutupan PPM ini kami di tugaskan untuk membuat tumpeng. Semua orang sibuk memotong dan mengupas bahan-bahan yang akan dimasak. Tepat pukul 10.50 semuanya telah siap untuk di sajikan dan di bawa ke kantor desa untuk di santap bersama. Tumpeng yang awalnya tidak pernah ada satupun yang berpengalaman membuatnya, tapi hari ini kami berhasil membuatnya. Telur dan biahun yang tersisa di persediaan makanan semuanya diolah dan dihias dengan cantik (nanti, setelah ini saya pelihatkan gambarnya).
12.15 wib kami berpamitan dengan pegawai desa setempat. Tak lupa kamipun berpamitan dan mengucapkan banyak terima kasih pada ibu yang baik hati telah mau berbagi tempatnya dengan kami. Disana juga terlihat beberapa siswa mengantar kepulangan kami dari dekat. Pengalaman dan pelajaran berharga yang kami dapat disini begitu besar dan sulit untuk dilupakan. Semoga setelah kepulangan kami dari sini, jalinan silaturahmi dan ilmu yang di tularkan pada anak-anak calon penerus bangsa ini akan terus terjaga dengan baik. Senyuman tulus dan lambayan tangan dari tubuh-tubuh mungil itupun mengiringi kepergian kami menuju kecamatan dari balik kaca elf.
Setibanya di kecamatan, semua peserta tiap desa sudah berkumpul di aula kecamatan untuk upacara penutupan PPM. Disana banyak saya temui wajah-wajah dengan sejuta cerita di dalam hatinya. Mereka saling bercengkrama satu sama lain, termasuk saya yang menemukan kembali sahabat bagai pong-pong-pong. Sapa, pelukan dan candaan itu kembali hadir disini. Setelah sepuluh hari terpencar di sudut-sudut desa hari ini kami berkumpul kembali dengan teman baru dan cerita baru. Terima kasih J.
——— SEKIAN ———
by, Siti Marisa
like this. 😉 I miss you all. (*^?^*)
like this. 😉 I miss you all. (*^?^*)