Waktu itu di hari Selasa pagi, tepatnya pada tanggal 1 Juli 2014 para mahasiswa PNF (Pendidikan Non Formal) Universitas Negeri Surabaya pergi ke daerah Claket, Pacet. Tujuan kita kesana yaitu untuk mematangkan sebuah acara tahunan HMJ PNF dalam rangka menyambut mahasiswa baru Pendidikan Non Formal UNESA. Setelah sesampainya disana sedikit diadakan diskusi mengenai apa yang akan kita lakukan nanti. Beberapa waktu kemudian dengan mengingat dan meninjau beberapa hal kami-pun memutuskan untuk melakukan sebuah perjalanan yang nantinya akan dimasukan ke dalam rangkaian acara penyambutan Maba (mahasiswa baru) yang sering kita kenal dengan sebutan Jerit Malam.
Informasi pertama yang kita peroleh perjalanan yang akan kita lalui sekitar 3 s/d 4 Km. Tidak ingin lama memunculkan pikiran akan jauhnya perjalanan yang kita tempuh, maka kita langsung saja bergegas jalan. Dengan minimnya pengarahan dari petugas yang bersangkutan dengan tempat tersebut, membuat kita sedikit memilih jalan mana yang akan kita lalui. Karena cukup banyaknya personil yang kita bawa maka kondisi jalan yang sempit juga medan yang curam dan ditambahnya hutan belantara yang belum kita kenal, akhirnya kita dapat menemukan jalan keluarnya. Waktu itu tinggal beberapa puluh meter saja dengan medan yang cukup menanjak, salah satu di antara kita ada yang mendengar suara seseorang tua berada di jurang hutan yang di kelilingi bambu. Karena timbul rasa penasaran maka kami-pun mencoba melihatnya. Dan ternyata benar di dalam jurang yang cukup curam seorang nenek tua sedang berusaha menaikkan beberapa bambu yang telah diikatnya. Persepsi awal kami dia seorang lak-laki, karena curamnya medan yang hampir tidak mungkin seorang nenek tua bisa turun ke bawah apalagi membawa bambu yang cukup banyak. Dengan seringnya nenek tersebut terombang-ambing dan hampir tidak kuat menaikkan bambu, maka terbuka pikiran kami untuk menolongnya. Beberapa dari kami langsung turun kebawah untuk menolong membawakan bambu itu keatas jurang. Yang kami rasakan juga sedikit susah menaikkan bambu itu padahal kita masih muda. Itu menandakan karena memang sulitnya medan. Perkiraan kami hanya beberapa bambu yang sudah diikatnya saja yang akan di bawa naik, dan ternyata itu salah, masih banyak bambu-bambu yang rencananya juga ikut dibawa ke atas jurang. Dan kami tidak bisa membayangkan betapa sulitnya nenek tersebut menaikkan bambu-bambunya tanpa bantuan kami. Di sisi lain juga rumah yang ditempati nenek tersebut juga jauh dari lokasi bambu-bambu itu. Sungguh ironis peristiwa yang akan terjadi nanti, yang tanpa kami nenek itu mondar-mandir dari rumah ke hutan dengan jalan setapat naik turun ditambah beban dari banyak bambu yang akan dibawanya. Betapa capeknya beliau.
Dari sini kami dapat mengambil sedikit pelajaran akan pentingnya memiliki jiwa sosial. Karena sedikit uluran tangan kita sangat membantu bagi yang membutuhkan, walaupun sering kita beranggapan itu tidak seberapa. Itulah yang di nash-kan bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri, dan kita tetap berlabel makhluk sosial. “Sedikit kejadian tersebut timbul kiat-kiat baru dalam diri kita, jikalau seorang nenek yang sudah tua memiliki etos kerja yang tinggi untuk memenuhi kebutuhannya, kenapa kita pemuda yang masih kuat tidak lebih kuat dan giat dalam memuhi segala tanggung jawab yang kita emban dalam hidup ini”.
“SALAM HEBAT PNF”
Dikirim melalui BBM pada tanggal 30 september 2014 oleh
Gita Amanda
PLS UNESA