Catatan Agil Hari Pertama (2) Di Bengkulu

Melanjutkan posting yang sebelumnya “Catatan Agil Hari Pertama di Bengkulu“, saya akan mencoba untuk mengingat dan mereview kembali sesi tanya jawab pada saat seminar nasional di UNIB (Universitas Bengkulu), ada beberapa yang tidak tercatat oleh memori saya, tetapi semoga memori yang hilang tersebut tidak mengurangi substansi.

Menurut saya pribadi, sesi tanya jawab ini kurang begitu greget.

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab, dari mulai kendala waktu yang sempit, serta paparan materi yang agak sedikit “melenceng” dari tema.

Dosen UNIB

Pertanyaan pertama datang dari dosen UNIB, salah satu pertanyaannya adalah ketika mahasiswa atau alumni meminta lahan pekerjaan, sedangkan ada mata kuliah kewirausahaan kenapa tidak dapat membuat mahasiswa menjadi wirausahawan atau membuka lapangan pekerjaan sendiri.

Pertanyaan ini awalnya ditujukan kepada saya, namun ternyata dijawab oleh Prof. Jamaris Jamna dengan garis besar, bahwa selain permasalahan teori, mahasiswa juga harus diperbanyak dengan pembelajaran di lapangan agar lebih dapat dan cepat mengaplikasikan teorinya.

Abdi Unimed

Saudara Abdi dari UNIMED (Universitas Negeri Medan) menjadi penanya kedua, banyak sekali pertanyaannya yang ditujukan kepada Prof. Jamaris Jamna dan Kepala Dinas Pendidikan Bengkulu, namun yang tercatat oleh saya adalah pertanyaan tentang konsep Dual Degrees bagi lulusan jurusan PLS yang sempat dilontarkan oleh Prof. Jamaris Jamna.

Konsep ini adalah tentang dua keahlian yang dapat menjadi pengakuan di masyarakat bagi lulusan PLS, yang pertama dapat menjadi lulusan PLS “murni” dan yang kedua dicontohkan dapat menjadi guru Sosiologi. Saudara Abdi tidak sepakat dengan konsep ini sehingga masih mempertanyakan kemungkinannya

Prof. Jamaris Jamna menjawab pertanyaan tersebut dengan menyebutkan  masih perlu berubahnya ilmu PLS karena usianya yang masih muda dan jauh berbeda dengan keilmuan Hukum, Kedokteran dan lain – lain, sehingga konsep Dual Degrees dirasa relevan untuk melihat peluang bagi lulusan PLS dan konsep ini juga mempunyai payung hukum.

santoso

Sesepuh PLS saudara Santoso menjadi penanya berikutnya.

Bagi saya jika dipahami secara mendalam pertanyaannya cukup menukik 😆 . Santoso mempertanyakan tentang kenapa mahasiswa harus menjadi “Galau” dan kenapa dosen – dosen juga tidak mencoba untuk menghilangkan kegalauan tersebut.

Saya menjawab bahwa kata “Galau” seharusnya tidak dipakai dalam permasalahan ini, karena kesan yang didapat adalah begitu lemah dan rendahnya mahasiswa yang mempertanyakan tentang “kejelasan” profesi bagi lulusan PLS.

Secara simpel permasalahan ini hanya berujung pada pertanyaan “Apa pekerjaan (Profesi) dari lulusan PLS”. Saya hanya meminta kejujuran dari para dosen untuk menjawab. Jika ada tolong disebutkan dan jika tidak ada, apa yang harus kita perbuat? dan tidak menjustifikasi mahasiswa yang mempertanyakan ini adalah mahasiswa yang “meminta – minta” pekerjaan.

Black

Selanjutnya saudara jauh Arif (BLACK) dari UNDANA ikut berbicara. Beliau mempertanyakan kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Bengkulu tentang permasalahan PNF yang telah dipaparkan. Salah satu permasalahan yang diangkat adalah tentang SDM di Dinas Pendidikan yang dirasa masih sangat kurang.

Black mencoba membuat sebuah masukan agar PLS UNIB bisa menjadi pemasok SDM bagi Dinas Pendidikan karena dirasa memang lulusan PLS dicetak untuk menjadi ahli di bidang PNF. Masukan ini mendapatkan dukungan yang lumayan, terbukti dengan banyaknya apllause dari peserta Seminar.

Kepala Dinas Pendidikan menjawab bahwa permasalahan pengangkatan pegawai tidak hanya dari SKPD atau Dinas saja, tapi juga dari peraturan pemerintah dan masukan yang lainnya. Namun menurut beliau memang hal ini harus menjadi sebuah prioritas, dikarenakan sarjana PLS sendiri yang ada di Dinas Pendidikan baru berjumlah satu orang.

Masih banyak sebenarnya pembahasan yang ada dalam seminar ini, namun karena keterbatasan memori saya jadi tidak dapat direkam dengan baik. Mungkin kedepannya notulensi memang harus dibuat dalam setiap kegiatan.

Walaupun pembahasan menjadi “melenceng” dari tema seminar, akan tetapi saya merasa justru hal inilah yang sebenarnya harus segera disikapi oleh seluruh elemen di jurusan PLS (Dosen, Mahasiswa, Alumni).

Dan secara keseluruhan saya merasa puas telah menjadi saksi dan bagian dari suksesi acara ini.

NB : Jika ada dalam catatan ini yang dirasa kurang pas mohon untuk memberikan klarifikasi dan akan saya perbaiki

penyerahan kenang-kenangan

Postingan selanjutnya adalah tentang IT2 dan ramah tamah serta diskusi kecil bersama Dosen – dosen PLS UNIB

Comments

Satu tanggapan untuk “Catatan Agil Hari Pertama (2) Di Bengkulu”

  1. Avatar rONGGO

    SAYA tertarik pada
    “Pertanyaan pertama datang dari dosen UNIB, salah satu pertanyaannya adalah ketika mahasiswa atau alumni meminta lahan pekerjaan, sedangkan ada mata kuliah kewirausahaan kenapa tidak dapat membuat mahasiswa menjadi wirausahawan atau membuka lapangan pekerjaan sendiri.”

    jika ada yang baca ini tolong pastikan dosen tersebut apakah berwira swasta, dan tolong juga tanyakan pendapatan dari berwiraswasta sama dosen besar mana>?

    lasung saja saya jawab jika dia tidak berwiraswasta dan hanya mengandalkan pendapatan dari dosen saja maka ia adalah orang yang monafik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *