ABSTRAK
Interaksi educatif merupakan suatu kebutuhan yang mendasar bagi peserta didik sebagai makhluk sosial kemasyarakatan. Interaksi inilah yang kemudian membuat peserta didik mudah bergaul dengan teman sebayanya dalam koridor pembelajaran, meskipun dalam pelaksanaannya banyak variabel yang tidak sesuai dengan harapan harapan yang dicanangkan sebagai tujuan pembelajaran. Hal ini disebabkan karena kurangnya filterisasi peserta didik dalam memilah serta memilih pergaulan teman sebaya. Berdasarkan hasil penelitian oleh Zuhaira Kusuma bahwa ada pengaruh motivasi belajar dan kedisiplinan belajar terhadap prestasi belajar (89,5%). Motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar mata pelajaran akuntansi (62,09%). Disiplin belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar mata pelajaran akuntansi (48,58%).
Relations Association Peers With the Effectiveness of the Learning Condusivitness And its Effects on the Learning Achievements of Students.
By: Wandi Sugih Triyana
NIM: 2221170023
ABSTRACT
Educatif interaction is a fundamental requirement for learners as social beings. This interaction then make learners easy to get along with peers in the learning corridor, though in practice many variables that do not correspond to the expectations the expectations defined as learning objectives. This is because of the lack of students in the filter to sort and select Association peers. Based on the results of research by Kusuma Zuhaira that there is influence the motivation to learn and learning discipline against the learning achievements (89.5%). The motivation of learning effect on the achievements of learning subjects (accounting for 62.09%). The discipline of learning effect on the achievements of learning subjects accounting (48.58%).
PENDAHULUAN
Pendidikan normalnya berkonsentrasi terhadap pengembangan kompetensi peserta didik sebab peserta didik adalah fokus utama dalam tujuan pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, melahirkan warga negara yang berintegritas, berwawasan tinggi, berkarakter, serta akhlakul karimah. Oleh karena itu pendidikan seyogyanya mampu memberikan penunjang pembelajaran yang terbaik agar supaya terciptanya suasana pembelajaran yang aktif, kondusif, dan substantif.
Dalam pelaksanaannya, penddikan Di Indonesia belumlah benar benar berjalan dengan baik sesuai koridor utama pembentukan kurikulum dan bahan ajar lainnya. Hal ini dikarenakan oleh aspek aspek pendukung pembelajaran yang belum terpenuhi seperti fasilitas belajar, design pembelajaran, kompetensi guru, suasana kelas, dan lain sebagainya.
Guru merupakan kurikulum yang sesungguhnya. Kualitas guru merupakan faktor paling dominan yang mempengaruhi kualitas pendidikan setelah motivasi yang dia bangun kepasa peserta didik. Ekosistem dan tuntutan pendidikan yang dinamis mengikuti perkembangan zaman, mengharuskan perubahan design pembelajaran dan praktik pemelajaran yang lebih kreatif dan inovatif. Pembelajaran haruslah menyenangkan, menggairahkan dan mencerahkan. Pergaulan diluar juga merupakan faktor penting sebab motivasi eksternal murid terbangun cukup kuat didalam pergaulan diluar kelas. Sekolah bukan lagi tempat penyeragaman namun tempat menumbuhkembangkan keragaman potensi peserta didik, kegemarannya, cita cita, bahkan keyakinan pada diri setiap individu peserta didik. Dan hal tersebut seharusnya menjadi sumber utama kreatifitas dan inovasi dalam penentuan tujuan pembelajaran yang solutif.
Sekolah adalah suatu lembaga ataupun tempat untuk belajar, membaca, menulis, bahkan bermain. Sekolah merupakan bagian integral dari suatu masyarakat yang berhadapan dengan realitas sebenarnya yang terdapat dalam suatu masyarakat pada masa sekarang. Sekolah juga merupakan lingkungan kedua setelah rumah untuk peserta didik melatih kepribadiannya, soft skill maupun hard skill nya. Kognitif, afektik bahkan psikomotorik peserta didik. Jadi, sekolah sebagai suatu sistem sosial merupakan sekumpulan elemen kegiatan yang berinteraksi dan membentuk satu kesatuan sosial yang ada dilingkungan sekolah yang kemudian pada akhirnya membentuk sesuatu yang bermanfaat khususnya bagi masyarakat sekitar, umunya bagi nusa bangsa dan agama. Dalam hal ini adalah orang orang terdidik. Oleh karena itulah sekolah dituntut agar mampu menciptakan suasana yang harmonis, kondusif serta memberkan sensasi kenyamanan dalam proses pembelajaran dan dinamika dalam sekolah itu sendiri. Disamping itu sekolah juga dituntut agar bertanggung jawab secara penuh terhadap perkembangan peserta didik dan peningkatan mutu pendidikan khususnya dilingkungan sekolah itu berada dengan memanfaatkan komponen komponen sekolah yang maksmal dalam kehidupan bermasyarkat secara nyata disekitarnya.
Pesrta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal, pendidikan informal maupun pendidikan nonformal, pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Peserta didik merupakan komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Masing masing peseta didik sebagai individu juga subjek belajar memiliki karakteristik ataupun ciri ciri tersendiri. Kondisi atau keadaan yang terdapat pada mamsing masing siswa dapat mempengaruhi bagaimana proses belajar peserta didik tersebut. Dengan kondisi peserta didik yang mendukung maka pembelajaran dapat dilakukan dengan lebih baik, sebaliknya pula apabila karakteristik peserta didik yang lemah maka dapat menjadi hambatan dalam proses belajar mengajar. Keadaan peserta didik bukan hanya berpengaruh terhadap bagaimana belajar masing masing individu peserta didik, bagi penulis hal itu juga dapat mempengaruhi proses belajar masing masing peserta didik dan mempengaruhi proses pembelajaran secara komprehensif bahkan peserta didik yang lain.
Maka dari itu kondisifitas pembelajaran harus dibangun oleh semua elemen sekolah agar pengaruh yang dihasilkan pula berdampak positif bagi keberlangsungan kegiatan pembelajaran. Jika pengaruhnya positif, maka akan memberikan dampak yang baik bagi proses pembelajaran, namun tentu saja apabila dampaknya negatif maka akan terdapat karakterstik atau keadaan dari siswa yang kurang baik serta berpengaruh buruk terhadap proses pembelajaran. Pada akhirnya, guru yang menjadi sentral bagi pembelajaran, diharuskan mengetahui dan mengenal karakteristik peseeta didik bahkan latar belakang pergaulannya atau keadaan yang sebenarnya terjadi pada masing masing peserta didik.
Selain daripada faktor faktor diatas yang sudah penulis tulis, faktor lain yang mempengaruhi pengembaangan potensi dan prestasi peserta didik adalah pergaulannya dengan teman seoermainan. Pergaulan teman sepermainan dapat dikatakan mempunyai peranan yang sangat penting sebab peserta didik cenderung lebih dekat dengan temannya dibandingkan dengan keluaga apalagi dengan tenaga pendidik. Hanya saja peserta didik pada umumnya belum mampu memfilter pergaulan, belum mampu secara sadar memilah dan memilih dengan siapa dia bergaul.
Pada anak usia sekolahan pada umumnya pasti ada dorongan untuk bergaul dengan orang lain. Hal tersebut sudah menjadi kebutuhan psikologis peserta didik. Oleh karenanya apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, anak tidak akan merasa bahagia karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang pastinya membutuhkan bantuan orang lain yang tidak dapat hidup sendiri, perlu sekali anak didik berinteraksi dengan orang lain supaya terjaganya emosional yang positif bagi keberlangsungan kegiatan pembelajaran yang ada disekolah.
KAJIAN LITERATUR
Pergaulan adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan segala hal yang berhubungan dengan orang lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:296) menerangkan bahwa kata pergaulan berasal dari ‘gaul’ yang berarti hal bergaul, sedangkan kata pergaulan memiliki arti: ’hal bergaul‘ atau ‘kehidupan bermasyarakat’.
Pusat Bahasa (2008: 421), menjabarkan “gaul atau bergaul berarti hidup berteman, sedangkan pergaulan merupakan perihal bergaul yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat”. Pergaulan merupakan suatu interaksi yang terjadi antara individu dengan individu atau individu dengan kelompok. Bergaul pada hakekatnya merupakan suatu kebutuhan dasar manusia dimana terdapat keinginan dan dorongan untuk menjalin interaksi dengan orang lain. Keinginan bergaul yang terjadi pada remaja atau anak-anak dimaksudkan untuk mendapatkan perkembangan sosial yang seimbang pada diri mereka. Perkembangan kehidupan sosial remaja juga ditandai dengan gejala meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan mereka. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk berhubungan atau bergaul dengan teman sebaya mereka (Desmita, 2005: 219).
Menurut Abdullah Idi (2011: 83), pergaulan adalah “kontak langsung antara individu yang satu dengan individu yang lain”.
Menurut Sudarwan Danim (2010: 139), tentang teman sebaya Teman sebaya berpengaruh penting dalam perkembangan pikiran, perasaan, dan aspirasi anak sepanjang hidupnya. Pergaulan teman sebaya menawarkan kepada anak-anak dan orang dewasa kesempatan yang sama untuk mengembangkan berbagai keterampilan sosial, seperti kepemimpinan, berbagai kerjasama tim, dan empati. Selanjutnya, anak yang telah masuk ke lingkungan sekolah akan memiliki pengalamanpengalaman baru, dimana mereka akan mengenal para guru, teman sebaya, orang dewasa lain, tugas-tugas sekolah dan lingkungan fisik yang berbeda dengan rumah. Pendapat ini menekankan bahwa pergaulan dengan teman sebaya berpengaruh terhadap perkembangan seseorang sejak anakanak hingga tumbuh menjadi dewasa sebagai salah satu cara untuk membentuk jati dirinya. Teman sebaya bisa dikatakan sebagai pengganti keluarga ketika seorang anak sedang berada di luar rumah.
Pendapat lain dikemukakan oleh Slavin, Robert E (2008: 98) bahwa, “teman sebaya merupakan orang yang mempunyai kesamaan dalam usia dan status”. Dengan kesamaan tersebut biasanya seseorang merasa sependapat dan selevel dengan pemikiran dirinya. Dengan demikian, seseorang yang selevel dalam segi usia dan status dengan dirinya tingkat kesesuaiannya lebih tinggi dari pada dengan orang yang tidak seusia. Sedangkan menurut Newcomb & Bagwell dalam Slavin, Robert E (2008: 98), bahwa: Hubungan dengan teman sebaya selama masa-masa pra sekolah, teman sebaya (anak-anak yang lain mempunyai usia yang sama) mulai memainkan peran yang makin penting dalam perkembangan sosial dan kognitif anak-anak. Tidak mengherankan bahwa pergaulan teman sebaya sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa anak usia sekolah. Anak-anak pada usia sekolah akan memiliki kecenderungan pada pembentukan kelompok sendiri yang berbeda dengan usia dewasa. Pembentukan tersebut lebih didasarkan pada kepemilikan harapan-harapan, kultur, dan kepentingan sendiri yang berbeda dari apa yang dimiliki oleh usia dewasa, khususnya orang tua. Kelompok pergaulan teman sebaya merupakan lingkungan kedua setelah keluarga yang berpengaruh bagi kehidupan anak. Kuatnya pengaruh teman sebaya mengakibatkan melemahnya ikatan anak dengan orang tua, sekolah, dan masyarakat yang lain.
Seperti yang dipaparkan Selman & Selman dalam Sarlito W. Sarwo (2012:161), bahwa: Pada usia 9-15 tahun hubungan perkawanan merupakan hubungan yang akrab yang diikat oleh minat yang sama, kepentingan bersama, dan saling membagi perasaan, saling tolong menolong untuk memecahkan masalah bersama. Pada usia yang lebih tinggi, 12 tahun ke atas, ikatan emosi bertambah kuat dan mereka makin saling membutuhkan, akan tetapi mereka juga saling memberi kesempatan untuk mengembangkan kepribadiannya masing-masing.
Menurut Ki Hajar Dewantara lingkungan pergaulan dibagi menjadi tiga yang lebih dikenal dengan tripusat pendidikan, yaitu:
1. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan miniatur dari masyarakat dan kehidupannya sehingga pengenalan anggota keluarga sedikit banyaknya pasti akan memberikan warna pada pandangan anak dan kehidupan sosial bermasyarakat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam lingkungan keluarga antara lain: status sosial ekonomi, suasana belajar, pola asuh orang tua, dan dukungan orang tua.
2. Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan tempat dimana anak melakukan kegiatan belajar secara arah dan terprogram dengan baik. Pergaulan sekolah berati segala kegiatan antara guru dengan siswa yang meliputi kegiatan pembelajaran, interaksi sosial serta komunikasi personal antar warga sekolah. Sehingga lingkungan pergaulan sekolah adalah lingkungan di mana guru dan siswa melakukan kegiatan belajar mengajar serta interaksi sosial dan komunikasi personal antar warga sekolah.
3. Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan yang berada di sekitar siswa yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan siswa termasuk mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Lingkungan masyarakat yang dapat mempengaruhi antar lain: pola hidup masyarakat, teman bergaul,dan media massa.
Lingkungan belajar ialah segala sesuatu yang terdapat di tempat belajar Hutabarat (1986). Sedangkan Nasution (1993), membagi lingkungan belajar menjadi dua yaitu lingkungan alami dan lingkungan sosial. Lingkungan alami seperti keadaan suhu, kelembaban udara, sedangkan lingkungan sosial dapat berwujud manusia dan representatifnya maupun berwujud hal-hal lain. Prestasi belajar itu salah satunya dipengaruhi oleh lingkungan belajar. Menurut Dunn dan Dunn (dalam Mudhofir, 1999) kondisi belajar dapat mempengaruhi konsentrasi, pencerapan, dan penerimaan informasi. Senada dengan hal di atas Rachman (1998/1999) menyatakan lingkungan fisik tembat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa lingkungan belajar berpengaruh terhadap hasil belajar.
Indra Djati Sidi (2005:148–150), menegaskan dalam menata lingkungan belajar di kelas yang menarik minat dan menunjang peserta didik dalam pembelajaran erat kaitannya dengan keadaan lingkungan fisik kelas, pengaturan ruangan, pengelolaan peserta didik dan pemanfaatan sumber belajar, pajangan kelas, dan lain sebagainya.”
Indra Djati Sidi (1996) dalam Cope (No. 02 tahun VI Desember 2002 : 36), menegaskan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, setiap pembelajar harus dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, suasana interaksi pembelajaran yang hidup, mengembangkan media yang sesuai, memanfaatkan sumber belajar yang sesuai, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran, dan lingkungan belajar di kelas yang kondusif. Agar pembelajaran benar-benar kondusif maka pembelajar mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan kondisi pembelajaran tersebut. Di antara yang dapat diciptakan pembelajar untuk kondisi tersebut adalah penciptaan lingkungan belajar. Lingkungan belajar menurut Muhammad Saroni (2006:82-84), adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Lingkungan ini mencakup dua hal utama, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial, kedua aspek lingkungan tersebut dalam proses pembelajaran haruslah saling mendukung, sehingga peserta didik merasa kerasan di sekolah dan mau mengikuti proses pembelajaran secara sadar dan bukan karena tekanan ataupun keterpaksaan.
Menurut Ormrod (2006) untuk menciptakan peserta didik belajar maka perlu diciptakan lingkungan sekolah yang baik adalah lingkungan yang nyaman sehingga anak terdorong untuk belajar peserta didik berprestasi serta membangun pengetahuannya sendiri. Ada beberapa karakteristik lingkungan sekolah yang nyaman sebagai tempat belajar (Burstyn & Stevens dalam Ormrod, 2006), yaitu:
· Sekolah mempunyai komitmen untuk mendukung semua usaha peserta didik agar sukses baik dalam bidang akademik maupun sosial.
· Adanya kurikulum yang menantang dan terarah.
· Adanya perhatian dan kepercayaan peserta didik serta orang tua terhadap sekolah.
· Adanya ketulusan dan keadilan bagi semua peserta didik, baik untuk peserta didik dengan latar belakang keluarga yang berbeda, beda ras maupun etnik.
· Adanya kebijakan dan peraturan sekolah yang jelas. Misalnya panduan perilaku yang baik, konsekuensi yang konsisten, penjelasan yang jelas, kesempatan menjalin interaksi sosial serta kemampuan menyelesaikan masalah.
· Adanya partisipasi peserta didik dalam pembuatan kebijakan sekolah.
· Adanya mekanisme tertentu sehingga peserta didik dapat menyampaikan pendapatnya Secara terbuka tanpa rasa takut.
· Mempunyai tujuan untuk meningkatkan perilaku prososial seperti berbagi informasi, Membantu dan bekerja sama.
· Membangun kerja sama dengan komunitas keluarga dan masyarakat.
· Mengadakan kegiatan untuk mendiskusikan isu-isu menarik dan spesial yang berkaitan dengan peserta didik.
Slameto (2010:73) mengemukakan bahwa cara belajar yang buruk merupakan penyebab masih cukup banyaknya siswa yang sebenarnya pandai tetapi hanya meraih prestasi yang tidak lebih baik dari siswa yang sebenarnya kurang pandai tetapi mampu meraih prestasi yang tinggi karena mempunyai cara belajar yang baik. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap berhasil tidaknya siswa dalam proses belajar mengajar adalah lingkungan keluarga (Slameto, 2010:60). Lingkungan keluarga merupakan pengaruh pertama dan utama bagi kehidupan, pertumbuhan, dan perkembangan seseorang. Faktor lingkungan keluarga pernah diteliti secara parsial, Khafid dan Suroso (2007) dalam jurnal penelitiannya menyatakan lingkungan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan Sejatiningtyas(2009) yang menyimpulkan ada pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar siswa. Sugihartono dkk (2013: 76), menyebutkan terdapat 2 faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1) Faktor internal adalah faktor yang ada di dalam individu. Faktor internal meliputi faktor jasmaniah dan faktor psikologi. Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh, sedangkan faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan. 2) Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal yang berpengaruh dalam belajar meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
PEMBAHASAN
Homo homonilupus atau manusia adalah teman bagi manusia lainnya merupakan istilah yang diutarakan oleh seorang filsuf berlatar belakang ekonomi, Adam Smith yang kemudian dapat kita alih bahasakan sebagai representasi dan dalih dalam perjalanan kehidupan kita sebagai makhluk sosial untuk pergaulan. Baik buruk, suka duka, tawa dan tangis, menjadikan warna ntuk segala kehidupan pembelajaran kita sebagai makhuk educatif. Pergaulan merupakan kebutuhan setiap individu kususnya peserta didik. Sebab motivasi terbesar dalam pembelajaran ada pada lingkungan tempat bermain.
Didalam kehidupan sosial, seseorang dituntut untuk melakukan interaksi dengan pergaulannya dengan berbagai pihak. Contohnya peserta didik saat berada didalam lingkungan keluarga, dia berinteraksi dengan ibu, ayah, adik, dll. Berbeda dengan dia saat berada dalam lingkungan sekolah, orang yang dijumpainya merupakan teman sebya yang sama sama berstatus pelajar dan guru. Saat berada dalam lingkungan pergaulan, seorang peserta didik akan mendapatkan hal hal baru yang seelumnya belum dia keahui sebab dalam bergaul peserta didik akan sama sama dengan temannya sharring session dan bahkan sampai ke tahap transfer of knowladge. Sebab dalam proses interaksi dalam pergaulan, peserta didik masih mempertahankan enersi kuriositasnya sebab itu merupakan originalitas seorang pelajar.
Pergaulan dapat bernilai paedagogi (pergaulan yang bernilait pendidikan) dan bernilai non paedagogis (tidak bernilai pendidilan). Pergaulan yang tidak bernilai pendidikan juga sebenarnya tidak selalu memberikan dampak yang buruk bagi peserta didik, terkadang pergalan tersebut asalkan peserta didik mampu memfilterisasi pergaulan yang kurang baik bagu nya akan selalu bermanfaat bagi perkembangan pemahaman peserta didik. Pergaulan tersebut terkadang disebut oleh penulis sebagi pergaulan demagogis atau pergaulan yang hanya akan membawa dampak buruk bagi seiap orang yang terlibat didalamnya.
Terkadang pergaulan juga dapat menimbulkan cita cita meskipun tidak selalu permnnen. Artinya, dalam pergaulan yang dihadapi peserta didik banyak sekali manfaatnya bahkan sampai ke cita cita sebab dalam pergaulan tersebut, timbul efek imitasi atau tindakan meniru terhadap apapun yang dia sukai atau digemari. Contohnya, seorang anak secara rutin melihat suoer hero ditelevisi, anak akan secara tidak langsung akan menstimulus pemikirannya merefleksi kegiatan pahlawan fiktif tersebut sehingga melakukan kegiatan yang sama dalam kegiatannya bergaul atau bermain. Hal tersebut tidak terlepas dari kodrat manusia sebagai makhluk yang gemar melakukan meniru terhadap sesuatu yang digemari.
Faktor pergaulan teman sebaya juga akan menentukan efektifitas dan kondusifitas dalam kegiatan pembelelajaran, teman yang baik akan membawa enersi kuriositas yang tinggi begitupun sebaliknya apabila temen sebaya dan pergaulannya kurang baik juga akan mempengaruhi motivasinya akan pentingnya belajar. Lebih jauh lagi peserta didik akan semakin terganggu psikologisnya hanya karena mempunyai masalah dengan pergaulan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik yang kemudian penulis formulasikan sebagai bentuk fleksibilitas penyelesaian permasalahan yang menghambat proses belajar, suasana kelas, motivasi dan prestasi peserta didik. Diantara faktor tersebut adalah:
1. Faktor Internal
Merupakan faktor yang dalam individu itu sendiri. Adanya dorongan untuk memotivasi diri sendiri serta hasrat kuriositas dan enersi intelektual peserta didik. Dalam hal berprestasi, faktor internal ini merpakan dorongan atau motivasi dalam diri peserta didik untuk berprestasi. Seperti fokus perhatian terhadap mata pelajaran rerkhusus mata pelajaran yang paling dminatii, menghalau semua masalah maslaah pribadi, menerima dan mengingat pembelajaran bahkan peserta didik harus mampu menerapkan hasil proses belajar tersebut, serta menggeneralisir persoalan persoalan lainnya yang menghambat motovasinya dalam belajar.
2. Faktor Eksternal
Merupakan faktor yang berasal dari luar peserta didik. Seperti sarana pra sarana, tenaga pendidik, fasilitas sekolah, media pembelajara yang kurang kreatif dan invatif, faktor lingkungan. seperti lingkungan kelas, sekolah, keluarga dan masyarakat termasuk teman sebaya.
Pengaruh pergaulan teman sebaya dalam proses pembelajaran juga membuat siswa sulit untuk dokus belajar karena faktor masalah yang dihadapinya dengan teman sebaya tadi. Terkadang dalam kegiatan pembelajaran berlangsung peserta didik mengibrol dengan peserta didik lain yang mengjaknya ini justru akan menghambat efektifitas dan kondusifitas pembelajaran didalam kelas. Selain itu juga ada siswa yang membuat kelompok kelompok tertentu didalam satu kelas. Oleh karena itu pergaulan teman sebaya sangat berpengaruh dalan proses kegiatan pembelajaran khususnya efektifitas dan kondusifitas pembelajaran didalam kelas.
Disamping menghambat efektifitas dan kondusifitas kegitan pembelajaran, pergaulan juga mempengaruhi prestasi peserta didik. Hal ini jelas berpengaruh sebab pesesrta didik akan terhambat motivasinya untuk benar benar serius dalam belajar. Seperti yang sudah penulis sampaikan bahwa pergaulan yang baik akan membawa dampa yang baik terhadap minat belajar, motivasi belajar, bahkan prestasi peserta didik.
Dalam penelitian yang ditulis dalam dalam jurnal skripsi oleh saudari Retno Singga Dewi menunjukan bahwa lingkungan teman sebaya berpengaruh terhadapn hasil belajar siswa SMA Negeri Semarang sebesar 18%. Faktor lainnya tidak lain adalah motivasi belajar peserta didik menurun karena merosotnya efektivitas dan kondusifitas proses pembelajaran. Disamping itu, juga media pembelajaran yang kurang efektif dan kreatif. Kurang optimalnya motivasi siswa juga dapat dilihat dari peserta didik terkadang jarang mau bertanya kepada guru terkait pelajaran, peseta didik lebih terkait membicarakan hal lai seperti perkembangan media maya, issue issue yang sedang hangat dalam media publik serta membicarakan teman sebaya laiinya yang tidak tergabung dalam kelompoknya.
Peserta didik akan mendapatkan hasil belajar yang optimal atau berprestasi apabila dalam diri peserta didik itu sendiri mempunyai kemauan untuk berprestasi. Selain itu hasil belajar yang optimal akan terapai sesuai tujuan pembelajaran apabala faktor lain untuk mendorong peserta didik selalu bersemangat dalam belajar, yaitu faktor pergaulan teman sebaya yang mendukung.
SIMPULAN
Sekolah merupakan bagian integral dari suatu masyarakat yang berhadapan dengan realitas sebenarnya yang terdapat dalam suatu masyarakat pada masa sekarang. Sekolah juga merupakan lingkungan kedua setelah rumah untuk peserta didik melatih kepribadiannya, soft skill maupun hard skill nya. Kognitif, afektik bahkan psikomotorik peserta didik. Jadi, sekolah sebagai suatu sistem sosial merupakan sekumpulan elemen kegiatan yang berinteraksi dan membentuk satu kesatuan sosial yang ada dilingkungan sekolah yang kemudian pada akhirnya membentuk sesuatu yang bermanfaat khususnya bagi masyarakat sekitar, umunya bagi nusa bangsa dan agama. Dalam hal ini adalah orang orang terdidik. Oleh karena itulah sekolah dituntut agar mampu menciptakan suasana yang harmonis, kondusif serta memberkan sensasi kenyamanan dalam proses pembelajaran dan dinamika dalam sekolah itu sendiri.
Menurut Slameto (2010:73) mengemukakan bahwa cara belajar yang buruk merupakan penyebab masih cukup banyaknya siswa yang sebenarnya pandai tetapi hanya meraih prestasi yang tidak lebih baik dari siswa yang sebenarnya kurang pandai tetapi mampu meraih prestasi yang tinggi karena mempunyai cara belajar yang baik. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap berhasil tidaknya siswa dalam proses belajar mengajar adalah lingkungan keluarga (Slameto, 2010:60). Lingkungan keluarga merupakan pengaruh pertama dan utama bagi kehidupan, pertumbuhan, dan perkembangan seseorang. Faktor lingkungan keluarga pernah diteliti secara parsial, Khafid dan Suroso (2007) dalam jurnal penelitiannya menyatakan lingkungan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan Sejatiningtyas (2009) yang menyimpulkan ada pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar siswa
Faktor pergaulan teman sebaya juga akan menentukan efektifitas dan kondusifitas dalam kegiatan pembelelajaran, teman yang baik akan membawa enersi kuriositas yang tinggi begitupun sebaliknya apabila temen sebaya dan pergaulannya kurang baik juga akan mempengaruhi motivasinya akan pentingnya belajar. Lebih jauh lagi peserta didik akan semakin terganggu psikologisnya hanya karena mempunyai masalah dengan pergaulan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik yang kemudian penulis formulasikan sebagai bentuk fleksibilitas penyelesaian permasalahan yang menghambat proses belajar, suasana kelas, motivasi dan prestasi peserta didik.
DAFTAR RUJUKAN
Uno, Hamzah B. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Wisudo, Bambang, dkk. 2017. Mengajar Untuk Perubahan (Pedagogi Kritis di Ruang Kelas). Malang: Intrans Publishing
Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta; jl jend Sudirman. Kav 36-A. Rineka Cipta
Johar, Rahmah dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Banda Aceh
Slameto. 2015. Belajar dan Faktor Faktor yang Mempengaruhinya. Surabaya. Rineka Cipta
Johantoro. 2013. Pengaruh Efektifitas Belajar Dan Kondusifitas Lingkungan Keluarga Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Jurusan Akuntansi Di Smk Pgri Batang Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Semarang. Universitas Negeri Semarang
Dina, Ariska S. 2017. Pengaruh Pergaulan Teman Sebaya dan Metode Mengajar Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kompetisi Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 1 Tempel. Skripsi. Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta
Wicaksono, Okky. 2014. Hubungan Antara Teman Sebaya dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD Gugus Jendral Sudirman, Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen. Yogyakarta. Universitas Ngeri Yoguakarta
Zuhaira Laily Kusuma, Subkhan. 2014. Pengaruh Motivasi Belajar Dan Kedisiplinan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akuntansi Siswa Kelas Xi Ips Sman 3 Pati Tahun Pelajaran 2013/2014. Semarang. Universitas Negeri Semarang
Rahayu, Septiana. 2017. Pengaruh Lingkungan Teman sebaya dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X IIS SMAN ! Sewon Tahun Ajaran 2016/2017. Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta
Stirling, Diana. 2013. Motivation On Education. France. Learning Development Instit
Wandi Sugih Triyana, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa