Mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah Berkulaborasi Ajari Warga Tangkil Baca Tulis Sambil Main Gamelan. Pendidikan menjadi pilar penting dalam meningkatkan kualitas hidup manusia. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu variabel yang digunakan untuk mengukur kualitas sumber daya manusia melalui Indek Pembangunan Manusia (Human Development Indeks). IPM merupakan suatu indeks komposit yang mencakup tiga bidang pembangunan manusia yang dianggap sangat mendasar yaitu usia hidup (longetivity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living). Indikator pengetahuan diukur melalui indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Menurut Data BPS Tahun 2015 provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi dengan IPM tinggi di Indonesia yaitu berada pada angka 77,59. Namun demikian hal ini tidak lepas dari permasalahan yang masih ada seperti masalah buta aksara. permasalahan buta aksara salah satunya masih dialami warga Dusun Tangkil I, Desa Kemejing, Kecamatan Semin, Gunungkidul.
Warga Dusun Tangkil I yang mengalami buta aksara berada pada rentang usia 45 tahun keatas. Banyak hal yang menyebabkan mereka mengalami buta aksara. Salah satunya karena mereka tidak tamat pada pendidikan dasar. Salah satu upaya yang dilakukan dalam mengurangi angka buta aksara adalah dengan melalui program Keaksaraan Dasar, Keaksaraan Lanjutan, Keaksaraan Fungsional, dan sejenisnya. Dalam rangka penyelenggaraan program keaksaraan tersebut, mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang terdiri dari Hanna Taqiyya Maudi (Pendidikan Luar Sekolah), Sri Wulansari (Pendidikan Luar Sekolah), Refiena Nurluthfiyani (Pendidikan Luar Sekolah), Wisnu Prawijaya (Teknologi Pendidikan) dan Aji Saputra (Pendidikan Bahasa Jawa) secara intensif mendampingi masyarakat dalam penyelenggaraan program keaksaraan menggunakan pendekatan budaya melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), yakni Program Gamelan Literasi.
Gamelan Literasi merupakan metode pembelajaran keaksaraan lanjutan dimana warga belajar diarahkan dalam penguasaan keterampilan memainkan alat musik gamelan. Penggunaan media gamelan dilakukan karena alat musik gamelan merupakan salah satu kesenian yang cukup melekat bagi masyarakat Dusun Tangkil I. Gamelan literasi ini selain untuk meningkatkan kemampuan baca tulis juga sebagai wadah untuk para warga usia lanjut (lansia) agar tetap mendapatkan pendidikan, karena sejatinya pendidikan itu dimulai sejak dalam kandungan hingga liang lahat. Selain itu penggunaan alat musik gamelan juga sebagai upaya pelestarian budaya lokal. Teknik penyampaian pembelajaran dengan metode Gamelan literasi dimulai dari mendengarkan, warga belajar awalnya mendengarkan materi yang disampaikan tutor kemudian dilanjutkan menghafal apa yang telah disampaikan tutor, membaca kembali materi yang telah diberikan, kemudian menuliskan kembali apa yang sudah disampaikan oleh tutor. Selain itu pembelajaran ini diarahkan pada penguatan baca tulis yang materinya dikaitkan dengan lagu-lagu yang akan dimainkan dengan gamelan. Warga belajar dapat dengan mudah menerima materi yang diberikan, karena media yang digunakan sudah tidak asing dilingkungannya.
Salah satu mahasiswa, Hanna Taqiyya, menyampaikan bahwa dalam program Gamelan Literasi ini ada beberapa luaran yang diharapkan. Selain mengurangi angka buta aksara dan pelestarian budaya, luaran yang diharapkan yaitu terbentuknya Rumah Belajar Gamelan Literasi. Keberadaan Rumah Belajar ini diharapkan dapat dijadikan wadah yang mengfasilitasi kegiatan pembelajaran dan kesenian bagi warga Dusun Tangkil I khususnya.
Program Gamelan Literasi ini dimulai dari tanggal 15 April 2017 untuk pendataan warga belajar, 24 April 2017 melakukan sosialisasi, dan mulai pelaksanaan pembelajaran pada tanggal 5 Mei 2017 sampai akhir Mei setiap satu minggu dua kali. Warga belajar sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran.
“Mulai dari pertemuan pertama, sosialisasi, sampai pembelajaran warga belajar sangat antusias. Dalam pembelajaran pertama, kami mengenalkan dan mengajarkan Lancaran Sinau Maca. Setelah itu warga belajar diminta menghafalkan liriknya serta menuliskan kembali. Warga belajar juga dibagi kedalam dua kelompok yaitu yang menyanyikan dan yang memainkan alat musik gamelan.” Ungkap Hanna
Pendamping lain, Aji Saputra, menambahkan dalam mengajari warga belajar cukup mudah karena pada dasarnya warga sudah mengenal dan mengetahui teknis dasar memainkan musik gamelan itu sendiri.
Hanna menambahkan, untuk kegiatan selanjutnya masih terdapat tiga lagu yang akan diajarkan kepada warga belajar. Dengan kegiatan yang dilakukan ini Hanna dan anggota TIM PKM Gamelan Literasi berharap mampu memberikan dampak perubahan yang berarti bagi warga Dusun Tangkil khususnya dan secara umum metode ini dapat diterapkan didaerah lain dengan kondisi yang sama.
Dokumentasi Kegiatan
Penulis:
Musfiroh Amroaini
PLS UNY
email: musfirohamro@gmail.com