Memaknai (Kembali) Esensi Pendidikan Luar Sekolah Melalui
Bingkai Tetralogi Pulau Buru “Bumi Manusia “
Novel menjadi salah satu karya laris yang ada dipasaran Indonesia. Karya berupa karangan prosa yang panjang dan mengandung serangkaian cerita kehidupan seorang tokoh dengan tokoh disekelilingnya ini menjadi santapan lezat para pecinta sastra.
Salah satu karya sastra termasyhur di Indonesia adalah“ Tetralogi Pulau Buru” karya (alm). Pramoedya Ananta Toer (Selanjutnya ditulis dengan: Pram). Seri karya sastra yang terdiri atas empat satuan yang saling berhubungan ini sudah diterjemahkan kedalam lebih 40 bahasa.
Bahkan, seorang sineas telah resmi mengumumkan masa pra-produksi film yang diangkat dari karya Pram ini .
Pada tetralogi ini ,salah satu bukunya yang berjudul “Bumi Manusia“ memiliki sisi ‘permenungan sekaligus kritik yang tajam‘ mengenai realitas-realitas dalam kehidupan masyarakat. Buku yang menjadi serial pertama dari karya Pram, ditulis semasa ia menjalani masa penahanan di Pulau Buru .
Gambar 1.1 : Buku Bumi Manusia terbitan Lentera Dipantara
Dalam bukunya, Pram menceritakan seorang tokoh bernama Minke.Minke adalah seorang pribumi yang bersekolah di HBS (Hoogere Burgerschool, pendidikan menengah di jaman Belanda). Sebagai bangsawan berdarah biru tentu, Minke bisa mengakses pendidikan ala kaum elite ini .
Cerita kehidupan Minke yang disusul dengan kehadiran tokoh Annelies Mellema seorang Indo yang membuatnya jatuh cinta ,Nyai Ontorosoh seorang ibu yang tegar , dan Jean Marais seorang pelukis yang kaya akan pandangan kehidupan diramu dengan apik oleh Pram .
Lalu bagaimana relevansi novel tersebut dalam menelurkan ‘pelajaran kehidupan yang mendalam ‘ khususnya untuk para pegiat Pendidikan Luar Sekolah ?
Mari kita belajar ‘menautkannya‘ bersama…
- Pendidikan Keluarga melalui “Bangunlah Orang Lain“
“Kita semua harus menerima kenyataan .Tetapi menerima kenyataan saja adalah pekerjaan manusia yang tak mampu lagi berkembang .Karena manusia juga bisa membuat kenyataan-kenyataan baru.Jika tak ada yang bisa membuat kenyataan baru maka ‘kemajuan’ sudah sepatutnya dihapuskan dari kamus umat manusia “
Berdasar hasil analisis ,terdapat seorang tokoh yang menggambarkan kalimat diatas.
Tokoh tersebut adalah Tuan Mellema ,seorang pria berkebangsaan Belanda ini dikisahkan berhasil menjalankan perannya mendidik Sang Istri ,Nyai Ontorosoh.
Nyai yang notabene seorang pribumi diberi pendidikan ‘ala rumahan’ seperti berhitung ,menulis,tata bahasa Belanda dan juga kecakapan dasar lainnya.
Alhasil, Nyai mampu menjadi ‘nakhoda’ dalam menjalankan bisnis keluarga Tuan Mellema. Hal ini sejalan dengan fungsi Pendidikan Keluarga dalam Konsep Bina Keluarga PLS. Dimana PLS menjadi roda penggerak terwujudnya keluarga yang berkualitas untuk melahirkan generasi penerus yang bertaqwa, mandiri, dan juga cendekia.
- Menjadi Tutor Untuk Warga Belajar? Jadilah Rumah Pelengkap Pengetahuan dan ‘Teman‘ Penyemangat
“Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh.Dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang-orang lain pandai”
Selanjutnya ada tokoh Magda Peters, seorang guru Belanda yang berhasil mengarahkan Minke menjadi seorang murid yang cerdas. Ia disebut-sebut sebagai ‘satu-satunya’ orang yang membela Minke ketika hendak dikeluarkan dari sekolah.
Jika direfleksikan ke dalam konsep PLS ,maka sudah sepatutnya jika tutor harus menjadi pribadi yang penuh dengan rasa sabar demi menimbulkan kesan ‘menyemangati ‘ warga belajar selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Beralih ke tokoh yang lain yaitu, Annelies Mellema. Tokoh yang sempat diperankan oleh aktris Chelsea Islan dalam Teater Bunga Penutup Abad ini, menjadi ‘pelengkap ‘ kegersangan Minke ketika ia dihadapkan dalam berbagai gejolak kehidupan .
Jika ditarik esensinya ,kurang lebih seperti itulah Pendidikan Luar Sekolah . Ia menjadi pelengkap sekaligus penyempurna pendidikan yang telah didapatkan sebelumnya.
- Kamu seorang Mahasiswa ? Menulislah untuk mengungkapkan pemikiran !
“Kalian boleh maju dalam pelajaran. Mungkin mencapai deretan gelar kesarjanaan apa saja . Tetapi tanpa mencintai ‘sastra’ kalian tinggal hanya hewan yang pandai “
Minke dalam buku ini memegang kunci penting dalam jalinan cerita .Minke digambarkan sebagai seorang yang cerdas , rajin belajar, pantang menyerah dan gaya analisisnya yang tajam setidak-tidaknya bisa kita tiru untuk mewujudkan civitas akademika yang sanggup mewujudkan peran sebagai agen intelektual .
Yang khas selanjutnya dari Minke adalah dia sangat gemar menulis. Menulis ibarat mengutarakan gagasan yang riuh dikepala.
Minke mengajak pembaca semua untuk tekun belajar serta mau membagikan ilmunya kepada orang lain .
Sungguh ,sebuah pemikiran yang mendalam mengenai kehidupan
Pendidikan Luar Sekolah sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional hendaknya tidak hanya memberikan pengetahuan dan keterampilan tetapi juga sebagai wadah terbentuknya ‘Sekolah Kehidupan ‘ .
Melalui tokoh-tokoh yang ada dalam novel tersebut setidak-tidaknya kita bisa belajar sekaligus menangkap spirit untuk membentuk masyarakat Indonesia sesuai dengan tujuan yang diamanatkan dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 .
Ditulis oleh :
Tentrem Restu Werdhani,
Mahasiswi Semester 2,
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, FIP, UNY .
(Yogyakarta, 2018)