Biarkan Sejarah Bersuara …
Maka Sejarah akan Berbicara …
Mensketsakan sejarah khususnya sejarah kebangkitan bangsa Indonesia seperti mengulik sebuah fenomena mengenai peradaban manusia. Manusia adalah makhluk unik . Ia adalah aktor sekaligus eksekutor yang sanggup melahirkan ‘kisah-kisah’ baru .
Tak terkecuali segerombolan mahasiswa School Tot Opleiding Van Inlands Artsen (STOVIA), Sekolah Dokter di Kawasan Weltevreden ,Batavia ,Hindia Belanda .Pagi itu,20 Mei 1908 mereka melakukan ‘rapat terbatas’ untuk menemukan gagasan akhir mengenai alat perjuangan agar bisa terbebas dari Tuan-Tuan di negara tanah kelahiran mereka sendiri.
Ialah Soetomo ,pemuda yang menyatakan bahwa “ Hari ini masa depan tanah air dan bangsa ada pada tangan-tangan kita “ . Bersama kawan-kawannya, Soewarno,Mohammad Saleh, Goenawan Mangoenkoesoemo dan yang lainnya ,terbentuklah organisasi nasional pertama dalam sejarah kebangkitan bangsa Indonesia . Nama organisasi tersebut adalah “Boedi Oetomo “(Read : Budi Utomo,selanjutnya tertulis Budi Utomo) bersumber dari kata “Boedi “ yang berarti perangai serta “Oetomo” yang berarti luhur .
Alih-alih menamakan perkumpulannya dengan nama-nama berbau ‘medis’ ,Budi Utomo lahir dengan konsep yang adiluhung .Perkumpulan ini seakan mengisyaratkan betapa inginnya mereka bergerak menggapai sesuatu berdasarkan landasan fundamental berupa ‘keluhuran yang budi’. Singkatnya, dengan tabiat yang baik.
Setelah hampir 110 tahun berlalu ,lantas bagaimana relevansi Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) dengan kondisi Indonesia saat ini ?
Gambar 1.1 : Logo Resmi Harkitnas 2018
Semenjak dicetuskan oleh Soekarno sebagai peringatan hari nasional bernama “ Hari Kebangunan Nasional “ pada tahun 1948 , Budi Utomo menjelma menjadi simbolisasi betapa berperannya kalangan pemuda pada masa lampau .
Jika ditarik pada masa sekarang ,melalui Pendidikan Nonformal khususnya dalam kacamata mata kuliah Kepemudaan , Harkitnas menjadi permulaan untuk menggalang kesatuan dan mewujudkan manusia-manusia yang unggul serta memiliki mental dan karakter tangguh melalui ragam perilaku positif dan konstruktif. Hari Kebangkitan Nasional menjadi titik kulminasi semangat nasionalisme pemuda .
Meminjam kalimat dari Mohammad Hatta tertanggal 17 Mei 1958 ,dimana beliau mengatakan bahwa Budi Utomo mengandung ‘kecambah ‘ semangat nasional pemuda . Selaras dengan pendapat sebelumnya , Soewardi Soerjaningrat ( Ki Hajar Dewantara ) mengatakan tanpa ragu bahwa 20 Mei adalah Indish Nationale dag (Bahasa Belanda ) yang berarti Hari kebangkitan nasional bagi Indonesia .
Meski terkadang Budi Utomo dikotakkan dengan kata ‘hanya Jawa ‘ ,setidaknya terdapat hikmah dengan bangun dan berdirinya organisasi ini .Budi Utomo seolah menjadi tren bagi perkembangan perkumpulan pemuda daerah . Konketnya, bermunculan wajah –wajah baru sebut saja Jong Java,Jong Ambon ,dan Jong Celebes.
Dengan demikian, dapat ditarik benang merah khususnya jika dipandang melalui kacamata Kepemudaan dalam Pendidikan Nonformal .Bahwa, diperlukan pembangunan pemuda sebagai upaya partisipasi sekaligus perwujudan menuju Indonesia yang lebih baik.
“Hanya anak bangsa sendirilah yang dapat diandalkan untuk membangun Indonesia . Tidak mungkin kita mengharapkan dari bangsa yang lain “
-Presiden ke-3 Indonesia : B.J. Habibie –
Selamat Hari Kebangkitan Nasional 2018 !
Menjadi Pemuda Cerdas Menuju Indonesia Jaya !
Ditulis dan Dirangkum dari Berbagai Sumber Oleh:
Tentrem Restu Werdhani
Mahasiswi Semester 2, Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan ,
Universitas Negeri Yogyakarta
(Yogyakarta ,2018)