Aksara berbasis cerita rakyat merupakan kemampuan mendongeng /berbicara, membaca, dan menulis cerita rakyat sehari-hari tentang legenda, kejadian dan fenomena alam (misalnya bencana, gerhana, dan lain-lain), kisah hidup, dan sejarah lokal yang inspiratif dan berkarakter untuk meningkatkan keberaksaraan dan keberdayaan masyarakat serta pelestarian sejarah lokal yang ditunjukkan dalam teks lisan, tulis, atau media komunikasi lainnya.
Penduduk buta aksara usia 15 tahun ke atas pada tahun 2010 berjumlah 8,3 juta orang (4,79%) dan sebagian besar adalah perempuan. Dari jumlah tersebut sebagian besar tinggal di daerah perdesaan seperti: petani kecil, buruh, nelayan, dan kelompok masyarakat miskin perkotaan yaitu buruh berpenghasilan rendah atau penganggur. Mereka tertinggal dalam hal pengetahuan, keterampilan serta sikap mental pembaharuan dan pembangunan. Akibatnya, akses terhadap informasi dan komunikasi yang penting untuk membuka cakrawala kehidupan dunia juga terbatas karena mereka tidak memiliki kemampuan keaksaraan yang memadai.
Meskipun dari tahun ke tahun jumlah penduduk buta aksara terus berkurang, bukan berarti Indonesia serta merta terbebas dari persoalan buta aksara. Hal ini disebabkan, antara lain, karena munculnya para buta aksara baru, khususnya yang berasal dari para siswa yang drop out pada kelas-kelas awal SD/MI, dan aksarawan baru yang kembali buta aksara.
Menyadari persoalan tersebut, Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal, Kementerian Pendidikan Nasional menyediakan layanan program pendidikan keaksaraan baik keaksaraan dasar yang merupakan program pemberantasan buta aksara maupun keaksaraan usaha mandiri atau menu multikeaksaraan lainnya yang merupakan program pemeliharan dan peningkatan kemampuan keaksaraan, sekaligus sebagai sarana pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Atas dasar itu, pada tahun 2011 Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat menyediakan berbagai layanan program keaksaraan yang meliputi keaksaraan dasar, keaksaraan usaha mandiri, pendidikan keaksaraan keluarga, aksara kewirausahaan, aksara berbasis cerita rakyat, serta peningkatan budaya tulis melalui koran ibu dan koran anak. Program-program tersebut ditunjang dengan TBM di ruang publik yang berorientasi pada peningkatan budaya baca dan penguatan keaksaraan, serta program-program peningkatan kecakapan hidup lainnya, seperti pembelajaran kecakapan hidup berorientasi pemberdayaan perempuan, pendidikan keorangtuaan, dan pendidikan perlindungan anak marjinal. Yang terkait langsung dengan peningkatan kapasitas kelembagaan, tahun ini Direktorat juga menyediakan layanan penguatan dan rintisan balai belajar bersama serta penguatan dan rintisan rumah pintar.
Program aksara berbasis cerita rakyat cukup strategis untuk dikembangkan sebagai salah satu program multikeaksaraan karena daerah-daerah di Indonesia sangat kaya akan cerita-cerita lokal dan penduduknya memiliki tradisi lisan yang kuat. Program ini merupakan bentuk dukungan pemerintah untuk meningkatkan keberaksaraan dan keberdayaan masyarakat yang berkeaksaraan rendah. Keaksaraan berbasis cerita rakyat antara lain bertolak dari cerita rakyat yang tersebar luas dalam masyarakat, baik yang sudah atau hampir punah, maupun yang masih populer, yang hidup di tengah-tengah masyarakat di berbagai daerah sebagai bagian dari budaya lokal. Diharapkan, melalui program ini, paling sedikit dapat dihasilkan dua hal secara simultan, yaitu tingkat keberaksaraan penduduk meningkat dan cerita rakyatnya terdokumentasikan secara tertulis.
Selengkapnya silahkan download disini Aksara Berbasis Cerita Rakyat
Data Penyunting
”Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Bantuan Penyelenggaraan Aksara Berbasis Cerita Rakyat Tahun 2011”
Nama : Teguh Akbar
Tempat, Tanggal lahir : Batusangkar, 1 Agustus 1992
Nomer HP : 085794106991 / 085274421108
Email : teguh@imadiklus.or.id
Facebook : https://www.facebook.com/teguh.akbar.94
Line : @teguhdiklus