Dosen Pembimbing:
Dra. Indrawati Theresia, M.S
Ali Yusuf, S.Ag., M.Pd
Disusun Oleh:
Asfinda yenis (101034057)
Istatin Nadiroh (121034001)
Deni Setiawan (121034002)
Gita Amanda Jesika (121034230)
PLS UNESA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Banyak angggapan bahwa orang dewasa sudah tidak bisa belajar lagi adalah anggapan yang salah dan tidak memiliki landasan yang kuat. Orang dewasa masih mempunyai potensi untuk belajar walaupun dalam beberapa hal tidak sekuat pada anak- anak atau para remaja.
Orang dewasa adalah individu- individu yang sudah memiliki pengalaman hidup lebih lama dan memiliki kepribadian yang relative mantap sekaligus memiliki harga diri maka oleh karena itu mereka akan tersinggung apabila dianggap rendah, tidak mampu, tidak berdaya apabila bodoh.
Sebaliknya orang dewasa akan senang, bergairah dan bersemangat apabila dihargai dan diperlakukan sebaik- baiknya. Oleh karena itu tidak selayaknya orang dewasa untuk diajari seperti anak- anak, melainkan hanya dibantu atau dibimbing agar belajar mandiri atau sendiri.
Cara yang terbaik untuk mempelajarkan mereka adalah dengan jalan melibatkan, mengikutsertakan atau memeransertakan mereka kedalam seluruh kegiatan belajar, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pada tahap penilaian. Kegiatan partisipasilah yang paling tepat untuk membelajarkan orang dewasa.
Kegiatan belajar partisipatif meletakan kegiatan belajar yang utama pada aktivitas warga belajar. Artinya bahwa dalam suasana kegiatan belajar partisipatif peran serta yang paling besar hendaknya berasal dari warga belajar bukan dari sumber belajar.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dari kegiatan belajar partisipatif
1.2.2 Apa saja ciri- ciri dari kegiatan belajar prespektif
1.2.3 Bagaimana berbedaan dari kegiatan belajar partisipatif dengan kegiatan belajar tradisonal
1.2.4 Bagaimana asal usul dari kegiatan belajar partisipatif
1.2.5 Apa landasan kegiatan belajar partisipatif
1.2.6 Apa peranan sumber belajar dalam kegiatan belajar partisipatif
1.2.7 Apa makna dari metode belajar kelompok
1.2.8 Bagaimana perkembangan dari metode belajar kelompok
1.2.9 Bagiamana hubungan metode belajar kelompok dengan kegiatan belajar partisipatif.
1.3 Tujuan dan Manfaat[sociallocker]
1.3.1 Mengetahui pengertian kegiatan belajar pertisipatif
1.3.2 Dapat mengetahui ciri- ciri kegiatan belajar partisipatif
1.3.3 Mampu membandingkan kegiatan belajar partisipatif dengan kegiatan belajar tradisonal
1.3.4 Dapat mengetahui tentang asal usul kegiatan belajar partisipatif
1.3.5 Mampu mengetahui landasan pemikiran belajar partisipatif
1.3.6 Dapat mengetahui peranan sumber belajar dalam kegiatan partisipatif
1.3.7 Mengetahui arti metode belajar kelompok
1.3.8 Mengetahui perkembangan metode belajar kelompok
1.3.9 Mengetahui hubungan metode belajar kelompok dengan kegiatan belajar partisipatif.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kegiatan Belajar Prespektif
2.1.1 Arti dan Ciri Kegiatan Belajar Partisipatif
Belajar partisipatif (participatory learning) merupakan suatu corak kegiatan belajar yang berbeda dari corak kebiasaan belajar yang kebantakan terdapat pada pendidikan formal. Jika pada pendidikan formal murid tidak diikutsertakan pada program belajar mengajar,, maka pada pendidikan nonformal dengan kegiatan belajar partisipatifnya warga belajar dilibatkan pada proses belajar mengajar.
Keikutseraan warga belajar dalam program belajar mengajar diwujudkan pada tiga tahapan, yaitu tahapan perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap penilaian program. Pada tahap perencanaan keterlibatan warga belajar terlihat pada keikutsertaan mereka dalam mengidentifikasi kebutuhan belajar, sumber belajar dan kemungkinan hambatan dalam pelaksanaaan.
Dari hasil identifikasi tersebut maka akan diketahui jenis- jenis kebutuhan belajar yang benar- benar dibutuhkan oleh warga belajar. Bila kebutuhan telah tersusun makan akan ditentukan tujuan yang akan dicapai, dan untuk mencapai tujuan tersebut maka akan ditetapkan kegiatan belajar yang mana yang akan dilaksanakan, dan untuk selanjutnya ditentukan bahan, metode, teknik serta alat- alat, fasilitas dan waktu tyang akan digunakan. Denagn demikian dapat dikatakn bahwa keikutsertaan warga belajar dalam perencanaan itu merupakan kegiatan warga belajar dengan sumber belajar dalam penyusunan program belajar.
Kegiatan belajar partisipatif mencita- citakan timbulnya keadaan dimana aktifitas terbesar berada pada warga belajar bukan pada sumber belajar.
Keterlibatan warga belajar pada tahap pelaksanaaan menuntut adanya keterikatan (commitment) warga belajar pada rencana dan keputusan yang telah diambil sebelumnya yaitu pada tahap perencanaan, hal yang kecil namun berarti misalnya kehadiran warga belajar, kedisiplinan terhadap kehadiran juga diperlukan. Faktor lain yang juga diperlukan pada tahapan ini adalah hubungan yang serasi antara sesame warga belajar dan antara warga belajar dengan sumber belajar. Hubungan ini hendaknya bersifat sejajar, terbuka, akrab, dan terarah.
Keterlibatan warga belajar pada tahap evaluasi merupakan hal yang cukup penting pila. Suatu program disusun untuk memenuhi kepentingan penyusun, dalam hal ini termasuk warga belajar.
Keterlibatan warga belajar pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaiaan itu merupakan suatu kesatuan dan tidak bisa dibenarkan apabila dilaksanakan secara patial, artinya bila pelibatan warga belajar itu hanya pada tahap perencanaan atau tahap opelaksanaaan saja sedangkan evaluasi tidak melibatakan, maka itu merupakan penyimpangan dari konsep participatory learning yang sebenarnya.
Kegiatan belajar partisipatif adalah suatu keadaan mengenai kegiatan belajar yang mengikutsertakan warga belajar baik pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi atau penilaian program kegiatan belajar.
Kegiatan belajar partisipatif berbeda kegiatan belajar konvensioanal yang sering terlibat pada pendidikan persekolahan, menurut Freire yang digambarkan oleh D. Sudjana dalam bukunya yang berjudul Strategi Kegiatan Belajar Mengajar dalam Pendidiakn Nonformal, proses kegiatan belajar tradisional mempunyai cirri- cirri sebagai berikut:
- Pengajar melakukan tugas mengajar sedangkan pelajar yang diajari oleh guru
- Pengajar dianggap serba mengetahui segala materi yang diajatkan sedangkan pelajar dipandang tidak mengetahui nahan belajar
- Pengajar yang aktif berfikir dan pelajar menjadi obyek yang dipikirkan oleh pengajar
- Pengajar yang aktif berbicara sedangkan pelajar mendengarjan dengan patuh
- Pengajar menentukan dan memaksakan pilihannya sedangkan pelajar mendengarkan dengan patuh
- Pengajat yang lebih banyak berperan sedangkan pelajar merasa bertindak melalui perbuatan san pengajar
- Pengajar yang menentukan isi program sedangkan pelajarnya hanya menyesuaikan diri terhadap isi program
- Pengajar memperlihatkan diri yang paling berwibawa sedangkan kebebasan pelajar dikurangi
- Pengajar sebagai subyek dalam mengajar sedangkan pelajar menjadi obyek kebiatan mengajar
Ciri- ciri kegiatan belajar parisipatif ditandai dengan adanya interaksi antara sumber belajar dengan warga belajar yakni:
- Sumber belajar menmpatkan diri pada kedudukan yang tidak serba mengetahui. Sumber belajar menganggap warga belajar sebagai sumber yang mempunyai nilai dan bermanfaat dalam kegiatan belajar
- Sumber belajar memainkan peranan untuk membantu warga belajar dalam melakukan kegiatan belajar berdasarkan kebutuhan belajar yang dirasakan perlu, penting dan mendesak oleh warga belajar
- Sumber belajar melakukan motivasi terhadap warga belajar untuk berpartisipasi dalam menyusun tujuan belajar, bahan belajar dan langkah- langkah yang akan ditempuh dalam kegiatan belajar
- Sumber belajar sekaligus menempatkan kedudukan sebagai warga belajar didalam kegiatan belajar
- Sumber belajar bersama warga belajar belajar melakukan kegiatan saling belajar, yaitu saling bertukar pikiran mengenal isi, proses dan hasil kegiatan belajar serta tentang cara- cara dan langkah- langkah pengembangan pengalaman belajar untuk masa berikutnya
- Sumber belajar berperan untuk membantu warga belajar dalam menciptakan situasi kegiatan belajar yang yang kondisif, mengembangkan semangat belajar bersama, saling tukar pikiran dan pengalaman secara terbuka sehingga para warga belajar melibatkan diri secara aktif dan mempunyai tanggung jawab dalam proses kegiatan belajar
- Sumber belajar mengembangkan kegiatan belajar berkelompok, dan memperhatikan minat perorangan serta membantu warga belajar untuk memaksimalkan respond an umpan balik terhadap stimulus yang dihadapi dalam kegiatan belajar
- Sumber belajar mendorong warga belajar untuk meningkatkan semangat berprestasi
- Sumber bellajar mendorong dan membantu warga belajar untuk mengembangkan kemampuannya dalam pemecahan ,asalah yang diangkat dari kehidupannya sehingga mereka mampu berpikir dab bertindak terhadap dan di dalam kehidupannya.
2.1.2 Asal Usul kegiatan Belajar Partisipatif
Menurut D. Sudjana bahwa kegiatan belajar partisipatif tersebut berakar pada pendidikan tradisional yang telah ada di masyarakat sejak jaman lampau. Kegiatan belajar partisiptif berakar pada nilai-nilai, norma-norma agama dan penerapannya di masyarakat dan daerah masing-masing.
Menurut laporan hasil studi kasus yang dilakukan oleh Direkturat pendidikan masyarakat terhadap 18 KBU di enam propinsi yaitu Sumatera Utara, Jakarta Raya, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan pada tahun 1981 terlohat adanya pengaruh dari kegiatan belajar partisipatif yang dicobakan pada KBU tersebut terhadap dua aspek kehidupan warga belajarnya, ialah terhadap mutu kehidupan dan tingkat penghidupan.
Mutu kehidupan yang dimaksud pada studi tersebut meliputi kegiatan berkelompok, menabung, berusaha, kebebasan mengemukakan pendapat, mencatat peristiwa, pandangan terhadap kehidupan dimasa depan, partisipasi dalam pembangunan, pengelolaan, pengemukaan gagasan, dan kebanggaan terhadap sebagai warga belajar. Penghidupan meliputi penghasilan, mutu produksi pengadaan dan pengadaan dan pengembangan modal usaha, bahan dan alat-alat produksi , bahan dan alat produksu, keuntungan, cadangan usaha, dana belajar berputar, pemasaran dan biaya produksi.
Maka dapat kiranya disimpulkan bahwa adanya kegiatan belajar partisipatif dalam pengembangan kejar usaha pada umumnya telah memberikan pengaruh yang berarti bagi adanya sikap, pengetahuan, keterampilan dan aspirasi warga belajar, walaupun disana-sini masih menunjukkan dampak perubahan yang kecil.
2.1.3 Landasan Pemikiran Kegiatan Belajar Partisipatif
Kegiatan belajar partisipatif mempunyai landasan teori yang berorientasi pada hubungan interaksi yang terjadi dalam kelompok.
Sehubungan dengan kegiatan belajar partisipatif ini perlu diingat Teori Asosiasi dari Thorndike dan Watson. Menurut teori ini, kegiatan belajar baru efektif apabila interaksi antara sumber belajar dengan warga belajar dilakukan melalui kegiatan stimulus dan respon (S – R), maka makin tinggi kemampuannya dalam menghubungkan stimulus dengan respon maka akan efektif kegiatan belajar yang dilakukannya.
D. Sudjana menyatakan bahwa beberapa prinsip belajar yang digunakan dalam teori Asosiasi ini adalah prinsip kesiapan (readiness), perbuatan atau latihan (exercise) dan pengaruh atau effect.
Kegiatan yang dilakukan dengan penuh perhatian dan kegembiraan itu akan menyebabkan berhasilnya kegiatan belajar.
Prinsip kedua ialah latihan atau perbuatan. Bahwa warga belajar sendiri yang melakukan latihan atau melakukan kegiatan belajar yaitu dengan jalan menghubungkan antara stimulus dengan respon yang dipelajarinya. Kegiatan menghubungkan stimulus dengan respon akan lemah bahkan mungkin tidak berbekas.
Prinsip selanjutnya mengenai pengaruh kegiata belajar. Berhubungan dengan hasil belajar yang manfaatnya langsung dirasakan oleh warga belajar dalam dunia kehidupannya.
Hadiah atau reward sangat penting.faktor hukuman dapat pula mempengaruhi hasil kegiatan belajar.
Teori asosiasi mempunyai beeberapa kelemahan. Teori ini menyampaikan kreatifitas pikiran dan perbuatan warga belajar dan terlalu menekankan pada unsure latihan. Juga peranan minat dan perhatian individu tidak mendapat perhatian.
Oleh karena itu untuk memperkuat landasan teori belajar partisipatif digunakan juga teori lain yaitu teori lapangan (field theory). Teori ini dikembangkan oleh Kurt Lewin. Teori ini berdasarkan pada pengalaman warga belajar dan berorientasi pada pemecahan masalah. Teori ini berpegang pada prinsip topological psychology dimana dinyatakan bahwa tiap individu itu hidup di dalam wilayah kehidupan masing-masing (life space).
Agama islam menganjurkan agar umatnya bergotong royong dalam berbuat kebijakan. Kebiasaan yang telah berurat berakar dalam masyarakat itu diangkat dan dikembangkan serta digunakan untuk menunjang efektifitas pendidikan pada umunya dan untuk menyempurnakan proses kegiatan belajar pada khususnya.
Negara-negara yang sedng berkembang, terutama yang ingin membangun Negara dan masyarakatnya atas dasar “kepribadiannya sendiri” telah berusaha untuk mencari identitas pendidikan yang berakar pada kebudayaan sendiri. Landasan motivasi untuk belajar dicari dalam agama. Islam misalnya dengan tegas memberikan dorongan kepada umatnya agar tak henti-hentinya mencari ilmu walau ketempat jauh sekalipun.
Ada beberapa contoh Negara sedang berkembang yang sedang menggali dan mengembangkan nilai-nilai yang ada pada masyarakat untuk kepentingan pengembangan kegiatan belajar partisipatif. Thailand di Asia, Brasil di Amerika Latin dan Tanzania di Afrika merupakan contohnya.
Pendidikan untuk kesadaran (consciousness education) akan efektif apabila setiap kegiatan menggunakan pendekatan yang mengikut sertakan secara aktif semua peseta dalam kegiatan belajar. Menurut Freire yang paling utama ialah pada tahap pemecahan masalah. Dalam pengemukaan masalah (problem posing), masyarakat melakukan pengenalan masalah, penggambaran masalah dan penganalisisan masalah. Proses belajar partisipatif selanjutnya dilakukan melalui daur (cyclus), refleksi-aksi dan refleksi lagi (reflection-action-andfuther-reflection). Yang berpengaruh memberikan kepekaan masyarakat dan daya sambut atau daya tangkap masyarakat terhadap kenyataan hidup dan keadaan lingkungan sehingga dapat bertindak untuk memperbaikinya. Prinsip yang digunakan ialah bahwa masyarakat sendiri yang sadar, berpikir dan berbuat terhadap dan di dalam dunia kehidupannya.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan kegiatan belajar partisipatif itu berakar pada keadaan masyarakat sendiri, yaitu pada nilai-nilai, tradisi, agama dan kebiasaan yang hidup dan tumbuh di masyarakat.[/sociallocker]
Berdasarkan teori lapangan, warga belajar dipandang sebagai subjek yang memiliki kemampuan berpikir aktif dan kreatif, dapat berbuat untuk mengidentifikasikan masalah, menganalisa dan mencari pemecahan masalah..
Menurut teori lapangan, maka kegiatan belajar akan efektif apabila warga belajar merasa butuh untuk belajar, menyadari akan pentingnya belajar bagi perubahan dirinya seta ikut bagian secara aktif dalam merancang apa yang dipelajari, menentukan cara-cra dalam menpelajari dan merasakan manfaat yang diperoleh dari kegiatan belajar itu.
Berbeda dengan teori asosiasi maka pada teori lapangan ini kegiatan belajar itu dilakukan bersama-sama dengan orang lain dalam kelompok, berfikir dan berbuat bersama orang lain dalam kelompok pula.
Artikel lengkap silahkan download disini, jangan lupa berikan komentar anda.
Cover Belajar Partisipatif (5.4 MiB, 1 hits)
Anda tidak memiliki izin untuk mendownload file ini. silahkan login/register
Isi Makalah Belajar Partisipatif (426.0 KiB, 2 hits)
Anda tidak memiliki izin untuk mendownload file ini. silahkan login/register