Saya, Ulin Fauziah, lahir di Pasuruan, tanggal 27 April 2001. Saya adalah seorang mahasiswa baru jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Surabay. Melangkah menginjak lantai 03 gedung 01 menjadi hal yang berharga dan bermakna. Bukan hanya rasa bahagia yang bersemi dalam sanubari, namun yang lebih besar adalah perasaan bangga dan lega. Karena untuk mencapai titik ini, tidak ringan perjuangan yang telah terarahkan, dan tidak sedikit hal yang telah terkorbankan. 12 tahun sudah terlewati masa masa sekolah. Telah habis masa menjadi seorang siswa, sekarang status ini, berubah menjadi “Mahasiswa”. Bertemu dengan para dosen yang memiliki pendidikan dan integritas tinggi, membuat saya melihat dunia lebih luas dari sebelumnya. Orang orang hebat saling menunjukkan kemampuan dan prestasinya yang luar biasa. Persaingan bukanlah menjadi permusuhan, justru menjadi sebuah alasan kebersamaan dan kerja sama.
Dalam kelas PLS ini, benar benar mewujudkan solidaritas dan rasa saling peduli. Perbedaan tidak membuat saling menjauh, akan tetapi membuat setiap individu dari kami saling melengkapi. Suku, agama, ras, budaya, bahasa yang berbeda beda, membuat kami merasa kaya. Mengulurkan tangan kepada teman yang membutuhkan adalah tradisi local yang sudah mengakar dalam keluarga PLS. Tugas yang setiap hari silih berganti, bukan menjadi beban apalgi tekanan bagi kami, namun, tugas tersebut adalah suatu hal yang sangat berarti karena kami dapat mendalami setiap mata kuliah yang sebelumnya masih terasa asing dalam benak ini. Tidak berhenti dalam kesan kebanggaan, bagi saya awal masuk kelas PLS adalah awal membuka gerbang kesuksesan. Terjun sebagai mahasiswa berlatar belakang kepedulian terhadap masyarakat membuat kesan tanggung jawab yang semakin besar.
Permaslahan dan berbagai fenomena masyarakat adalah “PR” terbesar yang harus dipecahkan oleh lulusan PLS. Berdasarkan CIA World Facebook 2018, Indonesia adalah negara peraih peringkat ke 4 dari 10 negara terpadat penduduknya. Berawal dari masalah kepadatan penduduk ini, banyak kasus yang menjadi cabang, seperti pengangguran, krimanalitas, korupsi dan lain sebgainya. Badan Pusat Statistik Jawa timur juga menyebutkan, di Jawa timur, sebanayak 50 anak menjadi pengemis, 450 anak menjadi pengamen, dan 200 anak menjadi gelandangan. Pengetahuan seperti inilah yang kami dapat dari kelas PLS. Sebelumnya, pasti kami tidak tahu dan tidak mau tahu tentang kasus kasus ini. Jika kasus ini diacuhkan, dimanakah letak peranan sarjana pemuda yang banyak diharapkan kontribusinya oleh bangsa ? Pertanyaan itu akan menjadi musik yang tidak dihiraukan oleh banyak sarjana. Dalam jurusan PLS ini, saya mulai sadar dan tergerak untuk peduli. Banyak program yang berada dalam PLS dikhususkan untuk menangani kasus kasus ini, diantaranya ada komunitas GERLIK, menjadi wadah nyata sumbangan pendidikan untuk anak anak yang tidak beruntung dalam mengenyam pendidikan formal. Ada pula komunitas ASTAR, yang di dalamnya terdapat komunitas bahasa isyarat agar kita dapat mengerti kebutuhan mereka yang memiliki kekurangan. Pelajaran pertama saya ketika masuk kelas PLS, adalah Literasi digital, yang mengajarkan pentingnya gemar membaca dan paham akan teknologi, sehingga lulusan PLS tidak akan tersinngkir karena perkembangan zaman, justru kesan yang saya dapat dari pelajaran literasi digital ini, adalah kemampuan lulusan PLS sebagai pendorong kemajuan kualitas sumber daya manusia agar dapat menjadi produsen di era global ini, bukan hanya menjadi konsumen. Hari pertama saya menjadi sebauah tonggak keyakinan bahwa lulusan PLS akan menjadi lentera penerang bagi masyarakat di berbagai lapisan. ” Bermimpilah setinggi langit, jika engkau jatuh, maka engkau akan jatuh diantara bintang bintang”. Itulah kesan dan pesan yang paling teringat pada hari pertama.
PLS : Pasti Lebih Sukses !. Kalimat ini bukan hanya sekedar jargon bagi saya,makna dan filosofi di dalamnya sangat dalam. Optimis, Percaya diri, tidak mudah menyerah, akan timbul dengan mengucap kalimat ini. Saya terlahir dari keluaga yang sederhana, dan dalam lingkungan yang penuh dengan masalah. Konflik antar tetangga, budaya saling memaki, dan penggolongan kelas sosial, menjadikan kehidupan bermasyarakat tidak damai dan tentram. Selain itu, banyak masyarakat miskin dan pengangguran yang turut menjadi sampah masyarakat semakin membuat ketidakrukunan. Saya sadar, dalam kondisi yang seperti itu, butuh sosok manusia yang dapat berperan sebagai agent of change. Ilmu kemasyarakatan ini, pasti tidak didapat dalam sekolah formal, oleh Karena itu, saya memilih jurusan PLS, untuk dapat menimba ilmu yang bermanfaat dalam kehidupan masyarakat. Alasan kedua saya, karena saya harus melakukan pengabdian sebagai konselor, sejak saya dinobatka menjadi “Duta Genre Pasuruan”. Amanah dan tanggung jawab yang besar harus saya lakukan. Saya adalah asset daerah yang harus turut aktif menyelesaikan permasalahan dalam masyarakat. “Bahagia tidak diukur dari materi, tapi dapat diraih dengan berbagi”. Itulah inti dari alasan saya berada dalam kelas PLS. Hanya orang yang apatis yang dapat merasa bahagia ketika melihat saudara disekelilingnya berada dalam masalah. Jadi, saya ingin menjadi orang yang sukses dengan menyukseskan orang lain. Semakin banyak orang yang dapat kita tolong, semakin tinggi kualitas kesuksesan kita. Bergabung menjadi keluarga PLS merupakan keputusan terbaik bagi saya, karena implementasi kepedulian, dimulai dari sini.
Menurut sumber proyeksi Indonesia tahun 2016, dari 258,7 juta penduduk, 66,3 juta adalah remaja usia 10-24 tahun. Menurut Badan Pusat Statistik Jawa timur, penduduk usia 0- 14 tahun, mencapai 22,64 juta. Mereka adalah generasi emas bangsa yang akan berusia 35 – 45 tahun pada tahun 2045. Inilah yang disebut bonus demografi bagi Indonesia. Sebagaimana yang diungkap oleh Muhammad Nuh, Bonus Demografi adalah kondisi populasi masyarakat dimana jumlah penduduk usia produktif mengalami pelonjakan yang luar biasa. Momen ini dapat bermanfaat jika masyarakat usia produktif benar benar berdaya guna produksi bagi negara. Ini adalah harapan besar saya kedepan setelah lulus dari jurusan PLS. Menciptakan lapangan kerja yang luas, untuik penduduk produktif, serta memilki lembaga pendidikan formal dan non formal untuk menunjang kualitas pembelajaran dalam negri. Membangun bersama rekan rekan PLS , agar cita cita mensukseskan bonus demografi Indonesia benar benar terwujud. Tidak hanya menjadi penonton kesuksesan, namun juga menjadi penggores lukisan sejarah kebanggaan, Harapan saya, dapat memiliki lembag pendidikan, dan menciptakan lapangan kerja, bukan hanya gambaran abstrak belaka, tapi, saya yakin, dengan berada dalam lingkup PLS, ini adalah lembar awal yang terbuka untuk menuju impian ini. Jika ini diterapkan, bukan tidak mungkin untuk menuju masyarakat Indonesia yang berintegritas dan berdaya saing tingggi, dengan kecerdasan finansial sebagai awalnya. Dalam lembaga pendidikan ini, saya berharap bisa mendidik anak anak usia pelajar, terutama anak anak yang tidak beruntung dalam menempuh pendidikan formal. Dalam lembag pendidikan itu, pelajaran terpenting yang saya harapkan dapat tertanam dalam diri mereka adalah pendidikan moral. Karena moral, kualitas manusia dapat terlihat berbeda satu dengan lainya. Indonesia saat ini sedang mengalami keadaan krisis moral, karenanya, saya berharap lembaga pendidikan manapun di masa depan dapat peduli terhadap pendidikan moral sejak dini. Harapan ini, saya perjuangkan dalam rauang juang PLS.
Terima Kasih…. Salam Sukses !!!
By :
ULIN FAUZIAH
PLS UNESA 2019