Pendidikan Luar Sekolah di Universitas Negeri Semarang (Unnes), Prof Dr Tri Joko Raharjo MPd, Tidak hanya persebarannya yang belum merata, masalah lain tentang guru Indonesia adalah kualitas mereka. Banyak pihak mengkritik, guru kita belum profesional.
Sebenarnya, bagaimana ciri guru profesional tersebut?
Menurut Guru Besar bidang Pendidikan Luar Sekolah di Universitas Negeri Semarang (Unnes), Prof Dr Tri Joko Raharjo MPd, hal itu bisa dilihat dari hasil kegiatan belajar mengajar di sekolah. Tri menyebut, guru profesional dan berkarakter adalah mereka yang mampu membuat muridnya senang ketika diajar, mampu menerima pelajaran dengan baik, dan mencapai tujuan pembelajaran.
“Sebaliknya, jika mengajar tidak dengan sepenuh hati, maka pelajarannya itu tidak dapat diterima dengan baik oleh murid-muridnya. Seorang guru seperti itu sungguh sangat disayangkan,” kata Joko dalam program Program Profesor dan Doktor Go to School di SMP Negeri 3 Klaten, seperti dikutip dari laman Unnes, Jumat (30/5/2014).
Di hadapan 70 guru yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran IPS, Joko mengimbuhkan, guru profesional dan berkarakter adalah mereka yang mengajar dengan hati. Hal ini bisa ditunjukkan guru dengan mencintai murid seperti dia mencintai anak sendiri. Misalnya, dengan bersikap ramah, sabar, terbuka, mau mengerti kesulitan peserta didik, dan suka menolong.
Guru, kata Joko, juga harus membuat perencanaan pengajaran yang menarik dan disukai murid. Tidak hanya itu, guru juga harus punya sifat humanis serta perkataan dan perbuatannya selaras.
“Seorang guru jika memberi pelajaran menginginkan sang murid bisa memahami pelajarannya, serta merasa sangat bahagia jika pelajaran itu bermanfaat untuk muridnya. Itulah mengajar dengan hati,” tuturnya.
Dari segi kesehatan stamina guru harus selalu terjaga. Dia mengingatkan, guru harus masuk kelas dengan wajah yang segar. Di kelas, guru pun harus fokus dan mencurahkan perhatian sepenuhnya kepada para murid. Hal ini penting agar siswa memahami betul materi pelajaran yang disampaikan.
Joko memberi tips, guru harus hafal nama dan wajah murid. Dengan begitu, guru dapat merekam nilai-nilai kognitif, psikomotorik dan afektif setiap muridnya dengan baik sehingga perkembangan mereka terpantau.
“Setelah mengajar, kemudian dievaluasi mana yang perlu diubah dan ditambah,” katanya.
Pria kelahiran Klaten, 1 Maret 1959 itu menekankan pentingnya karakter dalam sosok guru. Dia mengilustrasikan, harta yang hilang masih bisa dicari. Kesehatan yang hilang juga bisa dikembalikan. Namun, karakter yang hilang akan membuat kita kehilangan semuanya.
“Nah, jika seorang pendidik sudah kehilangan karakternya hancurlah negeri ini,” ujar Joko