Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pembuatan Seni Batik Kujur (Abu Huraerah, 2008:87) mengatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah sebuah proses dalam bingkai usaha memperkuat apa yang lazim disebut community self-reliance atau kemandirian. Dalam proses ini masyarakat didampingi untuk membuat analisis masalah yang dihadapi, dibantu untuk menemukan alternatif solusi masalah tersebut, serta diperlihatkan strategi memanfaatkan berbagai kemampuan yang dimiliki.
Batik merupakan salah satu warisan budaya global yang diakui berasal dari bangsa Indonesia. Batik ditetapkan sebagai Warisan Budaya Indonesia (Intangible Cultural Heritage) oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) pada 2 Oktober 2009. Sejak itu, tanggal 2 Oktober setiap tahun ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional. Batik merupakan ciri-ciri budaya bangsa Indonesia di era globalisasi. Batik memiliki kekhasan dan keunikan yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Batik berasal dari bahasa Jawa “amba” dan “titik” yang artinya menulis titik. Batik erat kaitannya dengan budaya Jawa, namun batik juga berkaitan dengan budaya lain.
Herawati (2010) banyak hal yang dapat terungkap dari seni batik, seperti latar belakang kebudayaan, kepercayaan, adat-istiadat, sifat dan tata kehidupan, alam lingkungan, cita rasa, tingkat keterampilan dan lain-lain. Dari masa ke masa, manusia menitipkan pesan perlambang pada karya-karya batik, ribuan perlambang batik hidup hingga kini. Pemaknaan dalam karya seperti inilah yang menjadikan batik sebagai wahana untuk menanamkan nilai-nilai luhur, doa, harapan, dan ungkapan kasih. Seperti halnya Batik Kujur yang penamaannya di ambil dari padanan kejujuran.
Selvianti dkk (2020) disamping sebagai warisan budaya nusantara yang memiliki nilai estetika, dalam pengembangannya juga memiliki potensi pengembangan ekonomi masyarakat. Kelurahan Tanjung Enim merupakan salah satu daerah penghasil batik di Kabupaten Muara Enim yang dikenal dengan “Batik Kujur”. Batik Kujur ini memiliki keunikan tersendiri. Keunikan tersebut merupakan salah satu daya tarik yang dicari oleh wisatawan dalam mengunjungi suatu daerah atau objek yang dituju. Keunikannya terletak pada motif-motif Batik Kujur yang sarat akan sejarah dan filosofi bagi masyarakat setempat. Ciri khas Batik Kujur adalah selalu terdapat motif kujur yang berbentuk tombak di pinggir kain. Hasil corak Batik Kujur yaitu berani dan lebih bebas, corak batiknya pun beraneka ragam dalam hal ini setiap kelompok pengrajin dapat menghasilkan corak atau desain dan motif batiknya masing-masing sesuai dengan kreatifitas para pengrajin batik. Namun demikian tetap dengan konsep yang sama. Saat ini warna batik kujur pun sudah beraneka ragam. Selain sarat akan nilai sejarah, Batik Kujur dipandang berbeda dari batik lainnya karena menggunakan bahan alami yaitu tumbuh-tumbuhan sebagai pewarnanya.
Batik merupakan warisan budaya lokal yang menyimpan beragam pengetahuan dan kearifan lokal dengan nilai seni tinggi. Melalui tangan kelompok pengerajin di Dusun Tanjung, Kecamatan Lawang Kidul, lahirlah Batik Kujur. Nama Kujur diambil dari nama pusaka berupa senjata berbentuk tombak yang dimiliki pendahulu atau puyang Dusun Tanjung, lebih tepatnya milik seorang ulama yang membangun peradaban Islam di Tanjung Enim, dimana “Kujur” ini diambil dari padanan kejujuran.
Di daerah Tanjung Enim terdapat salah satu karya batik yang cukup familiar yaitu Batik Kujur. Batik Kujur merupakan salah satu ciri khas dari daerah Tanjung Enim, masyarakat Tanjung Enim sangat antusias dalam pembuatan Batik Kujur ini guna menciptakan lingkungan yang melestarikan budaya daerah. Batik kujur berdiri tidak dapat dilepaskan dari peranan pemerintah daerah khususnya peranan TRI PIKA Kecamatan Lawang Kidul yang tak henti-hentinya menggali potensi Desa, Kelurahan baik potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusianya maupun daya dukung.
Pada tanggal 18 November 2018 di sampaikan undangan untuk sosialisasi Sentra Industri Bukit Asam (SIBA). Pada tanggal 22 November 2018 dilaksanakan sosialisasi SIBA BATIK Dengan agenda utama kesedian pemerintah dan masyarakat menerima atau tidaknya didirikan Usaha Batik, lalu semua menerima dengan senang hati. Agenda berikutnya adalah penetapan nama batik, nama batik yang disepakati akhirnya menjadi nama BATIK KUJUR dengan argumen mengambil nilai sejarah Dusun Tanjung yang diambil dari perlambang pusaka Dusun Tanjung yaitu Kujur.
Pada tanggal 8 Desember 2018 penentuan motif batik yang akan kita buat terdapat tiga motif, yaitu: kujur, keris, bunga tanjung. Dalam motif tersebut memuat objek alam Tanjung Enim ( Flora Fauna ), sumber daya alam ( Batubara, Pertanian, Perikanan ), seni budaya dan adat istiadat.
Kujur merupakan senjata yang dimiliki pendahulu atau puyang dari Dusun Tanjung yaitu seorang ulama yang membangun peradaban Islam di Tanjung Enim. kujur diambil dari padanan kejujuran. Ada 2 jenis pewarnaan dan jenis kain dalam pembuatan batik kujur, yaitu Pewarnaan Alami dan Warna Pencelupan, sedangkan kain yang di gunakan yaitu Kain semi sutra, gamelan, kain prisima , katun jepang.
Banyak tantangan dari sebuah pembuatan batik ini, yang salah satunya ialah kegagalan pada proses sebuah pewarnaan, yang dimana pewarnaan gagal tersebut terjadi Blang, bercak-bercak, sehingga dari kegagalan tersebut tidak dapat di pasarkan, tetapi dapat di manipulasi menjadi masker, sovenir, tas, dan dompet.
Pelatihan membatik dilaksanakan dengan menggunakan anggaran program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat (PPM). Selain program pelatihan, PTBA juga memberikan bantuan modal dan jaringan pemasaran.
Sampai saat ini, kegiatan pembinaan terus dilakukan hingga nantinya para pelaku usaha bisa mandiri serta membuka peluang usaha masyarakat. Ada 12 kelompok pembuatan batik kujur ini, dari 12 kelompok ini dibagi-bagi kelompok yang setiap kelompoknya itu terdapat 3-5 Orang, tetapi kalau mendapatkan orderan besar dari luar, itu bisa mengajak tetangga-tetanga disekitar untuk membantu.
Proses pembuatan batik dari yang termudah hingga tersulit itu, kalau yang mudah hanya terdapat 2 pewarnaan aja, sudah di cap langsung ke pewarnaan lalu ke lorod. Lorod itu adalah pelepasan lilin atau pelepasan malam. Proses ini dapat diselesaikan 10 lembar kain dalam 1hari. Sedangkan yang sulit, dari mulai sudah cap , di colet , di tutup malam lalu kembali lagi ke coletan dan tutup malam lagi. 3x proses dalam 1lembar kain dapat terjadi 4hari-5hari.
Modal awal dari pelatihan dan semua perlengkapan peralatan untuk batik di modali oleh CSR PTBA. Dan untuk modal awal buka usaha sekitar 10 sampai 15 juta untuk membeli bahan dan alat yang dibutuhkan seperti: kain, lilin, alat cap, pewarna dll. Dengan adanya usaha batik kujur dapat membantu perekonomian masyarakat dan sangat bermanfaat terutama bagi pengrajin batik kujur yang selama ini tidak ada penghasilan kini mendapatkan penghasilan untuk membantu perekonomian keluarga.
Tulisan ini dibuat oleh : Siska Wulandari Universitas Sriwijaya
Tinggalkan Balasan