Baru-baru ini portal berita Merdeka.com sedang giat mengampanyekan BRANDLEARNING yang bertajuk belajar merdeka #belajarmerdeka, para praktisi, artis, pakar ikut andil dalam kampanye ini. Kampanye ini menurut penulis sangan erat kaitannya dengan background penulis yang notabene lulusan Pendidikan Non Formal Universitas Bengkulu. Melalui kampanye ini penulis merasa perlu berbagi gagasan kepada para pembaca untuk kembali lagi menyadarkan tentang hakikat belajar yang kian beragam yang modernisasi. Artikel ini juga sebagai bentuk protes terhadap kasus kejahatan yang baru-baru ini mendapat sorotan Nasional, Yuyun Yulianti dibunuh secara keji oleh pelaku yang kebanyakan pelajar yang terlalu banyak waktu luang, tak ada tempat untuk mereka berkarya, tak bisa membunuh waktu untuk prestasi.
Pada sekarang ini dunia telah di manjakan dengan berbagai kemajuan di segala aspek, baik teknologi, industri dan tak terlepas juga aspek pendidikan yang kita sebut dengan gejala “GLOBALISASI”. Anehnya banyak cerita dilapangan globalisasi tak terlalu berpengaruh terhadap aspek pendidikan, ironisnya hal ini terjadi di daerah-daerah yang berkembang namun edukasi tentang globalisasi sudah banyak di terima oleh banyak kalangan baik pelajar, guru, sampai pejabat beserta elemen-elemen lainnya. Menurut hemat penulis yang tinggal di daerah yang barusan dipaparkan tadi, masih banyak kejadian yang belum sadar tentang arti keberagaman belajar, dan memuliakan subyek belajar sebagai peserta didik yang mempunyai potensi-potensi bakat yang di berikan tuhan sebagai bekal menjalani hidup yang penuh dengan desas-desus kegagalan. Ironi !! sebagai Sarjana Pendidikan dan lagi Pendidikan Non Formal penulis mencoba mencari solusi atas berbagai masalah-masalah dengan cara membuat dan menciptakan suasana belajar bagi peserta didik untuk menambah pengetahuannya di bidang non akademik, hal itu tidak terlepas pada fungsi PNF sebagai Penambah, Pengganti, dan Pelengkap. Penulis berkiblat kepada fungsi pertama yaitu fungsi penambah. Melalui sanggar kegiatan belajar yang mengangkat tema Sanggar Tari dan Musik ‘ANINDYANATA’ penulis mempunyai misi memberikan opsi belajar kepada peserta didik untuk menyalurkan bakat dan potensinya dibidang seni, ingat tentang konsep Belajar Merdeka. Konsep belajar merdeka menguatkan konsep Demokrasi Pendidikan yang sering pembaca jumpai disetiap buku pendidikan yang penulis baca. Demokrasi pendidikan sangatlah luas untuk ditelaah. Yang menjadi pedoman hanyalah memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih pengalaman belajarnya yang sesuai kebutuhannya. Belajar tidak hanya di dalam bangku sekolah dengan seragam rapi, tapi belajar bisa dimanapun sesuai moto dunia pendidikan Indonesia “Long Life Education” sesuai dengan isi UU SISDIKNAS UU No.20 tahun 2003. Kapanpun, dimanapun, siapapun masih wajib belajar untuk menunjang kehidupannya agar lebih berkualitas. Melalui sanggar seni dan musik penulis memberikan doktrin-doktrin pendidikan yang menguatkan kebudayaan, moral, sopan santun, keteraturan dan juga kerjasama. Belajar pada dasarnya selalu baik asalkan memberikan perubahan kepada peserta didik untuk hidup lebih baik. Mencintai budaya sendiri, mencari dan menemukan bakat dan potensi diri. Melalui lembaga-lembaga pendidikan Non Formal, yang berfungsi sebagai Pengganti, Penambah dan Pelengkap.
Demikianlah gagasan penulis tentang belajar merdeka, demokrasi pendidikan yang penulis ketahui berdasarkan referensi-referensi dan telaah kejadian-kejadian sosial yang penulis temui. Semoga artikel ini bisa membuat mahasiswa lebih bersemangat lagi untuk memberikan sumbangan pembelajarnya kepada para pembelajar lewat yang berbasis masyarakat dan kekinian. Salam belajar !!
Foto Kegiatan
PENULIS
DAVID PRANATA, S.Pd
PLS UNIB