#SEMNAS DAN KONGRES 2015 PART 8. PELANGI HARAPAN
– Seketika ku berjalan, aku terdiam –
Menatap langit dengan tajam
Awan putih pergi secara perlahan
Tergantikan teman yang berkelumit hitam
– Suka hati ku melihatnya, rintik-rintik air berjatuhan –
Gemuruh suaranya….. Tentram jiwa dalam badan
Tetes-tetes kehidupan, terdiam dalam lamunan
Merenungi semua kejadian, lalu berdo’a dalam pikiran
– Lama ku menutup mata –
Seketika terbuka, aku terkesima
Lukisan alam berganti dengan nyata
Goresan warna-warni indahkan dunia
– MErah, JIngga, KUning, HIjau, BIru, NIla, dan Ungu –
Warna-warni pelangi.
Begitu elok dan selalu dinanti
Walau hanya muncul sekejap ketika hujan telah terhenti.
Lengkungannya begitu indah memaniskan alam raya, menyejukkan hati
Masa-masa Kongres Imadiklus ke-V tak terasa telah dilewati dengan penuh suka cita. Mata ini yang terus berdaya dari pagi hingga pagi lalu siang. Pengorbanan yang sungguh LUAR SEKOLAH. Bersama menetapkan suatu landasan yang akan menjadi pijakan. Bersama mendengarkan curhatan yang menampar pikiran. Bukan karena suatu alasan yang tidak jelas, tetapi suatu kebutuhan yang harus diutarakan dan dipertahankan. Seketika selesai dan meninggalkan gedung yang akan menjadi kenangan. Kembali ke penginapan yang terkadang kantuk sudah melambai, namun mata tak sanggup untuk menutupnya. Momen hiburan yang menanti, mungkin akan menyenangkan dengan birunya pakaian yang dikenakan.
Beralih ke titik kumpul yang lebih dekat dengan penginapan, 3 bus pun sudah standby di depan jalan antara FPMIPA dan Isola Resort. Menunggu dan kita terus menunggu teman-teman yang masih berjalan. Seketika semua telah berkumpul, kemudian memasuki bus yang tidak ditentukan. Ditemani bersama beberapa panitia dan sopir bus yang menjalankan kendaraan. Melewati gedung-gedung dan lahan yang ada di UPI. Keheranan melanda, pertanyaan pun diajukan. Itu gedung apa, itu apa, kenapa seperti ini, kenapa seperti itu, bagaimana bisa seperti itu, siapa itu, dan siapa ini. Woaahh, cukup tersenyum dan sabar, namun Alhamdulillah bunyi suara tidak sampai kehabisan. Ketika keluar dari wilayah UPI, kita pun dihadapkan dengan kesabaran karena macet yang tak dapat dihindarkan. Maklum dengan keadaan karena hari itu adalah hari Sabtu yang telah menjadi hari bebas dari pekerjaan (bagi sebagian orang).
Satu setengah jam dalam perjalan, akhirnya kita sampai di tempat yang banyak orang impikan. Menyusuri jalan Asia-Afrika yang telah menjadi sejarah penuh arti bagi negeri. Mengunjungi Alun-alun Bandung dengan rumputnya yang hijau setelah direnovasi. Memarkirkan kendaraan(bus) ke dalam lahan yang telah disediakan dihiasi sedikit guncangan pada diri. Sesampainya kita di lahan parkir, adzan ashar berkumandang. Berbondong-bondong menuju masjid menyebrangi jalan dengan usaha lirik kanan lirik kiri dan menyetop kendaraan yang berjalan terlebih dahulu. Menyusuri garis-garis putih Bandung dalam garis-garis hitam, menyusuri bunga-bunga yang bermekaran dalam bingkai kotak yang tidak beraturan, menyusuri tempat wudhu dan alat sholat yang sebagian orang sempat kelinglungan.
Setelah semua melakukan sholat ashar (bagi yang melakukan), kita pun kumpul di titik yang telah ditentukan. Diantara tulisan putih hitamnya Bandung dan merahnya Alun-alun jika di setengah segitigakan. Tuti Alawaiyah (PLS UPI 2013) memandu jalannya acara city tour kini. Berkumpul, dan diberikan secarik kertas putih untuk setiap perguuran tnggi. Putih, belum ada tinta atau bahkan noda yang menempel. Tetapi setelah dibagikan, kertas putih itu harus dihiasi dengan beragam kata. Kata yang menjadi harapan dan impian bagi setiap insan Imadiklus. Kata yang bukan untuk menyesatkan. Tetapi, kata yang akan selalu dikenang, kata yang akan menjadi saksi masa kini dan masa depan. Kata yang bersama-sama kita implementasikan. Lalu, kertas itu pun dikaitkan ke benang balon gas yang berwarna merah dan kuning. Dikaitkan dengan penuh kebanggaan. Setelah semua terikat, wejangan dari ketua umum baru pun disampaikan kepada yang hadir. Saling mengajukan tangan kedepan, memegang pundak bagi yang berada di belakang. Bersama menerbangkan balon gas menuju udara dengan teriakan “Siapa Kita? Kita Keluarga”. Diphoto bersama dan dilanjutkan perjalanan bebas mengelilingi sekitar Alun-alun Bandung selama satu jam.
28 November 2015. Ya, hari itu Alun-alun Bandung dikunjungi dari rombongan biru Nusantara. Berpadu dengan warna-warni yang menyala. Putih dan kuningnya kendaraan, birunya pakaian, hijaunya rerumputan, sempat beningnya rintikan hujan yang sebentar, hitam putihnya tulisan, coklat mudanya bangunan (Mesjid Raya Bandung), merah dan kuningnya balon harapan. Sebuah pelangi yang kita ciptakan sendiri. Sebuah pelangi dengan keceriaan yang memaniskan diri bahwa disini kita tidaklah beda, tetapi kita sama karena Kita adalah Keluarga.
Ade Sri Mulyani, PLS FIP UPI 2013