SEMNAS DAN RAKERNAS 2016 PART 1 : Hadapi Realita Bersama Peran Pemuda

P_20160310_122045

Maret 2016 adalah waktu yang kita semua tunggu. Waktu yang telah kita tetapkan bersama sejak tiga bulan lalu di tanah Bandung yang kini penuh kenangan. Waktu dimana kita berkumpul kembali, berkenalan dengan teman baru atau serasa reuni bagi mereka yang telah berjumpa sebelum ini. Waktu dimana kita bukan sebatas bercerita dengan tangan kosong. Tetapi waktu yang akan terisi dengan perjalanan penuh takjub diri, sehingga terasa akan sia jika kita tidak berkontribusi.

Aku, kamu, dan kita semua menanti tanggal ini. 10-12 Maret 2016. Melakukan sebuah perjalanan yang banyak memesonakan mata. Hamparan bumi dengan hijaunya sawah dan pegunungan, riaknya burung yang berkicauan serta alat transportasi yang tak kalah memberikan bunyi saling bergantian, tenangnya air yang mengalir atau berjatuhan, hempasan angin yang menyejukkan, dan langit birunya yang memilaukan atau langit gelap dengan kerlipan cahyanya. Semua ini kita jalani dengan alat transportasi yang berbeda-beda. Perjalanan darat, laut, bahkan udara. Semua ini tercipta untuk menyatukan asa di kegiatan silaturahmi ini. Kegiatan Rapat Kerja Nasional IMADIKLUS Ke-V di Universitas Negeri Yogyakarta.

Hari Pertama, kita disambut oleh panitia di kediaman aslinya yakni di salah satu ruang di Fakultas Ilmu Pendidikan UNY. Menyimpan segala barang bawaan lalu berjalan kembali menuju Gedung Rektorat yang begitu dekat. Menapaki anak tangga yang menguatkan langkah dan meneguhkan hati, bersyukur kami dapat berkunjung kesini. Lantai 2. Saling sapa menyapa dengan beda almamater, saling sapa yang tak biasa karena dapat bertemu kembali dengan orang yang sudah sangat dinanti, makan snack bersama dengan bumbu canda yang menghangatkan pagi itu, dan menerima asupan informasi yang begitu luar sekolah.

“Peran Pendidikan Luar Sekolah Dalam Implementasi Revolusi Mental Pemuda Bangsa Indonesia”. Sebuah tema yang diusung oleh panitia dalam membuka kegiatan RAKERNAS IMADIKLUS Ke-V itu. Menghadirkan tiga pemateri yang sangat LUAR SEKOLAH. Bersama Dr. Sugito, MA (Dosen PLS UNY), Andreas Indro B. S. N, S.E , S.Sos (Founder Bakti Indonesia Fondation) dan Hambar Riyadi (Penggiat di Gerakan Mari Berbagi) dengan moderator yang sudah lulus dari PLS UNY dan sempat menjadi pengurus di Imadiklus yakni Fikri Nurcahya, S.Pd .

Revolusi, sebuah perubahan yang cukup mendasar dalam suatu bidang. Indonesia, kondisi yang saat ini sedang mengalami revolusi mental. Mental korupsi (bukan hanya berupa uang, tetapi juga korupsi waktu, nilai, dan lain-lain), mental inlander , mental tempe, dan mental penjajah. Sebagai pemuda, apa yang telah kita gerakan dalam menghadapi revolusi mental tersebut?. Apakah sikap partisipasi kita masih kecil sehingga pergerakan belum terasa besar bagi kebanyakan orang. Dalam Seminar Nasional Kebudayaan tahun 2014 yang diikuti oleh salah satu narasumber, terdapat pandangan mengenai revolusi mental yakni :

  1. Upaya untuk mengubah kebiasaan dan kerangka pemikiran sehari-hari masyarakat yang berdampak luas bagi publik
  2. Proses menghasilkan manusia merdeka, bagaimana mendidik manusia yang mengerti dirinya, mengerti ke-Indonesia-annya
  3. Transformasi pengertian dan pemahaman mengenai politik dari isu kekuasaan menjadi pelayanan publik
  4. Perubahan pikir para penguasa menyangkut orientasi politik, perubahan sikap pejabat public dan politik partisan
  5. Tidak hanya menyangkut pola pikiran, namun juga perubahan structural dalam interaksi osial yang dominan di masyarakat, yaitu komunikasi, hubungna kekuasaan, dan moral
  6. Pengembangan sikap antri terhadap hal-hal negatif.

Sebuah pandangan yang menjadi PR bersama dalam menentukan arah pergerakan kita semua. Pandangan tersebut akhirnya dirumuskan menjadi sebuah tujuan yang haru kita capai, yakni :

  1. Mengubah cara pandang, pikir, sikap, perilaku dan cara kerja yang berorientasi pada kemajuan dan kemodernan sehingga Indonesia menjadi bangsa besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
  2. Membangkitkan kesadaran dan membangun sikap optimistik dalam menatap masa depan Indonesia sebagai negara dengan kekuatan besar untuk berprestasi tinggi, produktif dan berpotensi menjadi bangsa maju dan modern dengan fondasi tiga pilar Trisakti
  3. Mewujudkan Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi, dan berkepribadian yang kuat melalui pembentukan manusia Indonesia baru yang unggul, mengedepankan nilai-nilai integritas, kerja keras, dan semangat gotong royong.

Bukan hanya itu, sikap mental bangsa Indonesia pun harus ada yang dibenahi. Karena menurut dua orang tokoh, sikap mental bangsa Indonesia adalah :

Menurut Koentjaraningrat

  • Mereka memiliki dan mempraktikkan sifat
  • Mentalitas yang meremehkan mutu
  • Suka menerabas
  • Tidak percaya kepada diri sendiri
  • Tidak berdisiplin murni
  • Suka mengabaikan tanggung jawab

Menurut Mochtar Lubis

  • Hipokrit alias munafik
  • Segan dan enggan bertanggung jawab
  • Berjiwa feodal
  • Masih percaya takhayul
  • Artistik
  • Memiliki watak yang lemah
  • Tidak hemat
  • Tidak suka bekerja keras
  • Tukang menggerutu
  • Cepat cemburu dan dengki
  • Manusia sok
  • Cenderung menjadi tukang tiru.

Semua ini tidak lepas dari faktor pembentuk sikap mental tersebut yakni :

  1. Adanya ketimpangan dalam struktur masyarakat, dimana pihak penguasa melakukan penindasan terhadap masyarakat yang menyebabkan terjadinya penolakan perilaku (Freire, 1983)
  2. Adanya distorsi dalam kerangka pikir, yang bersumber dari faktor psikologis (pengalaman masa kecil), sosiolinguistik (budaya masyarakat) dan epistemic (cara berpikir) (Mezirow, 1991)

Oleh karenanya, harus ada arah pengembangan karakter bangsa : Tangguh, Kompetitif, Berakhlak Mulia, Bermoral, Bertoleran, Bergotong Royong, Patriot, Dinamis, Berbudaya, dan Berorientasi Iptek, berdasarkan Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. (UU RPJPN 2005-2025)

Pendidikan Luar Sekolah sudah tidak asing lagi dengan namanya pengabdian. Pengabdian bukanlah sekadar pengembangan inovasi yang kita bawa, bukan sekedar suntikan motivasi. Seringkali, dalam mengabdi, kita melupakan sesuatu yang telah ada. Padahal jika digunakan akan terasa manfaatnya bagi masyarakat. Pemakaian alat lokal kepada masyarakat untuk menjadi masyarakat yang mandiri. Terus menggali potensi lokal. Kita terbelenggu dengan pikiran bahwa kita tidak bisa, kita tidak mampu, biar orang lain saja, dan lain sebagainya. Mental ini yang harus benahi. Cara berpikir, cara kerja, dan cara hidup.

Niat bagus, niat baik akan bertemu dengan orang baik dan orang bagus pula. Salah satu narasumber berkata “Saya bukan orang pinter, namun saya orang yang beruntung. Karena saya mau menciptakan peluang dari keberuntungan itu.” Ya, peluang memang selalu ada di sekeliling kita. Bukan hanya di depan, tetapi bisa dari samping atau belakang. Memperoleh peluang adalah memperoleh keberhasilan. Tidak hanya diam membisu dalam bangku, tetapi mari bergerak untuk maju. Karena setiap insan adalah istimewa. Bangkitlah Wahai Pemuda Indonesia.

 

 

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *