Mentari pagi menyapa kita semua. Tanda hari telah berganti dan kita harus bergegas untuk memulai hari yang akan menguras diri menuju masa yang akan kita rancang bersama di tempat ini. Walau ngantuk masih terasa karena tidur yang tidak lama, namun hal tersebut seakan sirna setelah melihat kawan-kawan Imadiklus bersemangat memulai aktivitas dengan olahraga bersama di halaman depan. Bergerak satu dua satu dua satu dua tiga empat lima enam tujuh delapan, dengan instruktur yang berbeda-beda. Gerak beda dan goyang yang berbeda. Indahnya perbedaan. Selesai olahraga, sebagian dari kita langsung menyerbu kamar mandi untuk mandi dan sebagian langsung menyerbu ruang makan untuk makan. Bergantian tanpa memicu keributan.
Sekitar pukul 08.00 WIB kita kembali menginjak aula. Merasa fresh dan terdapat suasana yang berbeda dari hari kemarin. Kumpulan perekat tergulung kecil demi kecil di dinding aula. Seolah pertanda akan dilakukan sebuah aksi yang menggunakan perekat tersebut. Namun entah apa yang akan dilakukan sehingga kita semua hanya bisa penasaran. Terlihat muka-muka loyalis atau para alumni pengurus Imadiklus hadir di tempat. Setelah semuanya kumpul, ice breaking tetap dilakukan dan menjadi andalan untuk mengusir kegalauan. Dengan orang berbeda dan ice breaking yang berbeda. Menjadi sebuah referensi ice breaking bagi di masing-masing universitasnya kelak.
Pembukaan. Lalu pembacaan do’a. Hal ini yang cukup menarik karena pembacaan do’a setiap kegiatan selalu dilaksanakan di awal. Dan inilah indahnya perbedaan. Berlanjut kepada sambutan ketua umum Imadiklus. Lalu tiba di puncak acara yakni , Rakernas Imadiklus ke-V. kegiatan puncak ini dipandu/difasilitatori oleh orang-orang yang pernah berkecimpung di Imadiklus dulu dan sampai sekarang masih ada. Dia adalah Panji Romadhon (Alumnus PLS Untirta) dan Fendik Setyawan (Alumnus PLS UM). Kali ini kita dikenalkan dengan nama METAPLAN. Sebuah rencana kerja yang tidak biasa. Sebuah rencana kerja yang dianalisis terlebih dahulu atas kebutuhan warga yang berada di lingkaran tersebut. Sebelum memasuki acara, kita diperkenalkan sebuah quotes dari kang Panji berupa “Plain to Failed is Plain to Failed – merencanakan gagal adalah merencanakan gagal”. Kalimat sederhana yang menggugah kita semua. Apapun tindakan kita pasti berawal dari pemikiran. Dan jika kita berpikir untuk gagal maka mungkin saja itu semua akan gagal. Tetap optimis apapun yang akan terjadi.
METAPLAN kita akan dihadapkan dengan alur acara yang menakjubkan. Pertama, kita akan melewati proses melihat spion. Kedua, kita akan melewati proses menjejak bumi. Ketiga, kita akan melewati proses menatap langit. Itu adalah proses yang telah dipersiapkan oleh fasilitator untuk rakernas kali ini. Namun kemudian ditambah oleh seorang keluarga Imadiklus bahwa kita pun harus bisa merasakan proses yang keempat. Sehingga kita sepakati bahwa ada proses yang keempat yakni terbang ke langit. Kemudian kita berdiri dan dibagi ke dalam delapan kelompok. Kelompok yang sempat mencengangkan karena kita dipertemukan dan bisa ngobrol dengan dia (ehh).
Melihat Spion. Analogi kata tersebut adalah ketika berkendara pastinya kita harus melihat ke belakang. Karena fungsi spion seperti itu. Melihat kendaraan yang ada di belakang dan mengatur jarak dengannya. Sama hal nya dengan metaplan kali ini. Sebenarnya apa daya tarik Imadiklus? Apa penghambatnya? Apa prestasi yang pernah diraih? Bagaimana caranya? Apa yang yang harus dibenahi dan bagaimana cara memperbaikinya?. Pertama, kita harus menuliskan (+) Ketertarikan dari Imadiklus dalam kertas hijau dan (-) Hambatannya dalam kertas merah. Lalu ditempel di dinding dengan perekat yang telah disediakan (Ya, akhirnya kita mengerti apa maksud dari perekat yang ditempel tersebut). Ada yang menuliskan kecil padahal disuruh menulis dengan fontsize yang besar. Tetapi walau seperti itu, kita semua tetap menghargai perbedaan sebuah kalimat yang tercipta di tulisan masing-masing. Refleksi. Kenapa kita menuliskan hal tersebut. Saling berbagi keluh kesah dan suka cita kenapa kita ingin berada di Imadiklus. Sementara itu, ketua dan wakil mencoba mencabut dua kertas dari masing-masing kelompok untuk menjadi asumsi besar yang harus diselesaikan nantinya. Kedua, kita dibagikan dua buah softfile LPJ Kepengurusan Imadiklus yaitu masa periode kang Panji (2009-2011) dan masa periode kang Teguh (2013-2015). Menganalisis apa saja keberhasilan yang pernah diraih, pada tahun berapa, dengan kekurangannya apa, faktor pendukungnya apa saja, dan apa faktor penghambatnya. Menjadi suatu pikiran untuk kita semua. Menganalisis bersama dengan gayanya masing-masing. Ada yang duduk di bangku, ada yang duduk di bawah bersama. Ada sang juru tulis, dan tak lupa ada saja juru pembuat ketawa yang terlihat di beberapa kelompok. Detik waktu tidak terasa telah menunjukan pukul 11.30 WIB. Dimana umat laki-laki muslim segera bergegas menuju masjid untuk melaksanakan sholat jum’at. Dan dipersilahkan untuk makan terlebih dahulu bagi perempuan. Seketika semua selesai, istirahat. Pukul 13.30 WIB kita memasuki ruang aula dan melanjutkan kembali pekerjaan yang masih menanti untuk segera diselesaikan. Menit demi menit dilalui, akhirnya selesai. Lalu masing-masing kelompok ditunjuk tiga orang untuk berkeliling melihat dan sharing tentang tulisan yang telah dibuat oleh kelompok lain. Ada orang yang melakukan presentasi. Meski kami disuruh hanya boleh bertanya satu kali, tetapi rasa penasaran itu selalu muncul melihat tulisan yang sedikit membuat kami bingung. Akhirnya satu pertanyaan pun tidak berlaku dan kami terus menerus mengajukan pertanyaan sampai kami benar-benar paham. Dan setelah selesai berlanjut ke kelompok selanjutnya. Relfeksi. Mengapa kita memerlukan Imadiklus. Beragam presepsi diajukan dan membuat kita membenarkan hal tersebut. Perbandingan, jaringan, sejarah, konsolidasi, dan lain sebagainya.
Masa lalu bukanlah sesuatu yang harus kita tutupi dan tinggalkan keberadaannya. Tetapi masa lalu adalah dimana kita bisa memacu diri untuk kedepannya. Kita bisa berdiri disini bukan karena saat ini tetapi karena adanya masa lalu yang telah mengukir lebih awal sehingga kita berada disini. Terima kasih.
Menjejak Bumi. Sebuah proses yang akan kita lalui. Dengan sedang apa kita berada disini. Salah satunya kita dibagi kedalam tiga komunitas. Jurnalistik, media, dan volunteer. Di masing-masing komunitas kita bertemu dengan pemateri yang sangat luar biasa. Berlatih menjadi seorang jurnalis/pembuat media/aksi volunteer. Setiap komunitas memiliki ceritanya masing-masing. Satu garis besar, satu kesamaan yang ada adalah “memulai itu memang sulit, tetapi jika kita tidak memulai dari sekarang, mau kapan lagi?” Seringkali kita menipu diri bahwa “saya tidak bisa menulis, saya malu untuk menyuarakan aksi, atau saya tidak bisa membuat sebuah film”. Ya, kata-kata tersebut yang akhirnya melahirkan kata di atas. Kita tidak akan pernah tahu dan tidak akan pernah bisa jika kita tidak mencoba. Bukan masalah jumlah atau kualitas tetapi berani mencoba itulah yang menjadi kebanggaan bagi kita semua. Bukankah di PLS pun dibelajarkan, “bukan mencari atau menjadikan seseorang untuk pintar, tetapi bagaimana semua orang bisa berdaya, saling berbagi, hingga akhirnya pintar pun pintar bersama”.
Istirahat dan mengisi ipersonic.net . Sebuah situs yang kita coba isi dan menguji kepribadian diri. Ada yang tipe pemikir pendobrak, peka, santai, semangat, idelais terlibat, realistis sosial. Rupa-rupa jawaban dari setiap individu. Setelah istirahat yang cukup panjang, kita kembali ke aula dan melanjutkan sesi menjejak bumi ini. Sebelumnya dipaparkan hasil dari kepriadian tersebut. Dari jawaban diatas, ada yang masuk ke Koleris, Melankolis, Plegmatis, atau Sanguin. Lucu, dan membuat kita menyadari kalau itulah diri kita. Walau sesungguhnya tidak 100% benar, tetapi hampir keseluruhan itu adalah kepribadian kita. Sebelum kembali ke topik, kita bersilaturahmi dulu dengan demisioner yang dahulu. Ada mas Fikri Nurcahya, mba Anis Nurul H., mba Kholisa Nurjanah, kang Teguh Akbar, mas Fendik Setyawan, mas Ronggo Tunjung Anggoro. Mengetahui sedikit masa mereka berada di Imadiklus.
Kembali kepada topik. Kali ini kita duduk berjenjang dan membagi ke dalam kelompok yang berbeda dengan yang sebelumnya. Sehingga bertemulah dengan orang-orang yang baru. Kali ini kita memikirkan lebih luas lagi. Terdapat 3 poin yang harus kita pikirkan. 1) isu hangat PLS yang sedang terjadi saat ini (kertas hijau) 2) Peluang/tantangan apa yang bisa kita raih/kerjakan dari isu tersebut (kertas merah) 3) Respon apa yang harus kita lakukan untuk isu yang terjadi (kertas biru). Setiap orang mempunyai isu yang berbeda-beda. Dari kelompok tersebut pun, dipilih satu isu yang paling urgent untuk segera diselesaikan. Dalam pemaparaanya, ada isu kelompok satu sama dengan kelompok lain. Sehingga kelompok yang belum memaparkan harus mencari isu lain. Hal ini membuat kita menambah informasi dan memikirkan bagaimana sikap kita kedepannya. Apakah isu ini hanya akan menjadi wacana yang diselesaikan oleh orang lain? Atau isu ini pun akan kita selesaikan agar permasalahan tidak semakin runyam.
Tidak terasa detak waktu telah menunjukan lebih pukul 00.00 WIB. Mata ini masih senantiasa terbuka mendengarkan informasi yang begitu luar biasa. Permasalahan yang tercipta dan membuahkan solusi konkrit yang dapat diaplikasikan. Bukan sebatas menggerutu atau mengkritik permasalahan. Tetapi inilah indahnya silaturahmi. Sendiri tidak akan sepenuhnya berarti, dengan bersama kita selesaikan semuanya seperti dengan mudah. Dan inilah solusi yang tercipta.
Kita menunggu waktu untuk siapa saja pengurus yang terpilih di masa periode Petrus Ihnasius Tampubolon dan Lulu Putri Utami. Tetapi karena masih perlu dipikirkan sejumlah posisi akhirnya dipending sampai pukul 03.00 pagi. Mengisi kekosongan jam, mas Ronggo dan mas Fendik mencoba kembali mensosialisasikan media website dan medsos yang ada di Imadiklus. Tanya jawab terlontar dan berlangsung 1,5 jam. Kita mungkin tidak akan pernah besar jika tidak ada pendukung yang berjalan. Sampai saat ini website Imadiklus terus berkembang dan harus dikembangkan dengan karya-karya keluarga Pendidikan Luar Sekolah. Apapun karyanya silahkan kirimkan saja ke imadiklus.or.id