Berat memang berdiskusi dengan kawan sebaya ku yang cukup pintar namun sayangnya dia tidak mengemban bangku perguruan tinggi, bahkan keinginannya untuk tidak menjadi mahasiswa itu ditanamkan sejak ia duduk di bangku SMA. Ketika ku berdiskusi dengannya, begitu kecil aku dibuatnya. Aku juga ingin menjadi seperti dirinya yang tidak mengemban tugas berat sebagai mahasiswa. Karena baginya, menjadi mahasiswa itu tidaklah mudah. Mahasiswa tidak hanya individu yang memiliki kesempatan lebih yang dapat mengemban pendidikan yang lebih tinggi, tidaklah hanya pemuda yang memiliki waktu luang, kesempatan, dan kebebasan yang lebih banyak dari yang lainnya. Baginya mahasiwa jauh lebih dari itu.
Paparnya, lebih baik tidak menjadi mahasiswa ketika kita hanya sebatas mendengarkan dosen berbicara di kelas-kelas yang terkadang ber-AC, lalu setelah itu pulang untuk kembali bersantai atau melanjutkan rutinitas kehidupan. Bukan juga hanya sebatas nongkrong dengan teman-teman sambil merasakan minuman alkohol serta beberapa jenis narkotika ringan. Mahasiswa bagi kawanku tidak hanya sebatas itu…!!
Baginya, mahasiswa merupakan MAHA-nya siswa. M-bahnya siswa, bahkan Buyutnya siswa. Segala sesuatu yang paling tinggi dibandingkan siswa apapun, dimanapun, dan kapanpun dalam suatu dinamika kehidupan manusia. Mahasiswa harus mampu menguraikan garis sebagai kesatuan dari titik-titik dalam suatu momentum waktu yang sangat terbatas, memiliki nalar yang begitu kritis, analisa yang begitu tajam, implementasi yang kongkrit, mampu menjadi agen of change dari Bangsa ini, agen of controll dari pemerintah, panutan yang baik untuk keluarga, tetangga, maupun lingkungan sekitar. Tetapi intinya, mahasiswa harus mampu menembus batas ruang dan waktu dari apa yang hanya dapat dilakukan maupun diketahui oleh siswa setingkat SD, SMP, maupun SMA atau lebih lagi orang-orang kebanyakan yang tidak mengemban bangku pendidikan.
Ia memaparkan beberapa contoh orang-orang sukses sepeti ; Bill Gates kuliah hanya sebatas untuk mencari partner dan relasi, setelah itu ia bersama kawan-kawannya lebih fokus dalam menciptakan komputer serta jaringan komunikasi yang dapat menghubungkan manusia di seluruh penjuru dunia. Mark Zuckerberg pencipta facebook, ia sengaja untuk memilih Drop-Out dari Havard untuk lebih mengembangkan situs jejaring sosial yang sangat terkenal saat ini. Lalu di Indonesia ada Bob Sadino, Buya Hamka, AA. Gym, M.H. Ainun Najib, dan masih banyak yang lainnya.
Sejenak aku terseret ke dalam intuisiku yang terdalam dan memberikan batinku sebuah pertanyaan penting, “Apakah Aku Sudah Menjadi Mahasiswa?? ”. Sedih yang ku rasa bahwa sudah beberapa semester status mahasiswa kujalani tetapi aku belum dapat memahami esensi sebagai mahasiswa sejati yang seutuhnya. Lalu di akhir pembicaraan kawanqu berkata, “karena tugas berat itulah aku lebih memilih untuk tidak menjadi MAHASISWA ”.
Aku berfikir, aku galau, aku sedih, aku takut, dan semua itu bercampur menjadi satu setelah aku berdiskusi dengan temanku yang satu itu. Tetapi satu yang membuatku tetap terus semangat, bahwa aku masih memiliki waktu untuk merubah diriku.
Wassalam,
Kristianto S.N
Tinggalkan Balasan