IMADIKLUS ; Menerawan Asa di Senja Losari

1545611_732973016720574_734826538_nDalam setiap hentakan jiwa, selalu ada bisikan untuk memuliakan namamu diatas langit-langit, diantara pantulan cahaya peristiwa bumi yang disediakan Tuhan. Kebesaranmu yang dibangun atas nama kebersamaan adalah pondasi yang selalu kami jaga kekokohannya. Karena saya yakin, kelak jejak-jejakmu akan menjadi etalase untuk Indonesia kelak.

Akronim sebutan-mu, mungkin saja masih terasa asing. Tapi itu bukan orientasi kami, sebab tujuan kami meletakkanmu pada proses kerja, biar semua orang tahu ada segelintir orang yang perhatian akan perjuanganmu. Dan namamu bakal menjadi efek sosial, sehingga sejuta kibaran senyum dan tepuk tangan mengantarkanmu pada puncak kejayaan.

Ah….ini baru sebatas impian. Kami yang merawatmu di wilayah 5, masih meramu-ramu seperti apa jamuan yang bakal kami siapkan untuk-mu. Kadang-kadang meraba-raba ujung penantian dengan tertatih-tatih, sesak juga rasanya.
Disini, di kota celebes kata orang-orang belanda memanggilnya dulu, kami meletakkanmu sambil melirik-lirikmu dibalik itu. Sesekali kami tawaddu, biar kami tahu kalau ada lubang yang mesti kami tempeli dengan semangat.

Ikatan Mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah Se-Indonesia (IMADIKLUS) tampak indah dalam menyebutnya, rasa-rasanya disitu saya menerawan ada balutan semangat. Semoga ini tidak patah, tak peduli seberapa banyak lilitan hambatan nanti.
Ini perdana bagi saya, secangkir teh panas pelan-pelan kuseduhkan sambil menulis di secarik kertas, saya berusaha mengumpulkan banyak harapan melalui tulisan-tulisan dengan lafalan yang masih tergambar keraguan.

Makassar akan menjadi saksi bahwa telah lahir bayi baru di jantung kotanya. Kami baru saja memulai proses ini dengan segala instrumen yang tersedia di kota itu. Pelan-pelan kami menilik beberapa titik, harap akan segera tumbuh subur. Ada 8 fonem mewakili namamu, itu bagi kami adalah kekuatan besar. Sebab, rautmu yang membentuk kata akan mewakili kebesaranmu di kota Daeng.

Saya masih ingat, kala saya membawamu dari kota Jogja, senja di pantai Losari menari-nari menyambut kedatangamu. Mungkin saja itu pertanda, bahwa namamu akan menariknya pada taman-taman yang di tumbuhi kesadaran sosial dan pendidikan yang masih miskin di kota tempat saya berjuang selama ini.

Kini, asa itu kutitipkan pada senja pantai itu, berharap dengan kesetiaannya memenuhi keindahan langit dan ditumpahkan pada manusia-manusia di kota ini. Karena, saya percaya mereka akan memelukmu berkat sumbangsi yang nanti akan diberikan. Akhirnya, semoga Tuhan selalu memuliakan orang-orang yang masih setia berjuang di jalur ini. (*)

A.Ismail Lukman
Makassar, Senin (6/1/2014)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *