Alkisah di kerajaan hewan setelah ergantinya kepemimpinan dari singa kepada burung Rajawali tercipta sebuah pembaharuan bagi system pendidikan di kerajaan ini. Sang Raja menginginkan agar ketika kepemimpinannya dia bisa mewariskan rakyatnya yang multi talented.
Jadi setelah dikumpulkan seluruh rakyat dalam sebuah konsensus nasional hewan, disepakatilah perubahan tersebut, mulai saat itu semua hewan belajar berbagai macam keahlian. Kodok belajar manjat, monyet belajar terbang, burung belajar berenang. Bulan demi bulan, tahun demi tahun, mulailah terjadi perubahan dalam kerajaan hewan ini. Sang monyet yang belajar terbang ternyata belum bisa menguasai bagaimana cara terbang yang baik dan benar, dia terus berusaha ¦berusaha dan akhirnya dia melupakan bagaimana cara memanjat yang sebenarnya merupakan keahliannya, jadilah si monyet sebagai hewan yang tidak bisa memanjat dan tidak bisa terbang, dilain tempat dan lain tokoh, sang Kodok mencoba untuk belajar memanjat, akan tetapi dia tidak bisa juga, dia terus berusaha..berusaha dan akhirnya dia melupakan keahliannya untuk berenang, sekarang sang kodok menjadi hewan yang tidak bisa berenang dan memanjat. Lain cerita lagi dengan sang Burung, karena dia selalu mencoba untuk memiliki keahlian berenang, pada akhirnya banyak korban yang tenggelam karena tidak bisa berenang, Burung pun tidak bisa berenang dan terbang. Rajawali menjadi bingung, namun karena dia memiliki ambisi yang besar akhirnya kecarutmarutan ini terus saja berlangsung hingga cerita ini diketik oleh saya.
Ini adalah sebuah analogi bagi dunia pendidikan sekolah di Indonesia, kecarutmarutan ini tanpa sadar ada di sekeliling kita. Sadar tidak sadar kita telah mengamini sebuah kemunduran bagi generasi-generasi penerus. Tujuan pendidikan untuk memanusiakan manusia telah mengalami sebuah pembelokan dengan alasan demi mengimbangi perkembangan zaman. Akan tetapi ternyata ini adalah sebuah pemunduran di jaman perkembangan.
Kenapa hal ini bisa terjadi?sistem pendidikan di Indonesia terlalu menekankan agar para warga belajarnya untuk mengetahui berbagai banyak hal tanpa mendalaminya, anda bisa menolak hal tersebut, tapi lihat realita yang ada dan terbaru, bagi seorang murid yang ingin mendapatkan ijazah kelulusan serta disebut sebagai pintar adalah dengan memiliki nilai Uan rata-rata sebesar 5.50 dan tidak boleh ada nilai mata pelajaran yang diujikan dibawah 5. Apa yang terjadi dengannya? Ternyata hal tersebut membuat banyak murid yang mengalami frustasi, banyak dari mereka yang tidak dapat berkembang sesuai dengan kemampuan yang sebenarnya dia miliki.
Contoh kasarnya, seorang anak yang mempunyai kemampuan atau kecerdasan dalam bermusik, ternyata dia dihadapkan pada kenyataan sekolah harus meluluskan anak murid yang memilki kemampuan dalam bidang Matematika, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, anak tersebut tidak akan mendapatkan kelulusan dan penghargaan walaupun dia memiliki kemampuan untuk dapat mengenal nada-nada dan menciptakan harmonisasi dengannya. Akhirnya anak tersebut tidak dapat mengembangkan kemampuan yang seharusnya dapat membuat manusia sepertinya mengikuti perkembangan dalam dunia kesenian music.
Melihat dari berbagai keanehan dan keganjilan tersebut, sudah seharusnya lah system pendidikan (sekolah) di Indonesia ini dirubah. Ketidakmampuan sekolah untuk menghargai kecerdasan majemuk anak membuat generasi penerus kita akan semakin mengalami keterpurukan. Solusi apa yang ditawarkan hharuslah merupakan sebuah solusi yang praktis dan tidak bersifat konsep yang melangit sehingga makin menambah kekeliruan dalam mendidik.
Wallahuâ„¢alam ¦
15-04-2008
Banjar Agung, Pakupatan, Serang hasil dari belajar di sekolah KRESMA PLUS & Status Katahati Deria di FACE BOOK
Tinggalkan Balasan