a. Faktor yang melatarbelakangi berkembangnya PNF di negara berkembang
Faktor-faktor yang melatarbelakangi berkembangnya PNF dinegara-negara berkembang sangat berbeda tergantung pada situasi, kondisi, sosial dan budaya serta politik negara setempat, namun demikian secara umum dapat disimpulkan faktor berkembangnya PLS sebagai berikut :
Faktor kemiskinan; adalah salah satu masalah utama dalam negara-negara berkembang yang tentunya dapat menyebabkan masalah-masalah lainnya dalam kehidupan bermasyarakat terutama masalah pendidikan, yaitu :
Buta huruf; Kemiskinan yang dialami sebagian keluarga dalam masyarakat menyebabkan tidak mampu mengenyam pendidikan formal , sehingga mengakibatkan anak-anak mengalami buta huruf. Populasi buta huruf yang cukup banyak memerlukan program alternatif layanan pendidikan formal yaitu pendidikan luar sekolah.
Putus sekolah; Masalah kemiskinan menyebabkan sebagian suatu keluarga tidak mampu membiayai sekolah, sehingga mengakibatkan masalah putus sekolah. Dengan adanya kasus putus sekolah mendorong pemerintah maupun masyarakat mendirikan pendidikan alternatif yaitu pendidikan luar sekolah dapat berupa latiha-latihan, kursus-kursus sebagai bekal keterampilan hidup.
Urbanisasi; Kemiskinan yang melanda pedesaan maupun langkanya pekerjaan yang dapat menyerap tenaga kerja kaum muda mendorong para pemuda maupun pemudi berbondong-bondong pindah kekota dengan harapan dapat mendapatkan pekerjaan akan tetapi miskin keahlian. Sehingga hal ini menyebabkan sebagian dari mereka tidak mendapatkan pekerjaan dan kalaupun mendapatkan pekerjaan pada umumnya pada level pelaksana. Kondisi ini juga mendorong terbentuknya pendidikan luar sekolah berupa kursus-kursus untuk melengkapi keahlian tenaga kerja tersebut.
Tuntutan dunia kerja; Dunia kerja cenderung mensyaratkan karyawannya memiliki pendidikan formal selain itu juga keahlian/keterampilan tertentu. Kondisi inipun mendorong pemerintah/lembaga swasata/masyarakat mendirikan tempat kursus-kurus/latihan-latihan keterampilan hidup sebagai bentuk dari program-program pendidikan luar sekolah.
Keterbatasan Kesempatan Bersekolah; Keterbatasan kesempatan sekolah mendorong meningkatnya minat masyarakat akan PLS yang berfungsi mengatasi permasalahan tersebut. Pendidikan formal digunakan untuk menyampaikan nilai budaya dan persepsi yang muncul dalam bidang sosial ekonomi. Namun PLS memiliki banyak upaya yang berguna untuk mencapai orientasi pendidikan dan pembangunan dan hasil yang dicapai akan lebih baik jika PLS bersama-sama dengan pendidikan formal.
Tujuan yang ingin dicapai adalah mengembangkan peran PLS dalam pembangunan dunia ketiga dan peran itu dikaitkan dengan PLS sebagai alat dalam proses pemberdayaan. Ada beberapa hal yang tercakup dalam tujuan tersebut yaitu untuk menciptakan penekanan pada PLS serta mencapai pendekatan PLS dari segi konsep dan praktis.
b. Bentuk-bentuk PLS di negara berkembang
1) Program Pemberantasan Buta Huruf.
2) Program Kesetaraan.
3) Program Pendidikan Usia Dini,
4) Program Pendidikan Keterampilan Hidup,
5) Program Pendidikan Kepemudaan
6) Program Penyuluhan Pertanian,
7) Bengkel Kerja Pembangunan Desa dan Pemuda
c. Dukungan pemerintah terhadap PLS
Dukungan pemerintah dalam penyelenggaraan Pendidikan Luar Sekolah/PNF, berupa :
Produk hukum; Produk hukum dalam hal ini dapat berupa UU, PP, Kepres, dan Peraturan Menteri yang mendukung Pendidikan Luar Sekolah, contoh :
Negara Indonesia terdapat UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 12, 13, 14, 15 dan 16. pasal 13 ayat 1, pasal 26 ayat 1 s/d 7 serta pasal 28 ayat 1 s/d 6. Di Negara Korea Selatan terdapat Saemual Undong
Anggaran program; Anggaran program merupakan faktor yang cukup signifikan bagi keberhasilan pelaksanaan program PLS. Contoh Pemerintah Indonesia senantiasa berupaya meningkatkan anggaran pendidikannya sebesar 20 % dari APBN walaupun dalam prosesnya banyak mengalami hambatan.
Pengadaan tenaga kependidikan baik secara kuantitas maupun kualitasnya ditingkatkan; Pemerintah Indonesia senantiasa berupaya untuk meningkatkan mutu dan jumlah tenaga kependidikan sebagai pelaksana program PLS. Penulis berasumsi bahwa hal ini dilakukan pula oleh negara-negara berkembang lainnya di muka bumi ini.
Pendirian kelembagaan; Pemerintah, swasta dan masyarakat berupaya mendirikan lembaga baru sebagai penyelenggara PLS hal ini untuk merespon keingginan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan PLS, yang mana setiap tahun populasi peserta didik PLS terus bertambah seiring dengan arus globalisasi yang menuntut setiap orang harus profesional.
d. Kendala yang dihadapi oleh negara berkembang dalam implementasi PNF
Keterbatasan Anggaran; Keterbatasan anggaran yang dialami oleh negara berkembang pada umumnya menjadi kendala dalam melaksanakan pendidikan luar sekolah yang populasi peserta didiknya cukup besar. Sehingga dalam hal ini peran serta masyarakat dan swasta sangat diperlukan.
Keterbatasan infrastruktur dan Peralatan; Keterbatasan infrastruktur seperti gedung-gedung tempat latihan serta peralatan praktek, juga menjadi kendala pemerintah dalam mengimplementasikan program-program pendidikan luar sekolahnya
Keterbatasan tenaga Kependidikan; Tenaga kependidikan yang ada tidak sebanding dengan jumlah peserta didik, sehingga menyebabkan pelayanan terhadap peserta didik tidak optimal. Faktor ini juga menjadi kendala tersendiri dalam mengimplementasikan program pendidikan luar sekolah.
Jangkauan wilayah kerja; Jangkauan wilayah kerja seperti kondisi wilayah Indonesia yang berbukit-bukit dan dipisahkan oleh laut, berjauhan antara wilayah yang satu dengan lainnya relatif sulit untuk dijangkau dengan alat transportasi, sehingga hal ini menjadi kendala tersendiri bagi pelaksana program pendidikan luar sekolah. Akibatnya program PLS cenderung tidak optimal pelaksanaannya.
Stigma Masyarakat; Sementara ini, sebagian masyarakat masih menganggap bahwa program-program PLS sebagai pengganti dan pelengkap pendidikan formal sehingga program-programnya dianggap tidak berkualitas dan pesertanyapun dinilai orang yang tidak mampu/bermasalah seperti putus sekolah. Kondisi inipun menjadi kendala tersendiri bagi pelaksanaan PLS, mengingat faktor ini berkontribusi cukup signifikan terhadap rendahnya minat calon peserta didik untuk mengikuti program PLS tersebut.
Hidup mahasiswa PLS, semoga tetap jaya untuk selamanya. dukung terus buat IMADIKLUS demi kemajuan PLS. ^__^