HOMESCHOOLING
Oleh Dwi Basuki R.
Jurusan Luar Sekolah
Universitas Negeri Malang
HOMESCHOOLING
Banyaknya orang tua yang tidak puas dengan hasil sekolah formal mendorong orang tua mendidik anaknya di rumah. Kerapkali sekolah formal berorientasi pada nilai rapor (kepentingan sekolah), bukannya mengedepankan keterampilan hidup dan bersosial (nilai-nilai iman dan moral). Ketidakpuasan tersebut semakin memicu orangtua memilih mendidik anak-anaknya di rumah, dengan resiko menyediakan banyak waktu dan tenaga. Homeschooling menjadi tempat harapan orang tua untuk meningkatkan mutu pendidikan anak-anak, mengembangkan nilai-nilai iman/ agama dan moral serta mendapatkan suasana belajar yang menyenangkan.
Sejarah Homeschooling
Istilah homeschooling pertama kali muncul di amerika pada tahun 1960-an.John Cadlwell Holt dalam bukunya yang berjudul How Children Fail menyatakan bahwa kegagalan akademis pada siswa tidak disebabkan oleh kurangnya usaha pada sistem sekolah,tetapi disebabkan oleh eksistensi sekolah itu sendiri .Pada tahun 1970-an pendapat John Cadlwell Holt diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Ray dan Dorothy moore.Penelitian mereka menunjukkan bahwa memasukkuak anak-anak pada sekolah formal sebelum usia 8-12 tahun tidak efektif dan juga berakibat buruk bagi anak-anak khususnya laki-laki (karena keterlambatan keterlambatan kedewasaan mereka).Mereka berpendapat bahwa ikatan dan perkembangan emosional yang dibuat bersama orang tua dirumah pada usia-usia muda adalah yang sangat penting dan memiliki akibat jangka panjang.
Pengertian Homeschooling
Istilah Homeschooling sendiri berasal dari bahasa Inggris berarti sekolah rumah. Homeschooling berakar dan bertumbuh di Amerika Serikat. Homeschooling dikenal juga dengan sebutan home education, home based learning atau sekolah mandiri. Pengertian umum homeschooling adalah model pendidikan dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya. .
Peraturan Pemerintah atau UU yang Mengatur Homeschooling
Departemen Pendidikan Nasional menyebut sekolah-rumah dalam pengertian pendidikan homeschooling. Jalur sekolah-rumah ini dikategorikan sebagai jalur pendidikan informal yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan (pasal 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional “ Sisidiknas No. 20/2003). Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Meskipun pemerintah tidak mengatur standar isi dan proses pelayanan pendidikan informal, namun hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal (sekolah umum) dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan (pasal 27 ayat 2).
Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Kedudukan Homeschooling Dalam PLS
Home schooling merupakan program pendidikan yang ada di bawah naungan PLS,karena homeschooling diselenggarakan di luar system persekolahan.Home schooling diselenggarakan di rumah,tanggung jawab pendidikan anak sepenuhnya berada di tangan orang tua.Berbeda dengan system persekolahanyang cenderung terpusat dan tidak fleksibel.Di sekolah tanggung jawab pendidikan anak diserahkan sepenuhnya kepada guru dan pengelola sekolah.Kurikulum dan jadwal belajar telah ditentukan dan seragam untuk seluruh siswa.
Di Indonesia baru beberapa lembaga yang menyelenggarakan homeschoooling, seperti Morning Star Academy dan lembaga pemerintah berupa Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM). Saat ini, perkembangan homeschooling di Indonesia dipengaruhi oleh akses terhadap informasi yang semakin terbuka dan membuat para orang tua memiliki semakin banyak pilihan untuk pendidikan anak-anaknya.
Faktor-Faktor Pemicu dan pendukung Homeschooling
Kegagalan sekolah formal
Baik di Amerika Serikat maupun di Indonesia, kegagalan sekolah formal dalam menghasilkan mutu pendidikan yang lebih baik menjadi pemicu bagi keluarga-kaluarga di Indonesia maupun mancanegara untuk menyelenggarakan homeschooling. Sekolah rumah ini dinilai dapat menghasilkan didikan bermutu.
Teori inteligensi ganda
Salah satu teori pendidikan yang berpengaruh dalam perkembangan homeschooling adalah teori inteligensi ganda (Multiple Intelligences) dalam buku Frames of Minds: The Theory of Multiple Intelligences (1983) yang digagas oleh Howard gardner. Pada awalnya, dia menemukan distingsi 7 jenis inteligensi (kecerdasan) manusia. Kemudian, pada tahun 1999, ia menambahkan 2 jenis inteligensi baru sehingga menjadi 9 jenis inteligensi manusia. Jenis-jenis inteligensi tersebut adalah: Inteligensi linguistic; Inteligensi matematis-logis; Inteligensi ruang-visual; Inteligensi kinestik-badani; Inteligensi musikal; Inteligensi interpersonal; Inteligensi intrapersonal; Inteligensi lingkungan; Inteligensi eksistensial.
Teori Gardner ini memicu para orang tua untuk mengembangkan potensi-potensi intelegensi yang dimiliki anak. Kerapkali sekolah formal tidak mampu mengembangkan intelegensi anak, sebab sistem sekolah formal seringkali malahan memasung intelegensi anak.
Sosok homeschooling terkenal
Banyaknya tokoh-tokoh penting dunia yang bisa berhasil dalam hidupnya tanpa menjalani sekolah formal juga memicu munculnya homeschooling. Sebut saja,benyamin Franklin, Thomas alfa Edison, KH. Agus Salim, Ki Hajar Dewantara dan tokoh-tokoh lainnya.
Benyamin Franklin misalnya, ia berhasil menjadi seorang negarawan, ilmuwan, penemu, pemimpin sipil dan pelayan publik bukan karena belajar di sekolah formal. Franklin hanya menjalani dua tahun mengikuti sekolah karena orang tua tak mampu membayar biaya pendidikan. Selebihnya, ia belajar tentang hidup dan berbagai hal dari waktu ke waktu di rumah dan tempat lainnya yang bisa ia jadikan sebagai tempat belajar.
Tersedianya aneka sarana
Dewasa ini, perkembangan homeschooling ikut dipicu oleh fasilitas yang berkembang di dunia nyata. Fasilitas itu antara lain fasilitas pendidikan (perpustakaan, museum, lembaga penelitian),Fasilitas umum (taman, stasiun, jalan raya), fasilitas sosial (taman, panti asuhan, rumah sakit), fasilitas bisnis (mall, pameran, restoran, pabrik, sawah, perkebunan), dan fasilitas teknologi dan informasi
Metode Pembelajaran Homeschooling
Metode pembelajaran pada pendidikan homeschooling, seperti yang dilansir dalam situsnya sumardiono terdiri atas :
School at-home approach
Metode pendidikan yang serupa dengan yang diselenggarakan di sekolah, hanya saja tempatnya tidak di sekolah, tetapi di rumah.
Unit studies approach
Metode pembelajaran yang berbasis pada tema (unit study). Pendekatan ini banyak dipakai oleh orang tua homeschooling. Dalam pendekatan ini, anak didik tidak belajar satu mata pelajaran tertentu (matematika,bahasa, dan sebagainya) tetapi mempelajari banyak mata pelajaran sekaligus melalui sebuah tema yang dipelajari.
The living books approach
Metode pembelajaran melalui pengalaman dunia nyata. Pendekatannya dengan mengajarkan kebiasaan baik (good habit), keterampilan dasar (membaca,menulis, matematika), serta mengenalkan anak dengan pengalaman nyata.
The classical approach
Metode pembelajaran yang menggunakan kurikulum yang distrukturkan berdasarkan tiga tahap perkembangan anak yang disebut Trivium. Penekanan metode ini adalah kemampuan ekspresi verbal dan tertulis, pendekatannya berbasis teks/literature (bukan gambar).
The Montessori approach
Metode pembelajaran yang mendorong penyiapan lingkungan pendukung nyata dan alami, mengamati proses interaksi anak-anak di lingkungan, serta terus menumbuhkan lingkungan sehingga anak-anak dapat mengembangkan potensinya, bai secara fisik, mental, maupun spiritual.
The eclectic approach
Metode pembe;lajaran yang memberikan kesempatan pada keluarga untuk men desain sendiri program homeschooling yang sesuai, dengan memilih atau menggabungkan dari sistem yang ada.
Unschooling approach
Metode pembelajaran dari keyakinan bahwa anak didik memiliki keinginan natural untuk belajar dan jika keinginan itu difasilitasi dan dikenalkan dengan pengalaman di dunia nyata , maka anak didik akan belajar lebih banyak daripada melalui metode lainnya.Unschooling tidak berangkat dari textbook,tetapi dari minat anak yang difasilitsi.
The waldorf approach
The waldrof approach adalah model pendidikan yang dikembangkan oleh Rudolph Steiner , banyak ditetapkan di sekolah-sekolah alternative Waldrof di Amerika. Karena Steiner berusaha menciptakan setting sekolah yang mirip keadaan rumah , metodenya mudah diadaptasi untuk homeschooling.
Kurikulum Homeschooling
1.Kurikulum homeschooling lengkap
Anda membeli kurikulum yang lengkap sehingga anda tidak perlu menulis kurikulum sendiri. Ada yang terakreditas dan ada yang tidak terakreditas. Kurikulum terakreditasi biasanya termasuk tes,nilai,transkrip.
2.Kurikulum preschool
Kurikulum ini di buat untuk anak-anak preschool dan lebih menekankan learning skill ,persiapan membaca dan matematika.
3.Komponen kurikulum
Anda membeli kurikulum untuk tiap mata pelajaran yang anda perlukan. Saya berikan kurikulum untuk :
a.membaca/phonics
b.matematika
c.science
4.Menulis kurikulum sendiri
Gunakan sumber-sumber online,buku,pengalaman keluarga homeschooling lain untuk menulis kurikulum anda sendiri
5.Tidak menggunakan kurikulum
Sebagian orang tidak menggunakan kurikulum.Mereka hanya menjalankan kehidupan sehari-hari dan belajar dari hal-hal yang terjadi.Sebagai contoh,keluarga
yang mempunyai peternakan sendiri akan belajar semua yang terkait denan peternakan,tanpa perlu kurikulum.
Dengan homeschooling, anda punya kebebebasan, anda tidak terikat pada satu kurikulum.Bila kurikulum yang sudah dibeli tidak bisa dikerjakan:
a.coba ganti tempat: belajar di luar,di taman,di pantai,di bawah pohon,yang penting nyaman bagi anak anda.
b.coba ganti waktu: Cari waktu saat anak mau belajar baik pagi maupun malam
c.istirahat dulu: Ketika anak anda sedang tidak enak hati.Istirahat satu atau dua hari,atau bahkan seminggu,sampai mereka siap memulai homeschooling.
d.ganti kurikulum: apabila anak tidak bisa menjalankan kurikulum yang sudah dibeli,mungkin memang saatnya mengganti kurikulum tersebut dengan yang lain yang lebih cocok untuk anak anda.
Kelebihan homeschooling:
- Customized, sesuai kebutuhan anak dan kondisi keluarga.
- Lebih memberikan peluang untuk kemandirian dan kreativitas individual yang tidak didapatkan dalam model sekolah umum.
- Memaksimalkan potensi anak sejak usia dini, tanpa harus mengikuti standar waktu yang ditetapkan di sekolah.
- Lebih siap untuk terjun di dunia nyata (real world) karena proses pembelajarannya berdasarkan kegiatan sehari-hari yang ada di sekitarnya.
- Kesesuaian pertumbuhan nilai-nilai anak dengan keluarga. Relatif terlindung dari paparan nilai dan pergaulan yang menyimpang (tawuran, drug, konsumerisme, pornografi, mencontek, dsb).
- Kemampuan bergaul dengan orang tua dan yang berbeda umur (vertical socialization).
- Biaya pendidikan dapat menyesuaikan dengan keadaan orang tua
Problematika atau kekurangan homeschooling
Di sisi lain, homeschooling mempunyai kelemahan-kelamahan antara lain :
a.Keterampilan relatif rendah
b.dinamika bersosialisasi dengan teman sebaya relative rendah
c.ketidakmampuan menyelesaikan situasi dan masalah sosial yang kompleks yang tidak terprediksi, karena proteksi yang berlebihan dari orang tua.
d.homeschooler tidak berhak mengikuti ujian seperti sekolah formal lainnya
e.Homeschooler tidak bisa berkompetisi di tingkat nasional (Indonesia) seperti sekolah formal lainnya.
Solusi pelaksanaan homeschooling
a.Supaya keterampilan homeschooler tidak rendah, maka harus diajarkan keterampilan-keterampilan tertentu agar dapat meningkatkan keterampilan homeschooler. Contohnya keterampilan membuat bonsai, atau keterampilan lainnya yang dapat meningkatkan keterampilan mereka.
b.Agar bisa bersosialisasi dan tidak realistis terhada dunia, homeschooler di ajar untuk bisa menempatkan diri dimanapun dengan siapapun serta berinteraksi dengan kesadaran bahwa menjalin hubungan antar manusia itu memiliki makna.
c.Ketidakmampuan menyelesaikan situasi dan masalah sosial dapat diatasi dengan cara para orang tua membolehkan anaknya untuk bersosialisasi ayau bergaul dengan teman sebaya di lingkungan sosialnya agar mengetahui situasi dan masalah sosial yang terjadi serta mampu mengatasinya, dan member pengawasan dalam hal tertentu yang dianggap membawa dampak negatif bagi anak.
d.Di Indonesia, karena belum ada peraturan khusus tentang keberadaan homeschooling, para homeschooler berhak memperoleh ujian persamaan yang diadakan oleh depdiknas secara berkala untukl mendapatkan ijazah
e.Para homeschooler memang tidak bisa berkompetisi di tingkat nasional (Indonesia) seperti sekolash formal lainnya, tapi bisa mengikuti kompetisi tingkat internasional. Contohnya National Geographic Bee dan Spelling Bee
DAFTAR PUSTAKA
Kompas Cyber Media, 29 Agustus 2005: Home Schooling Model Pendidikan alternatif
Serie Febriane/ Clara Wresti, Rumah Kelasku, Dunia Sekolahku, Harian kompas, 13 Maret 2005
Yorgi Gusman, Ikutan Home Schooling, 08 September 2006
Paul Suparno, Teori Inteligensi Ganda, Kanisius: Yogyakarta, 2003
Sumardiono, Homeschooling, Lompatan Cara Belajar, PT. Elex Media Komputindo: Jakarta, 2007
Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Fokusmedia, Bandung 2003
Thank you for your blog article.Thanks Again. Fantastic.